Tuesday, April 24, 2007

Bapakku Bukan Kiai
------------------------------------
>> "ahan syahrul arifin"



"Kenapa gak pernah mau ngerjakan kewajibanmu? Segera sembahyang sana, adzan maghrib sudah lama berkumandang."

"Ah, bapak baru aja bisa sembahyang sudah berani nyuruh-nyuruh orang sholat. Emangnya bapak akan dapat apa dengan sholat? Surga? Ah itu kan ilusi terhadap keinginan kita untuk dapat balasan dari yang telah kita perbuat? Lihat tetangga kita yang setiap hari kerjanya membersihkan masjid, shalat berjamaah, tapi tidak lebih kaya daripada kita. Hidupnya sengsara, kadang-kadang malah keluarga kita yang memberi makan mereka. Atau jangan jauh-jauh, sejak bapak sadar menjalankan perintah sholat, zakat dan puasa, meningalkan minum-minuman keras, kita sudah jarang lagi bisa makan di Mc D setiap hari seperti dulu! Ketika bapak masih senang dengan hal-hal yang diharamkan, hidup kita lebih makmur, semua terjamin, permintaanku semua bapak penuhi sampai-sampai uang kantor bapak sering tilep demi menyenangkan putranya.

Tapi sejak bapak sering mondar-mandir masjid, menjalankan ritual senam membacakan mantra yang tidak pernah aku pahami untuk siapa dan untuk apa perlu dijalankan, semua keinginanku tidak semuanya terkabul.

Ada saja hambatannya. Buat pengeluaran zakat mal, anak yatim, santunan panti asuhan... Peduli amat dengan mereka. Lha mereka memang nggak pernah mau berusaha, hanya berdoa dan meminta. Tapi bapak lain pada peminta-minta."

"Tidak demikian Ton. Shalat bukan untuk mendapatkan uang atau materi, tapi untuk bekal kita di kehidupan nanti setelah kita mati."

"Kehidupan kedua... kayak Dragon Ball saja."

"Astagfirullah, tobat Ton. Tobat mumpung masih dikasih waktu untuk hidup."

"Bapak terus shalat yang bapak kerjakan untuk apa? Menyembahnya? Katanya Dia tidak perlu disembah, ekstenssinya tidak akan hilang walau semua mausia tidak datang membungkuk, meminta pertolongan padanya. Bodoh amat dengan pekerjaan sia-sia tersebut atau untuk menenteramkan hati.

Dengan main Play Station hati saya sudah senang daripada mengikuti cara bapak membungkuk-bungkuk seperti tadi."

"Tapi ketenangan yang kamu peroleh hanya pemuas nafsu belaka, bukan ketenangan sejati akan hakikat Ilahi yang begitu dekat denganmu. Ketenanganmu hanya ketenangan ragawi bukan ketenangan abadi. Jika PS-mu rusak kau akan marah-amarah lagi kan? Tapi kehadiran dalam dadamu akan mampu membuat kamu merasakan yang hendak direncanakan untukmu. Semua ada maknanya.[]