AYO BUNG! GERAK LEBIH CEPAT. BELANDA SUDAH DEKAT!
--Anwar Holid
Hei bung, kamu bikin resolusi apa tahun 2012 ini? Aku gak bikin, soalnya banyak resolusi tahun lalu yang gak kecapai. Begitu sms yang aku dapat dari seorang kawan waktu sedang liburan ke Sukabumi di awal tahun 2012.
Aku balas: aku mau beli jam tangan Omega, laptop, dan menerbitkan buku baru. Tapi yang ada di dalam kepalaku di antaranya ialah: aku mau renovasi rumah, bayar sertifikat tanah, beli emas, beli ranjang untuk anakku, beberapa alat dapur, lebih ramah ke orang, lebih sering mengunjungi keluarga, kawan-kawan dekat, juga kerabat. Dan di atas semua itu: aku mau memperbaiki kinerja dan rasanya aku mau meningkatkan penghasilan. Wah, daftar resolusiku bisa panjang.
Tapi untuk apa meningkatkan penghasilan? Aku hampir kehilangan alasan, dan mungkin karena itu aku belum berubah drastik. Yang sempat terpikirkan hanyalah bahwa penghasilan cukup bisa membuat aku lebih lega belanja.
Tahun 2011 lalu aku merasa bernasib seperti Carlos Tevez, tentu saja bukan secara finansial.
Belum satu musim bergabung dengan sebuah perusahaan, aku resign dan harus mencari klub lain dengan status bebas transfer, dan akhirnya kembali jadi tentara bayaran. Karena gagal bersinar dan menunjukkan prestasi di kantor kurang dari satu tahun, aku merasa tahun 2011 adalah tahun terburukku dalam menjalani karir. Yang melegakan adalah dukungan sejumlah kawan dekat, yang salah satunya bilang begini: Karir lain-lainnya sudah menunggu kok.
Apa aku enggak punya mimpi lebih gila dari ingin punya jam tangan Omega, seperti beli mobil, berpenghasilan 39 juta sebulan, atau memecahkan rekor versi On The Spot?
Entahlah. Aku tahu persis dalam beberapa hal aku sudah kehilangan keinginan. Mungkin dalam hal ini aku punya mekanisme menahan diri. Contoh sederhana ialah rasanya keinginanku untuk beli kaset atau cd sudah habis. Tapi karena pergaulan, dari hasrat yang paling halus, mungkin kini timbul keinginan untuk punya turntable dan mendengarkan album-album hebat dari vinyl.
Belum selesai dengan urusan resolusi, aku menerima email dari kawan lain dengan subjek: Hidup seperti apa yang kamu inginkan di tahun 2012?
Salah satu obsesiku di tahun 2012. |
Menjaga harapan dan kepercayaan
Yang terang: aku malas menginginkan sesuatu yang abstrak seperti kebahagiaan, perdamaian, iman, melayani, bahkan kesederhanaan. Ratu kecantikan, duta ini-itu, rockstar dan bintang film, motivator, pemimpin negara, juga imam agama sudah kerap membahas hal-hal itu tapi hasilnya klise semua. Aku menginginkan yang nyata, yang benar-benar bisa dilakukan.
Kalau kamu benar-benar mau melayani, panggillah gelandangan yang butuh tempat berteduh. Dia kelihatan hanya punya payung dan beberapa kantong keresek entah berisi apa. Jangan layani rekan bisnis atau klien kamu, karena mereka sudah bisa melakukannya. Berbisnis saja dengan mereka.
Kalau kamu mau mengirim kebahagiaan, kirimkan itu pada orang sengsara, lemah, atau kalah. Jangan kirim kepada orang yang mau membeli produk kamu, karena mereka tidak butuh kebahagiaan. Yang mereka butuhkan adalah imbalan setimpal atas uang yang mereka keluarkan. Ekspektasinya sebesar harga yang mereka bayar.
Kamu jangan bilang ingin melayani padahal targetmu adalah profit atau repeat order dengan jumlah nominal lebih besar. Itu terdengar seperti politisi yang bikin iklan besar-besaran bilang berpihak pada rakyat atau menyuarakan aspirasi kaum jelata, padahal yang dia inginkan adalah menggenggam kekuasaan dan mengendalikan proyek yang bisa dibuat lewat surat perintah.
Mungkin, dari dasar diriku, yang benar-benar aku inginkan ialah mengamankan perasaan diri sendiri. Seorang kawan bilang aku gampang sinis, mudah gelisah, suka membocorkan sikap apatis, kuatir berbagai hal. Mungkin itu mempengaruhiku tidak mencurahkan energi maksimal untuk melakukan sesuatu, gampang pecah konsentrasi, terkesan suka meremehkan sesuatu. Itu bisa menghalangiku berbuat.
Berbuat. Berbuat. Ah, iya, berbuat! Mungkin resolusi ini yang mestinya aku jadikan spirit di tahun ini. Lebih semangat mengerjakan sesuatu. Menggarap order. Menyelesaikan janji. Mewujudkan resolusi. Mencicil keinginan agar pelan-pelan jadi kenyataan. Lebih disiplin. Menjaga harapan dan peringatan dari orang-orang yang memberiku kepercayaan.
Ajo boeng! Gerak lebih tjepat! Belanda makin dekat![]
Anwar Holid, penulis Keep Your Hand Moving (GPU, 2010).
9 comments:
Hi hi tulisannya lucu, Ayo seperti mengajak saya juga. Ayo Bung Divan, buntut kamu sudah kebakar. Ayo lari, lari, lari. Thx mas Holid
Coba waktunya sehari semalam ada 30 jam, rasanya Belanda mungkin masih jauh. Salam kenal and salam sukses
iya bener, resolusi saya juga banyak yg terbengkalai kok. tapi gapapa kok. bisa lebih teliti dan berusaha lagi.
Semangat, Kang Wartax! Hidup adalah menunda kekalahan, kata Chairil. Bring down the goverment, they don't speak for us, kata York! Apaan sih. Hehehe. Tapi saya ikutan semangat membaca tulisan di atas. :)
memang kadang hidup jauh dari apa yang kita harapkan, tapi percayalah saat kita menulis lembaran2 rencana hidup kita dan kita serahkan kepada tuhan maka tuhan akan menghapus beberapa bagian dan menggantinya dengan rencananya yang lebih indah
lam kenal ya gan dont forget to follow back
Coba waktunya sehari semalam ada 30 jam, rasanya Belanda mungkin masih jauh. Salam kenal and salam sukses
memang kadang hidup jauh dari apa yang kita harapkan, tapi percayalah saat kita menulis lembaran2 rencana hidup kita dan kita serahkan kepada tuhan maka tuhan akan menghapus beberapa bagian dan menggantinya dengan rencananya yang lebih indah
lam kenal ya gan dont forget to follow back
Hi hi tulisannya lucu, Ayo seperti mengajak saya juga. Ayo Bung Divan, buntut kamu sudah kebakar. Ayo lari, lari, lari. Thx mas Holid
Semangat, Kang Wartax! Hidup adalah menunda kekalahan, kata Chairil. Bring down the goverment, they don't speak for us, kata York! Apaan sih. Hehehe. Tapi saya ikutan semangat membaca tulisan di atas. :)
Post a Comment