My New Favourite Thing: Omega Constellation
---Anwar Holid
Aku bukan orang yang fashionable.
Aku juga bukan orang yang punya selera tertentu terhadap asesoris. Aku enggak terbiasa mengenakan asesoris dan tumbuh dengan kesadaran begitu. Satu-satunya asesoris yang terus menempel di badanku sejak kuliah semester 3 ialah kacamata, itu kalau mau menganggap bahwa mata minus bukanlah cacat, melainkan kesempatan untuk sedikit bisa bergaya.
Karena bukan fashionista dan buta asesoris, enggak pernah aku pakai gelang, cincin, jam, apalagi anting, tato, atau tindik. Dulu ada kawan sekelasku dapat hadiah ulang tahun arloji Mido dari ayahnya dan aku enggak ngerti kok bisa dia begitu heboh terhadap benda itu. Di tahun 1990-an aku suka banget pakai baju flanel, tapi entah ke mana sekarang baju flanel terakhir favoritku berada. Mungkin tersesat di suatu alamat palsu atau sudah aku sumbangkan waktu ada kesempatan.
Tapi sudah beberapa hari ini kebiasaanku soal asesoris berubah. Itu terjadi sejak aku mengenakan arloji Omega seri Constellation. Ceritanya, setelah ayah mertuaku meninggal pada awal November 2011, anak-anaknya pada mengambil pernak-pernik barang personalnya, baik baju, topi, kacamata, pipa, sampai pisau lipat. Aku sendiri dapat sepatu bot kulit, yang ukurannya sedikit kegedean.
Jam tangan Omega itu salah satu yang diambil Ilalang. Kondisinya sudah mati, kusam, dan dua pointer jamnya lepas. Fenfen bilang Omega itu adalah hadiah dari menantu mertuaku yang orang Australia. Aku bilang ke Fenfen, "Sini nanti aku bawa ke Rani biar direparasi." Rani adalah pemilik garasiopa.wordpress.com, toko online yang menjual barang-barang vintage, termasuk jam. Salah satu jam yang baru pertama kali aku lihat dan sangat unik di toko itu ialah arloji 24 jam.
Aku blank soal jam, jadi enggak punya anggapan apa pun soal Omega. Aku pikir semua jam sama, kecuali image dan tingkat kemewahannya. Waktu diserahkan ke Rani, aku tanya, "Ini jam bagus enggak, Ran?" Maksudku, kalau itu jam murahan, buat apa direparasi? Dia menjawab, "Bagus kok. Lumayanlah."
Benda asesoris favorit
Setelah beberapa hari di tangan Rani, aku sangat takjub melihat jam itu kembali dalam kondisi sangat cantik. Bukan saja pulih, ia juga tampak mulus, bersih, elegan. Begitu melingkar di lengan, aku langsung suka dan janji mau terus mengenakannya. Ia kelihatan simpel, gaya, dan keren.
Setelah itu aku penasaran pada Omega Constellation. Baru tahu aku ternyata Omega adalah perusahaan pembuat jam legendaris yang ada sejak 1848, salah satu merk paling dikenal di dunia. (Ini bukti bahwa aku kuper dan enggak fashionable.) Saingan terberatnya ialah Rolex. Mereka berani menyebut 7 dari 10 orang pernah dengar jam Omega. Aku juga baru kali ini ngeh sama Omega, dan jadi ingat pada iklan-iklannya di Time. Urban legend yang fanatik pakai Omega adalah.... James Bond.
Constellation merupakan seri unggulan Omega; mungkin untuk pasar umum, bukan high-end. Seri ini tampaknya salah satu jam paling collectible dan karena itu banyak dipalsukan. Ini bisa disimpulkan dari sekilas baca-baca laman soal jam vintage.
Karena Constellation ini dari Australia, jadi kepikiran apa ia asli, replika, palsu, atau KW-XXX? Yang paling meragukan, di permukaannya memang tidak ada tulisan AUTOMATIC CHRONOMETER ditambah OFFICIALLY CERTIFIED. Sementara di plat dalam tertulis JEWELS SWISS MADE. Dari browsing aku juga mendapati Constellation yang polos.
Tapi ah peduli amir dengan keragu-raguan itu! Omega Constellation ini fungsional, cantik, berguna. Selesai. Buatku yang paling penting ialah menghargai kenangan pada mertua. Sisanya, ia adalah benda asesoris kehidupan seperti halnya rapido dan album-album Queen.[]
Anwar Holid, penulis Keep Your Hand Moving (GPU, 2010).
Situs terkait:
http://garasiopa.wordpress.com/
2 comments:
asyik nih cerita dapatnya dan pandangan pragmatis-nya :D.
jadi pingin berbagi cerita soal jam juga. saya sendiri baru bulan desember 2009 punya jam tangan beli sendiri (dulu waktu kecil pernah dihadiahi bapak, tapi dua hari sobek :D). tahun 2009 itu, saya lihat di toko ada jam casio g-shock yang design awal tahun 80-an. digital. saya tanya teman, "kalau aku pakai itu bagus gak?" kata dia, "gak papa. lumayan lah. nggak terlalu besar." akhirnya dari rumah, saya cek di amazon, harganya cuman 35 dolar (termasuk g-shock paling murah hehehe). akhirnya, setelah lihat bulletproof test-nya casio di youtube (anti air, anti banting, anti hajar :D), saya pun beli. enak, buat wudlu gak usah lepas, dan sampai sekarang sudah pernah saya celup di dinginnya air ranu kumbolo, ketinggian 2.400 mdpl di semeru sana :D.
waaaah... menarik mas wawan ceritanya. di draft aku tulis dulu juga dikasih hadiah jam sama saudara, tapi udah lupa perasaannya. mungkin itu jam murahan juga ha aha ha... prasangka nih. setelah pakai omega ini, dalam hati aku mau ah beliin ilalang jam seperti ini kalau dia udah akil balik. second gak papa, yang penting bagus. tahun lalu ilalang dikasih hadiah jam sama saudara, yang menurutku bagus (katanya mahal), tapi gak lama kemudian ilalang ngaku jam itu hilang. aku curiga, tapi enggak punya bukti apa-apa.
ditunggu cerita selanjutnya soal casio g-shock. :D
Post a Comment