Ke Mana Arah
Gerakan Literasi Kita?
Membaca dan Merenungkan Suara dari Marjin (Sofie Dewayani & Pratiwi Retnaningdyah)
--Hernowo
Hasim
Suara dari Marjin: Literasi sebagai Praktik Sosial
Penulis: Sofie Dewayani & Pratiwi Retnaningdyah
Penerbit: PT Remaja Rosdakarya, Bandung
Halaman: 229
Tahun terbit: Mei 2017
Harga: Rp78.500
ISBN: 978-602-446-048-8
Penulis: Sofie Dewayani & Pratiwi Retnaningdyah
Penerbit: PT Remaja Rosdakarya, Bandung
Halaman: 229
Tahun terbit: Mei 2017
Harga: Rp78.500
ISBN: 978-602-446-048-8
Ketika menerima
kiriman draft buku Suara dari Marjin,
saya langsung bilang ke Mbak Tiwik--panggilan akrab Pratiwi Retnaningdyah--dan
Mbak Sofie bahwa Bab 2 dan Bab 3 sangatlah mengesankan. Dua bab tersebut berisi
pengalaman literasi kedua penulis yang juga menjadi anggota satuan tugas
Gerakan Literasi Sekolah (GLS) Ditjen Pendidikan Dasar dan Menengah Kemdikbud.
Mbak Tiwik
adalah doktor literasi dari Universitas Melbourne, Australia, sementara gelar
doktor Mbak Sofie diraih di Universitas Illinois, Amerika Serikat. Sebelum saya
memperoleh buku karya kolaborasi mereka, saya sudah membaca banyak tentang
pengalaman literasi Mbak Tiwik lewat website IGI (Ikatan Guru Indonesia) yang
diposting oleh Pak Satria Dharma. Tulisan-tulisan Mbak Tiwik sangat
menginpsirasi saya untuk menggerakkan literasi sejak dini.
Saya baru
mengenal secara dekat Mbak Sofie ketika diundang oleh satgas GLS—yang diketuai
oleh Dr. Pangesti Wiedarti—dalam acara FGD (focussed
group discussion) yang membahas topik penjenjangan buku. Sehabis ketemu di
acara tersebut, Mbak Sofie kemudian mengirimkan beberapa file artikel yang
ditulisnya tentang literasi kepada saya via email. Saya pun banyak mendapat
sudut pandang baru dalam memandang literasi.
"Menjadi
literat lebih kompleks dari sekadar memahami simbol tertulis," tulis Mbak
Sofie di halaman 26 ketika menjelaskan pengalaman literasinya di negara Paman
Sam. "Perlakuan yang diberikan kepada kelompok minoritas yang tidak berbicara
dengan bahasa kaum mayoritas, tidak berperilaku, atau berpikir, atau memahami
konsep tentang kebersihan, keamanan, gaya hidup sehat, memuat diskursus tentang
literasi yang bukan sekadar aksara, namun juga cara hidup dan berbudaya."
Salah satu
pengalaman literasi Mbak Tiwik yang saya ingat hingga kini--saya memposting di
Facebook pada 24 Juni 2012 dan memposting ulang pada 2 Maret 2015--adalah
tentang "reading centre." Mbak Tiwik menulis, "Yang dimaksud
Reading Centre ini sebenarnya hanyalah salah satu ujung ruang bermain seluas 1
X 1 meter persegi. Ada rak buku kecil dan beberapa buku. Di atas rak yang lain
ada beberapa kardus berisi buku. Empat kursi sofa untuk ukuran anak-anak ditata
seperti ruang tamu. Tidak luas, namun nyaman.
"Ada sebuah
poster tertempel di dinding yang menyebutkan fungsi Reading Centre sebagai
tempat anak-anak untuk bersantai, menikmati dan mengeksplorasi buku-buku dalam
suasana yang tenang dan menyenangkan. Anak-anak bisa merasakan pengalaman
memegang dan membaca buku, terlibat dalam komunikasi non-verbal, memaknai
gambar dan teks, dan bercakap-cakap tentang apa yang mereka temukan dalam
buku-buku tersebut. Pengalaman-pengalaman inilah yang akan membawa mereka ke
‘pengalaman membaca yang sebenarnya."
Terus terang
pengalaman literasi Mbak Sofie dan Mbak Tiwik tersebut kemudian sedikit
"memaksa" dan mengarahkan saya untuk membaca secara mendalam Bab 7.
Judul Bab 7 buku Suara dari Marjin
kemudian saya pakai untuk menjuduli tulisan saya ini. Mbak Sofie dan Mbak Tiwik
dengan bagus mempertanyakan arah gerakan literasi kita. Katanya, literasi saat
ini diperlakukan seperti fashion. "Kita beramai-ramai memakainya agar tak
tertinggal gerbong pendidikan modern. Pada gerbong ini, kriteria
kemelekaksaraan menjadi usang. Kita mengamini bahwa seseorang tak cukup dapat
membaca. Ia harus dapat memahami bacaan tersebut, menganalisis, memilahnya,
lalu menggunakannya untuk meningkatkan taraf kehidupan…. Namun, apakah gerakan
literasi kita melangkah ke arah yang seharusnya?"
Buku Suara dari Marjin: Literasi sebagai Praktik
Sosial (PT Remaja Rosdakarya, Mei 2017) sangat mencerahkan diri saya.
Apakah suara-suara yang berasal dari buku ini akan didengarkan oleh bangsa yang
sedang mabuk literasi saat ini? Apakah arah gerakan literasi--yang dicoba
dikritisi oleh buku ini--akan benar-benar melangkah ke arah yang seharusnya?
Apakah literasi lokal yang mengakar pada kekhasan praktik budaya dan jati diri
bangsa--sebagaimana dibahas dengan sangat menarik oleh buku ini—akan mendapat
perhatian pula?
Hernowo Hasim, perumus konsep “mengikat makna”, penulis buku Andaikan Buku Itu Sepotong Pizza
1 comment:
888casino Review - Casino Games and Casinos
It's 원주 출장샵 fair to say 888casino is a top 10 online gambling site in the world. 포항 출장안마 They 양산 출장안마 offer all sorts of games, 논산 출장안마 from slots to live 의정부 출장안마 dealer games. They have more
Post a Comment