Buat Apa
--Anwar Holid
Buat apa ada negara kalau rakyatnya masih pada sengsara?
Buat apa pemerintahan kalau orang-orangnya
menolak mengakui ada sekian ribu penduduknya ternyata
kelaparan atau mati seolah-olah mereka pendatang haram,
yang tak layak dapat simpati dan perhatian?
Buat apa gonta-ganti menteri
kalau mereka ini ternyata mau enaknya sendiri
Buat apa ada polisi kalau mereka ternyata kadang-kadang
malah suka memperkosa atau menganiaya
orang-orang tak berdosa
Buat apa capek-capek bilang harus taat pada negara tapi
ternyata mereka senang menghajar orang-orang yang menuntut keadilan
seolah-olah mereka penjahat yang suka mengganggu orang-orang tanpa daya
Buat apa sekolah-sekolah tinggi didirikan
dengan harapan muluk tentang peradaban, keunggulan,
padahal sebenarnya itu bisnis sertifikasi
agar seseorang merasa yakin bahwa dia bisa bersaing
dan memperoleh kesempatan
Buat apa ada guru kalau murid-muridnya degil
atau mereka malah diperingatkan
begitu minta perhatian lebih pantas dari pemerintah
atas kerja keras dengan bayaran tak layak
Buat apa begitu banyak perguruan atau organisasi didirikan
mungkin dengan maksud baik, tapi akhirnya malah membuat penghuninya
jadi fanatik, dipenuhi esprit de corps buta untuk membela kawan
yang dalam pandangan mereka teraniaya
atau membuat pemimpinnya despotik
mereka yang berkumpul besar-besaran jadi pintar
mencari cara buat membalas
dendam
Buat apa memberitakan kemiskinan, orang-orang yang gagal beli obat murah,
mati dengan mudah karena dokter malas masuk
tempatnya terlalu miskin untuk dikunjungi
dan departemen kesehatan telah menghapus peta transportasi ke arah sana
sementara pemerintah pusat terlalu keras tawar-menawar
membagi-bagi pos kekuasaan
tapi beberapa menit kemudian kita dengan jernih mendengarkan
orang-orang yang mungkin dengan santai
bisa sedot lemak seharga lima ratus juta
demi sebuah penampilan atau kebugaran
menyatakan bahwa itu bagus buat kesehatan
agar tubuh mereka terus segar
dan mati pasti jadi cukup sulit menghampiri
Buat apa banyak-banyak baca buku
atau mungkin tahu hampir segala sesuatu
tapi sulit percaya ada anak kecil
lahir dari keluarga miskin,
setiap hari harus kerja bawa karung
telanjang kaki, menelusuri seluruh sudut kota
terutama tempat sampah di depan rumah mewah
yang anak-anak seusianya menyaksikan takjub di balik pagar besi tinggi
sedang mencari apakah dia dari barang-barang buangan keluarga?
mencari penghasilan membantu keluarga
melupakan sekolah, terbiasa capek dan berkeringat
mereka mungkin tak terhitung, tapi kerap jadi keprihatinan atau alasan
banyak lembaga untuk mencari permohonan sumbangan
namun duitnya ditelan sendirian
Buat apa bilang ingin sederhana dan lebih spiritual
tapi hidup tak bisa lepas dari banyak benda
cd player, lagu favorit, makan enak,
uang banyak, pulsa melimpah
kebebasan pribadi terjamin, bebas dari ancaman
paling takut kalau harus kehilangan sesuatu
makanya menjaminkan segala benda yang dimilikinya
untuk jaga-jaga kalau bencana melanda
jadi sebenarnya ingin sederhana dalam hal apa?
semua mau ada, tak mau kekurangan sedikit saja
Buat apa bilang ada Tuhan
kalau ada seorang anak kecil
yang amat miskin, hanya bisa main bola dari buntalan rombeng
dia berdoa minta diberi bola plastik saja
tapi bola itu tak kunjung datang dan
yang jatuh dari langit
daun kering dari atas pohon tempatnya berteduh
Buat apa menulis
kalau ternyata semua tampak begitu sulit
dicari maknanya
dan yang bisa dilakukan baru mengira-ngira.
4:36 13/12/05
4:36 13/12/05
2 comments:
Ouisi yang indah sekali!!
Inspiratif...
Begitu banyak kenyataan yang tidak sanggup ditangkap mata perspektik... Hanya dapat diselami dengan mata hati...
Negeriku ini, entah berapa lama lagi akan dibalut lumpur ketidakpedulian... Dan lumpurnya tetap saja tidak akan hilang, jika diusap dan dibilas dengan air lumpur yang tak kalah pekat...
Salam,
Makasih sudah baca. Boleh kenalan? Siapa ya? Aku coba lihat, tapi profil kamu nggak ada.
Wasalam,
Wartax
Post a Comment