Friday, September 23, 2011

Temukan Sendiri Happiness Booster Anda!

Happiness Booster
RINGKASAN SMART HAPPINESS, SmartFMNetwork
Jumat, 23 September 2011
Narasumber: Arvan Pradiansyah

Happiness Booster adalah kegiatan dan aktivitas yang bisa kita lakukan untuk meningkatkan atau menciptakan kebahagiaan. Alat ini bisa kita ciptakan sendiri, tujuannya ialah untuk menghasilkan perasaan yang bahagia. Kenapa kita butuh Happiness Booster, karena happiness itu ada kalanya sulit didapat, padahal manusia itu selalu ingin menemukan happiness. Bila happiness sulit ditemukan, itu artinya ada yang salah dengan diri kita.

Ada dua hal yang bisa membuat kita sulit bahagia, yaitu:
1. Khawatir (worry), kita ingat pada masa depan, padahal hal itu belum terjadi
2. Menyesal (sorry), kita ingat masa lalu, padahal itu sudah berlalu.

Dengan happiness booster, kita bisa mengusahakan happiness setiap saat. Happiness booster bisa dihasilkan dari dalam diri kita (inner happiness) maupun luar diri kita (outer happiness). Idealnya setiap orang memiliki happiness booster sendiri-sendiri, bahkan kalau perlu "mematenkan" cara tersebut, agar setiap kali dirundung kemalangan bisa dengan mudah memulihkan perasaan bahagia dan mendapat semangat dan optimisme. Orang yang bahagia ialah orang yang lebih baik dalam mengembalikan keadaan puas dan bahagia, hidup di saat sekarang.

Happiness booster orang bisa sangat beragam, ada yang lewat gerakan fisik (beraktivitas, olahraga, jalan-jalan menikmati alam), meditasi, menikmati sesuatu (lagu, film, makan yang sehat), termasuk kegiatan spiritual (misalnya berdoa sampai menangis), menjalankan hobi, berinteraksi dengan orang lain dengan kasih sayang (dengan keluarga, kawan dekat, kerabat yang berprestasi.) Berimajinasi juga bisa membuat orang bahagia, baik mengenang pengalaman yang sudah terjadi atau membayangkan sesuatu yang belum atau tidak kita alami.

Ada orang yang punya happiness booster dari nonton wayang kulit, karena dari sana selain mendapat hiburan, di situ dia juga mendapat filosofi kehidupan, tampilan visual, juga sastra. Dengan melakukan meditasi secara rutin, prefrontal cortext dalam otak kita jadi tumbuh. Syarat itulah yang berperan dalam menumbuhkan rasa bahagia. Mendengar musik yang bikin bahagia membuat otak menghasilkan dopamin, enzim yang menyebabkan kita senang.

Berbelanja juga bisa membuat orang bahagia, tapi kita tetap harus waspada. Belanja barang hanya membuat perasaan bahagia sebentar. Ada belanja yang bisa menghasilkan perasaan bahagia lebih lama, yaitu "belanja pengalaman" (experience) yang menghasilkan kenangan indah dan "pro-social spending" seperti beramal (charity), mentraktir teman baik, dan lain-lain.

Tentukan sendiri happiness booster Anda! Orang yang bahagia akan lebih mudah meraih kesuksesan. Hidup kita ini sebentar, jangan sia-siakan berlalu tanpa happiness di dalamnya.[]

Monday, September 19, 2011


Hari Vinyl Pertamaku
---Anwar Holid

Selesai menyaksikan Arvan Pradiansyah memotivasi sembilan ribu orang di Istora Senayan, Jakarta, aku secepatnya ke stasiun Palmerah menuju stasiun Rawa Buntu, Tangerang. Hari itu aku juga semangat dengan keramahan Taufiq Rahman mengajak ke rumahnya untuk mendengarkan vinyl. Taufiq adalah co-founder Jakartabeat.net, sebuah situs yang secara virtual menjadi komunitas penggemar musik dan ide-ide humaniora pada umumnya.

Aku dijemput di stasiun, dan begitu membuka pintu mobilnya, terdengar gelegar band AKA yang bernyanyi dalam bahasa Inggris. "Tiap merilis album, minimal mereka menciptakan dua lagu berbahasa Inggris, dan anehnya lagu itu pasti lebih bagus dari lagu Melayu mereka yang menya-menye," terang Taufiq. "Ada sekitar empat belas lagu Inggris ciptaan mereka. Itu cukup untuk bikin kompilasi yang bisa diterbitkan di luar negeri." Lebih informatif lagi cerita dia, AKA juga merilis album berbahasa Jawa maupun irama kasidah---yang sekarang dengan gampang dinilai sebagai "musik religius", benar-benar kontras dengan citra mereka sebagai rocker yang brutal.

Setelah AKA, Led Zeppelin segera muncul. "Kompilasi apa nih?" tanyaku karena urutan lagunya rada aneh. "Ah, ini cd bajakan," kata. Aku ngakak dengar jawabannya.

Aku pertama kali bertemu Taufiq waktu jadi juri "Jakartabeat Music Writing Contest 2011" yang menghasilkan banyak tulisan menarik tentang kondisi musik Indonesia. Tapi ini pertemuan pertamaku untuk melihat-lihat dan menyimak koleksinya.

Aku audiofil kere. Tidak terbayangkan bahwa suatu saat aku punya turntable sekalian dengan vinylnya. Meski sekarang kenal tiga-empat orang yang fanatik vinyl, aku belum punya pengalaman mendengar vinyl secara komprehensif. Aku tumbuh dengan mengoleksi kaset, dulu jumlahnya sampai ratusan, dan setelah itu aku menganggap cd lebih hebat, karena kemasannya memang lebih mewah dan sleevenya bisa berbentuk buku. Aku juga sempat punya puluhan cd yang aku anggap benar-benar istimewa, tapi sekarang bersisa belasan.

Selama pengalamanku mendengar musik, vinyl bukan pilihan. Aku mengganggap vinyl kuno dan ribet. Tapi barangkali yang lebih tepat ialah aku tidak punya akses dan tidak punya turntable. Aku pikir cd merupakan teknologi tertinggi dalam industri musik, paling tinggi derajat dan kualitasnya. Orang seperti Taufiq bisa membantah pendapat ini secara sophisticated apa kelebihan vinyl dibandingkan kaset, cd, maupun mp3 lossless.

Perkenalanku dengan orang sejenis Taufiq membuat aku tahu dunia vinyl membentuk komunitas fanatik yang punya banyak cerita menarik. Seorang kawanku punya vinyl amat langka dengan nilai kolektibel tinggi: cetakan pertama debut album Dara Puspita. Lainnya bilang, waktu pertama kali tergila-gila pada vinyl, dirinya bisa menghabiskan dua juta rupiah per bulan untuk beli piringan hitam. Untung dia segera waras, kalau enggak bisa segera kere. Harga vinyl album Guruh Gypsy bisa mencapai satu juta rupiah. Dengan uang segitu kamu bisa tenggelam dalam segunung cd mp3 bajakan dengan kualitas mengerikan sambil mabuk. Demi Tuhan, jangan lakukan itu!

Memang apa istimewanya mendengar musik via vinyl?


Itu juga pertanyaan terbesarku ketika pertama kali kenal dengan Taufiq beserta kefanatikannya pada vinyl. Aku dari dulu curiga bahwa segala yang berbau fanatisme pasti bersifat fetish. Taufiq tidak menyangkal itu. Dia cerita, sewaktu kuliah S2 di Northern Illinois University, Amerika Serikat, dia dan Philips Vermonte---sang founder Jakartabeat.net---sering dengan antusias mengunjungi toko rekaman yang ada di dekat kampus mereka. Meski tahu bahwa koleksi toko itu tidak setiap hari berubah dan mereka pun hanya bisa beli kalau lagi mampu, toh mereka suka melihat-lihat koleksinya, membicarakan berbagai aspek albumnya, atau mendadak menemukan album legendaris yang sudah lama diincar dengan harga miring. Rasanya seperti orang beragama mengunjungi tempat ibadah. Mungkin memang ada kebutuhan spiritual tertentu yang terpenuhi dengan mendatangi tempat seperti itu. Mirip seorang temanku yang sudah punya ribuan koleksi album---terutama cd dan sekarang beranjak pula ke vinyl---namun masih juga menyempatkan pinjam atau lihat-lihat koleksi musik di Kineruku, Bandung. Mungkin yang ingin dia temui ialah justru sesama kawan yang antusias, nuansa atau scene yang hidup di tempat seperti, bukan semata-mata menambah atau mendengar koleksi lain. Dengan mengunjungi tempat seperti itu hatinya jadi senang dan ada sesuatu dalam dirinya yang terpenuhi.

Salah satu alasan paling indah sekaligus telak ialah konon vinyl merupakan media yang bisa menyimpan rekaman suara mendekati aslinya. Barangkali benar. Pendapat itu disahkan ensiklopedia. Pengalamanku sekitar lima jam mendengar, membuka-buka, melihat-lihat, dan mencoba-coba berbagai album, apalagi boleh dibilang semuanya merupakan album magnum opus atau notable dan dinilai "critically acclaim" oleh kritikus paling tega sekalipun, lantas diputar dengan volume memadai, rasanya para musisi itu langsung main di tempat. Suara dari vinyl memberi pengalaman spasial (meruang) yang hebat dan mengagumkan. Musisi seolah-olah persis ada di depan kita. Rasanya sungguh lain bila dibandingkan mendengar album itu dari versi mp3 dengan bitrate tinggi sekalipun.

Salah satu yang paling aku ingat kemarin ialah mendengar Refused, sebuah band punk yang punya visi bahwa suatu ketika genre itu akan menjadi "hardcore." Begitu diputar, album The Shape of Punk to Come benar-benar nendang, apalagi virtuositas mereka rapi sekali. Begitu selesai, aku langsung janji: "Aku harus punya versi mp3nya!"

Taufiq bukan "banci koleksi", tapi dia sangat selektif. Kebanyakan koleksinya berstatus "cult", seperti halnya Jakartabeat mampu mengenalkan musik yang dinilai di luar jangkauan radar industri musik populer. Jakartabeat sukses membuat menulis musik menjadi hal penting. Tapi yang lebih ambisius lagi ialah Jakartabeat berusaha meruntuhkan ikonoklasme dalam jurnalisme musik. Itu sudah terbukti dari lomba yang mereka buat dan di buku Like This yang banyak direview.

Pengalaman pertama mendengar vinyl hari itu benar-benar mengesankan. Piringan hitan dan jarum itu membuatku bergetar, apalagi aku sudah lama sekali tak mengalami ketakjuban terhadap album sebagai benda seni atau karya utuh yang wujudnya bisa raba dan dirasa-rasa. Like this![]

Anwar Holid, penulis buku Keep Your Hand Moving (GPU, 2010).

SITUS TERKAIT
http://jakartabeat.net
http://twitter.com/jakartabeat
http://www.facebook.com/profile.php?id=857175555 <--Facebook Taufiq

Friday, September 16, 2011


[KISAH]
Ulat yang Ingin Jadi Kupu-Kupu 

Apakah cukup menjadi diri sendiri?


Seekor ulat bermimpi ingin jadi kupu-kupu yang cantik, tapi kawan-kawannya menyarankan agar dia tetap menjadi diri sendiri. Suatu hari dia ketemu semut merah.

"Aku ingin jadi kupu-kupu," ujar ulat itu.
"Kenapa kamu mau jadi kupu-kupu?"
"Aku ingin membuat taman jadi lebih indah. Aku juga mau membantu penyerbukan tanaman ke tanaman lain. Itu akan membuat mereka menghasilkan biji, dan akhirnya jadi tanaman baru. Aku ingin terbang. Aku akan mempercantik taman ini dan orang-orang senang melihatku."
"Ah, kamu bercanda. Kamu ini binatang melata. Takdirmu merayap. Jadilah diri sendiri! Jangan mimpi dan tunggu sampai kamu dipatuk burung," kata semut merah sambil tertawa.

Ulat kecewa dengan jawaban semut merah, kemudian dia pergi ke tempat lain dan ketemu dengan ulat belang. Dia mengutarakan lagi keinginannya untuk jadi kupu-kupu. Temannya berkata, "Jadilah diri sendiri. Keinginanmu itu akan mengecewakanmu. Jangan mencoba macam-macam. Enggak usah berusaha terbang. Kamu bukan kupu-kupu. Terlalu keras berusaha akan membuat kamu kecewa. Jadi diri sendiri saja. Jangan mengubah apa pun!"

Jawaban itu juga tidak memuaskan dirinya. Jadi dia terus berkelana ke sela-sela daun lain, merenung, dan masih sedih. Dia bermimpi jadi kupu-kupu, tapi saat melihat dirinya sendiri sekarang, dia adalah ulat. Saran temannya membuat dia berpikir bahwa menjadi kupu-kupu berarti tidak menjadi diri sendiri. Dia ingin berkembang dengan tetap menjadi diri sendiri.

Seekor kupu-kupu yang terbang melintas di situ melihat dia dan penasaran kenapa ulat ini kelihatan sangat sedih.

"Kenapa kamu kelihatan sedih begitu?" tanya kupu-kupu.
"Aku ingin jadi kupu-kupu seperti kamu," jawab ulat.
"Memang kenapa kamu ingin jadi kupu-kupu?"
Ulat kembali mengutarakan alasan ingin jadi kupu-kupu, namun teman-temannya menasihati agar dia "jadi diri sendiri." Pendapat itu membuatnya bingung.

"Teman-teman kamu benar, tapi jadi ulat saja tidak cukup. Kamu memang harus jadi diri sendiri, tapi jangan membunuh mimpi-mimpimu. Jangan tolak kesempatan untuk berkembang. Tidak berbuat apa-apa dan bersikap pasif bukanlah menjadi diri sendiri," demikian kata ulat.
"Jadi aku bisa jadi kupu-kupu yang cantik seperti kamu?"
"Tahu enggak, dulu aku pun seekor ulat, tapi sekarang aku sudah jadi kupu-kupu. Kamu punya kesempatan untuk jadi kupu-kupu. Teruslah merayap sambil makan yang cukup dan bagus. Cari tempat yang aman untuk membuat kepompong dan melindungi dirimu dari pemangsa dan setelah itu tunggu prosesnya. Percayalah kamu bakal bisa jadi kupu-kupu. Jadilah yang terbaik untuk dirimu!"

Penjelasan itu memberi harapan bagi sang ulat.

"Tumbuhlah lebih baik. Jadilah yang terbaik untuk dirimu!" dukung kupu-kupu sambil terbang untuk menunaikan tugas lain pada hari itu.

Hari demi hari setelah itu sang ulat terus merayap dan makan daun. Dia berusaha keras melindungi diri agar tidak dipatuk burung maupun predator lain. Sampai saatnya dia siap bertransformasi, bisa membuat kepompong yang kuat, dan di dalam kepompong itu dia pelan-pelan berubah jadi kupu-kupu yang cantik.

Mimpi ulat jadi kenyataan. Dia bisa terbang. Dia membuat taman lebih cantik. Dan dia masih tetap menjadi diri sendiri, menjadi yang terbaik untuk dirinya sendiri.[]

Disadur oleh Wartax dari "Butterfly’s Story: Is It Enough to be Your Self?" Sumber: http://authspot.com/short-stories/butterflys-story-is-it-enough-to-be-your-self/?1247472

Gambar dari Internet.

Monday, September 12, 2011


ARVAN PRADIANSYAH BLOG COMPETITION 2011

Apa yang sesungguhnya kita cari di dunia ini? Kesuksesan atau kebahagiaan?

Arvan Pradiansyah, penulis buku-buku best-seller di bidang pengembangan diri dan motivasi yakin bahwa kita sebenarnya sangat ingin menemukan kebahagiaan dibandingkan kesuksesan. Keyakinan itu secara konsisten dia utarakan di setiap kesempatan, misalnya ketika melayani konsultasi di berbagai perusahaan, menyelenggarakan training, mengisi sesi motivasi, bahkan sebagai narasumber talkshow "Smart Happiness" para pendengar tak segan menyebut dia sebagai "Guru Kebahagiaan."

Untuk mengintensifkan dan makin memassifkan keyakinan tersebut, ILM (Institute for Leadership and Life Management) mengundang seluruh blogger Indonesia untuk mengikuti lomba menulis di blog (blog competition) yang selaras dengan ide-ide pemikiran tersebut.

APA YANG BISA DITULIS?
Peserta bisa mengeksplorasi gagasan pemikiran Arvan Pradiansyah, terutama di area leadership (kepemimpinan), happiness (kebahagiaan), dan life management (manajemen kehidupan).

Agar bisa memahami pemikiran Arvan Pradiansyah secara komprehensif dan mengetahui layanan yang dia berikan kepada klien, peserta sangat disarankan untuk membaca karya-karyanya baik berupa buku dan audio book, browsing di http://ilm.co.id, termasuk  mendengarkan talkshow "Smart Happiness" pada setiap hari Jumat, pukul 07.00 - 08.00 di Smart FM 95.9 FM Jakarta dan live streaming di http://radiosmartfm.com.

Buku dan audio book karya Arvan Pradiansyah ialah:
* You Are a Leader!
* Life is Beautiful
* Cherish Every Moment
* The 7 Laws of Happiness
* You Are Not Alone
* Inspirasi Happiness 1
* Inspirasi Happiness 2

TEMA KOMPETISI
* Leadership and Happiness with Arvan Pradiansyah

KEYWORDS TARGET DALAM LOMBA INI IALAH:
* Arvan Pradiansyah
* leadership                                                    
* happiness
* kebahagiaan
* life management
* seminar
* motivator
* training motivasi
* public speaker (pembicara publik)

KETENTUAN KONTES DAN TEMA
1. Kontes dimulai pada 19 September 2011, pukul 08.00 WIB dan berakhir pada 21 Oktober 2011, pukul 24.00 WIB (waktu up load posting).

2. Pemenang akan diumumkan di http://apblogcom.blogspot.com pada Senin, 31 Oktober 2011.

3. Peserta adalah blogger berkewarganegaraan Indonesia, terbuka untuk siapa saja.

4. Peserta hanya boleh mengirimkan satu tulisan.

5. Panjang tulisan maksimal dua halaman (kurang-lebih 880 kata).

6. Tulisan harus bebas dari unsur pornografi dan SARA.

7. Tulisan harus di posting di blog pribadi, forum komunitas, maupun notes jejaring sosial.

8. Tulisan harus atas nama pribadi dan orisinal, bukan atas nama orang lain.

9. Posting lomba harus menyertakan link back dengan tulisan:
* Situs terkait: http://ilm.co.id

10. Posting tulisan harus menyertakan banner logo lomba kompetisi yang bisa didapat di http://apblogcom.blogspot.com

11. Posting tulisan wajib didaftarkan (diregistrasi) ke email blogcompetition@ilm.co.id
* Subject: AP BLOG COMPETITION 2011
* Informasi berisi: laman tempat posting dan data singkat penulis

13. Keputusan juri mutlak dan tidak dapat diganggu gugat.

HADIAH
Tiga pemenang akan diumumkan di http://apblogcom.blogspot.com, pada Senin, 31 Oktober 2011.

Juara I
* uang Rp.1.500.000,-
* paket berisi lima buku + 2 audio book Arvan Pradiansyah
* free 2 sesi public seminar dengan total nilai Rp.750.000,- dari ILM

Juara II
* uang Rp.1.000.000,-
* paket berisi lima buku + 2 audio book Arvan Pradiansyah
* free 2 sesi public seminar dengan total nilai Rp.750.000,- dari ILM

Juara III
* uang Rp.500.000,-
* paket berisi lima buku + 2 audio book Arvan Pradiansyah
* free 2 sesi public seminar dengan total nilai Rp.750.000,- dari ILM

Hadiah hiburan untuk 5 pemenang
* paket berisi lima buku + 2 audio book Arvan Pradiansyah
* free 2 sesi public seminar dengan total nilai Rp.750.000,- dari ILM