Ian Astbury (ki.) dan Billy Duffy (ka.), duo motor The Cult. |
Pilihan untuk Terus Bergerak
Choice of Weapon
Studio album karya The Cult
Genre: Rock, Hard Rock
Durasi: 41:38
Rekaman: Maret 2011–Januari 2012
Rilis: 22 Mei 2012
Label: Cooking Vinyl
Produser: Chris Goss dan Bob Rock
The Cult adalah salah satu band underrated era 90-an. Setelah sempat bekerja sama dengan produser legendaris Rick Rubin dan Bob Rock untuk menghasilkan dua album rock yang dinilai penting dan berpengaruh---yaitu Electric (1987) dan Sonic Temple (1989)---band ini bisa dibilang hilang dari peredaran terutama karena sepanjang dekade 90-an scene rock dilanda virus Seattle Sound dan grunge. Duo penyangga utama The Cult yaitu Ian Astbury (vokal) dan Billy Duffy (gitar), tampak kesulitan mempertahankan energi, membuat band ini sempat vakum meski terus berusaha bangkit lagi. Di luar itu, persoalan nonteknis seperti gonta-ganti personel, pertikaian dengan label, juga industri musik yang berubah menambah parah kondisi mereka.
Di sela-sela masa surut mengembangkan The Cult, Ian Astbury sempat bergabung dengan The Doors of the 21st Century (Riders on the Storm) yang kontroversial bersama dua personel asli The Doors. Dia juga berkolaborasi dengan band rock eksperimental Boris menghasilkan EP BXI (2010), selain menjadi vokalis tamu untuk album solo Tony Iommi dan Slash.
Tapi energi kreatif Ian Astbury tampak baru terdengar terwadahi sempurna bila ia bekerja sama dengan Billy Duffy. Bagi fans rock/hard rock, gitar Billy Duffy sudah terdengar distingtif dan punya signature kuat. Gitaris tipe guitar god ini menonjol terutama berkat kemampuannya menciptakan orkestrasi gitar ditambah kejelian dalam memaksimalkan lick maupun menggandakan kekuatan riff di sepanjang lagu. Banyak komentator menyebut gayanya sebagai paduan antara Jimmy Page yang melodius dengan Angus Young yang meledak-ledak dan suka mengumbar kejelian memainkan lick. Meski sulit come back secara signifkan dan mungkin tak ditunggu-tunggu, The Cult ternyata tetap berusaha menghasilkan album yang matang setiap kali muncul kembali. Bahkan di luar dugaan, setelah reuni kedua The Cult malah lebih solid, untuk pertama kali bisa tak berganti personel, yaitu bersama Chris Wyse (bass) dan John Tempesta (drums), bahkan ditambah dukungan produser Chris Goss dan Bob Rock. Dengan unit inilah The Cult menghasilkan Born into This (2007) dan album studio ke sembilan mereka Choice of Weapon (2012).
Choice of Weapon adalah tipikal album hard rock yang kuat, matang, dengan kesan kasar dan garang. The Cult membuka album dengan Honey from a Knife yang bertempo cepat berbalut riff nyaris di sepanjang track berpadu dengan permainan drum nan energetik. Untuk menggalang pendengar baru dan memikat fans, mereka memilih For the Animals dan Lucifer sebagai singel. Kedua lagu ini juga cadas, dinamik, terdengar sangat utuh khas The Cult berkat vokal Astbury yang bertenaga dibarengi permainan gitar Duffy yang kaya sekaligus atraktif. Mereka benar-benar mampu mempertahankan signature musik yang muncul sejak di awal karir mereka dengan baik. Secara keseluruhan Choice of Weapon adalah album straight hard rock yang catchy, mudah menggerakkan fans karena terdengar langsung hajar, bersih dari ornamen musik yang tidak perlu.
Ian Astbury menyatakan mereka menggunakan frasa "Choice of Weapon" karena manusia sebagai individu maupun bagian dari massa---punya pilihan atas senjata masing-masing, baik secara harfiah maupun metafora. 'Pisau, pistol, pena, kata-kata, kamera, seni, juga kreativitas bisa Anda jadikan senjata untuk revolusi budaya,' jelas dia. Senjata berbeda-beda bentuknya, bisa jadi berupa pernyataan verbal dari seorang individu atau simbol yang membangkitkan kekuatan bersama. Bagi The Cult, artinya ialah pilihan untuk jalan terus, lepas dari apakah mereka akan mendapat apresiasi sepantasnya atau tetap dianggap underrated oleh mayoritas orang.
Berbeda dengan kebanyakan band rock yang berbalut seks dan obat-obatan, image The Cult justru lebih dekat dengan isu konservasi atau kembali ke alam, peduli pada suku-suku asli pedalaman, paganisme, elegi terhadap modernisme, termasuk pseudo mistisisme karena terpengaruh musik psikedelik. Choice of Weapon pun melanjutkan tema serupa, dengan tingkat reflektif yang lebih kuat, terasa pada misalnya Life > Death dan Elemental Light.
Bagi fans rock akhir tahun 80 dan 90-an, sungguh mengejutkan betapa sebuah band lawas yang dinilai sayup-sayup ini ternyata malah bisa terdengar semakin intens dan hebat dari sebelum-sebelumnya. Mengenai hal ini, Billy Duffy sesumbar berkata, 'Kami punya fans yang hebat dan mereka pantas mendapat dedikasi terbaik dari kami. Saya rasa Choice of Weapon adalah salah satu rekaman terbaik kami.' Dengan sikap itu The Cult tampak menolak terjebak oleh romantisme istilah masa jaya atau puncak kreativitas yang mereka sempat raih di awal tahun 90-an, melainkan akan terus bergerak sampai pada saatnya disergap kemandekan kreativitas, usia, dan tenaga.[]
Anwar Holid, kontributor Kineruku.com dan jakartabeat.net.
Gambar diambil dari Internet.
No comments:
Post a Comment