Thursday, October 13, 2005

[HALAMAN GANJIL]

Siapkan bekal, silakan bertualang
---------------------------------

>> Anwar Holid, seorang umat manusia

Here it is that humanity achieves for itself both perfection and brutalization, that civilization produces its wonders, and that civilized man becomes again almost a savage.
---Alexis de Tocqueville (1805-1859), French historian and politician, July 2, 1835.

Whereof one cannot speak, thereon one must remain silent.
---Ludwig Wittgenstein (1889-1951), Austrian philosopher, Tractatus Logico-Philosophicus (1921).

The mark of the immature man is that he wants to die nobly for a cause, while the mark of the mature man is that he wants to live humbly for one.
---Wilhelm Stekel (1868-1940), Austrian psychiatrist. Quoted in: The Catcher in the Rye (J. D. Salinger; 1951).

Man, when perfected, is the best of animals, but, when separated from law and justice, he is the worst of all.
---Aristotle (384 BC-322 BC), Greek philosopher, 335-322? BC. Politics (335-322? BC).

I have striven not to laugh at human actions, not to weep at them, nor to hate them, but to understand them.
---Benedict Spinoza (1632-1677), Dutch philosopher and theologian. Tractatus Theologico-Politicus (1670).

***
'Jadi, kira-kira manusia itu apa?'

Begitu yang terbetik dari kepalaku selesai baca esai AUDIFAX, 'MANUSIA: TO BE AND TO BECOMING' dari sebuah milis.

Sesaat kemudian aku segera teringat buku André Comte-Sponville, The Little Book of Philosophy, yang menurutku sangat mempesona dan aku sarankan ke banyak teman. Ada satu bab yang khusus membicarakan tentang kemanusiaan, yaitu 'Humanity.' Aku kembali menyarankan agar kita mau baca risalah itu, jika sempat dan dapat sumbernya. Rujukan lain tentang manusia tentu sangat berlimpah. Salah satu yang juga mempesona adalah Manusia: Sebuah Misteri (Louis Leahy), dulu terbitan Gramedia, sekarang diterbitkan Kanisius.

'Sejarah filsafat tidak kekurangan jawaban untuk hal itu,' demikian tulis Sponville. Benar. Kita boleh berpendapat apa pun tentang manusia, sebab manusia adalah diri kita sendiri. Tak ada yang lebih tahu tentang manusia selain manusia sendiri---setelah itu Tuhan, kalau dia percaya pada Tuhan.

Manusia adalah binatang politik; binatang yang bicara, kata Aristoteles---murid Plato, guru Iskandar Zulkarnaen. Plato sendiri bilang, manusia adalah binatang berkaki dua tak bersayap. Kaum Stoik dan Skolastik bilang lebih sopan: binatang yang rasional. Descartes menyatakan manusia adalah binatang yang berpikir, sementara Rabelais berpendapat manusia adalah binatang yang tertawa, Kant bilang manusia itu binatang yang menilai/mengadili, menurut Marx manusia adalah binatang yang bekerja, kata Bergson, manusia adalah binatang yang mencipta. Jadi bayangkan bahwa kita ternyata tidak lebih mulia dari kawanan kera dan binatang ternak. Agama, misalnya Islam, ketika perlu, tidak segan menyatakan bahwa manusia itu lebih bodoh dari binatang ternak, bahkan bisa lebih buruk lagi. Ini ditegaskan oleh W.S. Gilbert, 'Man, however well behaved, at best is only a monkey shaved.' Tapi jangan khawatir, walaubagaimanapun, monyet tidak membaca atau menulis buku. Alternatif jawaban itu tak ada yang memuaskan semuanya. Silakan cari sendiri yang lain jika perlu...

Manusia ditentukan oleh kualitasnya masing-masing. Dia bisa sederhana, bisa juga kompleks dan kontradiktif. Seseorang mungkin saja baik, tapi ternyata dia juga bisa kejam dan tega. Manusia tentu saja berakal, tapi dia bisa brutal dan buas. Orang mungkin saja bisa sabar/ikhlas pada sesuatu hal, tapi dia bisa gelisah dan pemarah untuk hal lain. Dia bisa toleran pada seseorang, tapi suka mengecam pada orang lain. Drama tentang manusia begitu kaya, termasuk drama kita sendiri sebagai individu dan makhluk sosial. Coba pertimbangkan Gandhi, Einstein, Hitler, John Nash, Said Nursi, Mao Zedong, Nurcholish Madjid, Amin Rais, Aria Giovanni, David Lurie, Sumanto, Soeharto, Billy Milligan, Pramoedya Ananta Toer, Munir, dan setiap individu lain. Kita akan takjub, betapa luar biasa manusia. Betapa kita nyaris selalu di luar dugaan bahkan oleh kita sendiri. Dalam setiap kemiripannya, manusia itu istimewa juga---bagaimanapun.

Tapi kualitas manusia juga sebuah misteri. Bisa jadi itu merupakan produk lingkungan, keluarga, dan sejarah; bisa jadi itu ada begitu saja, katakanlah ada di luar kuasa dia sendiri. Kadang-kadang manusia mampu merencanakan sesuatu dengan baik, mencipta, membangun; tapi di sisi lain dia kerap tidak tahu kenapa itu terjadi. Misalnya orang yang kualitasnya adalah orang suci, yang lebih eksplisit mungkin nabi atau superman dalam konsep Nietzsche. Bagaimana seseorang jadi suci? Pertama-tama mungkin dia berusaha mencapai kualitas itu; tapi pengakuan atas kualitas itu kerap di luar kuasanya. Seseorang mungkin saja memiliki laku seperti orang suci, tapi yang mau mengakui kesuciannya tentu saja hanya orang tertentu saja. Semua nabi pasti pernah ditentang kaumnya sendiri. Dan rezim, presiden, penguasa, pemimpin gerakan agama, pernah digoyah otoritasnya oleh mereka yang tak sepakat dengan mereka. Dunia penuh dengan cerita bagaimana nabi dibantai, orang suci dihukum. Socrates saja dihukum mati, sementara alangkah sulit membayangkan kematian Mao Zedong, dulu. Banyak orang mulia hidup dan mati mengenaskan, sementara tiran dan penjahat mati dan hidup dalam keadaan luar biasa, ditangisi. Tapi apa itu akan mengubah kualitas mereka?

Sebuah pepatah Arab dengan tepat menyatakan, 'Mendapat rida/kerelaan semua orang itu mustahil.' Dengan begitu, hidup manusia dipenuhi kisah individu yang pernah terjadi, yang sempat diceritakan, sempat ditulis, diabadikan. Orang bisa terpesona oleh kisah tentang pelacur, orang lain terpengaruh oleh kisah raja-raja (yang kelakuannya bisa jadi persis sama dengan pelacur, he he he). Seseorang kadang-kadang begitu tergetar oleh kenyataan, namun ada mereka yang justru merasa mendapat sesuatu dari fiksi.

Manusia dapat jadi apa saja, kecuali menjadi kualitas yang tak mereka miliki. Manusia bisa belajar, berlatih, memaksakan diri, dan berusaha agar menjadi sesuatu; padahal betapapun, ia sudah merupakan sesuatu. Maka tepat sekali yang ditulis Natalie Goldberg, 'Never underestimate people. They do desire the cut of truth.' (Terjemahan Indonesianya aku tunda karena masih dalam perdebatan). Dengan begitu apakah hidup bagi manusia itu luar biasa atau biasa saja, tergantung individu. Ada saatnya seseorang bersemangat oleh sesuatu; tapi ada kalanya juga sangat malas, khawatir, bahkan tertekan dan takut menghadapi hidup.

Menghargai orang apa adanya menjadi sangat penting, namun sering gagal dilakukan. Misalnya, bagaimana menghargai orang bodoh, menghargai orang cacat, orang idiot, yang serba kekurangan, yang derajatnya ada di bawah. Padahal, mereka sama-sama manusia, persis kita sendiri. Tapi mereka tampak kekurangan kualitas yang membuat seseorang bisa menghargai mereka apa adanya. Namun mengingat tabiat manusia, sebenarnya perbedaan perlakuan itu wajar terjadi. Dunia bukanlah surga. Di dunia ini ketidakadilan, pandang bulu, pilih kasih mudah sekali terjadi. Tapi apa dengan begitu lantas kita boleh gampang mengadu? Kan tidak.

Diskusi tentang manusia di satu sisi menurutku kadang-kadang melelahkan dan membosankan---bahkan mungkin sia-sia, karena manusia ternyata tampaknya begitu-begitu saja. Tapi di sisi lain selalu menggairahkan, sebab diharapkan mampu membuka cakrawala yang dahulu belum terpikirkan, atau baru bagi seseorang. Itu gunanya peradaban, catatan, tafsiran, komentar, masukan; karena ternyata hidup masih berlangsung hingga kini, sementara banyak proyek kemanusiaan belum selesai dan akan terus ada. Maka mungkin manusia tinggal menjalani dan berusaha sebaik-baiknya. Tapi bagaimana? Sebab seorang individu selalu hidup dalam satu masa tertentu, dan pengetahuan tentang manusia dari masa lalu kadang-kadang tak cukup, kurang relevan, nyaris selalu perlu dipertanyakan.

Kalau begitu, siapkan bekal, silakan bertualang....[]2:25 12/10/05
__________________________
CATATAN:

1/
Untuk membaca/mendapatkan esai AUDIFAX, 'MANUSIA: TO BE AND TO BECOMING, silakan kontak "AUDIFAX" <audivacx@yahoo.com> atau cari di milis pegiatpendulum@yahoogroups.com atau psikologi_transformatif@yahoogroups.com. (Anda harus jadi anggota dulu).

2/
Selain dua buku yang ditulis tadi, rujukan yang bisa disarankan sebenarnya banyak sekali, tapi saking banyak, aku persilakan lebih baik Anda mencari sendiri. Pilihan Anda pasti lebih kena, minimal buat bekal sendiri. Hati-hati di jalan. :D

3/
Kutipan diambil dari Encarta World English Dictionary (CD ROM), seksi Quotations. Aku tak perlu minta maaf karena belum menerjemahkan kan?

1 comment:

toose said...

read here this post visit their website Chrome-Hearts Dolabuy top article Louis Vuitton replica Bags