Foto: Anwar Holid. |
Oleh: Anwar Holid
Dari menjelang bulan puasa hingga suasana lebaran 2017 M/1438 H aku menggulungi lima buku. Empat buku terbitan lama dan satu buku yang baru terbit pada Mei 2017. Jelas karena bulan itu suasananya religius, kebanyakan buku yang aku buka-buka itu bernuansa agama, meski sebenarnya enggak terlalu yakin apa yang sesungguhnya menggerakkan aku memilihnya. Mungkin karena ukurannya kecil dan cukup tipis, jadi mudah dibawa-bawa. Tapi di rumah, di bulan itu aku justru membuka-buka lagi buku tebal. Mungkin aku merasa ingin tenggelam dalam lautan persoalan yang sulit aku pahami, dan karena itu ingin menyelami lagi kedalamannya.
Inilah komentar permukaan atas ke-lima buku itu.
* Mudik: Kumpulan Cerpen (Beragam Penulis); Bentang Budaya, 1996
Buku ini aku baca ulang mulai menjelang bulan Ramadhan dengan harapan bisa mereviewnya sebelum libur Lebaran. Tapi meski sudah tamat baca dalam minggu pertama Ramadhan, aku gagal merevienya dengan pantas, malah beralih ke buku lain.
Antologi ini berisi 10 cerpen karya 8 maestro cerpen di era Orde Baru. Bisa dibilang buku ini merupakan cermin utuh budaya puasa, mudik, dan Lebaran kaum Muslim Indonesia, terutama yang terjadi Jawa. Cerpenis tersebut ialah Mohammad Diponegoro, Kuntowijoyo, Hamsad Rangkuti, Achmad Munif, Ahmad Tohari, Yudhistira ANM Massardi, dan Mustofa W. Hasyim. Hamsad Rangkuti menyumbang tiga cerpen; sedangkan Mustofa W. Hasyim menulis dua karya. Naskah-naskah dikumpulkan Aris Munandar, Muhammad Jihad, dan In'am Mustofa; sementara Mohamad Sobary memberi kata pengantar.
Kita bisa membayangkan seperti apa suasana maupun sisi emosionaal puasa, mudik, dan Lebaran, baik pemaknaan, kekhidmatan, maupun kehebohannya. Apa lagi masing-masing penulis memang punya kekuatan dan hal istimewa untuk diceritakan. Karya paling menarik yang patut mendapat perhatian lebih dalam buku ini bisa jadi ialah "Hati yang Damai Kembalilah Kepada Tuhan" (Kuntowijoyo) karena nuansanya lembut sekaligus penuh kasih dalam memperlakukan seseorang yang dianggap sebagai pendosa kelas berat. "Parcel" (Achmad Munif) sungguh terasa ironik serta menghadirkan kejutan mencengangkan, apa lagi kejadiannya persis berlangsung menjelang saat Lebaran. Ketiga cerpen Hamsad Rangkuti juga memberi sumbangan berharga. "Salam Lebaran" sangat menghibur dan langsung bisa membuat pembaca ketawa-ketawa kecil; sementara "Malam Takbir" dan "Reuni" merupakan dua cerpen serial yang bersahaja dengan nuansa melankolis dan mistis menjelang Lebaran.
* Wawasan Al-Quran (M. Quraish Shihab); Mizan, 2007
Buku paling tebal yang aku buka-buka selama Ramadhan. Dalam dunia musik, buku ini bisa diistilahkan sebagai 'double album' saking tebalnya, dan buatku sendiri buku ini seolah-olah merupakan sekuel sempurna dari "Membumikan" Al-Quran.
Jujur saja rasanya aku belum puas saja membaca meski pernah menamatkannya waktu dulu awal memilikinya. Aku selalu suka tiap kali membaca ulang, membuka-buka lagi, belum bosan membaca kembali dan menekuri puluhan topik yang tersedia. Ibarat album monumental, aku seperti ingin mengulang lagu-lagu di dalamnya sampai hapal.
Buku ini tidak perlu dibaca dari awal hinggal akhir. Cukup pilih bab, lantas simak sampai tamat. Quraish Shihab menyelami subjek demi subjek menggunakan bahasa yang simpel dan jernih, menyeluruh, mendalam, benar-benar membius, menenggelamkan pembaca, dan begitu muncul lagi ke permukaan ia segera sadar karena mendapat banyak pencerahan.
Sebagai buku babon, ia merupakan rujukan yang sangat kuat dan bermanfaat bagi setiap Muslim yang ingin tahu duduk perkara berbagai topik bahasan kehidupan, mulai dari persoalan iman, praktis kemasyarakatan (misalnya pakaian, mencari nafkah, politik, toleransi, pluralisme), hingga hal-hal abstrak (misalnya makhluk-makhluk gaib, surga-neraka, dan kiamat.)
* "Membumikan" Al-Quran (M. Quraish Shihab); Mizan, 1992
Salah satu buku utama kajian tafsir Al-Quran dan penerapannya, terutama dalam konteks keindonesiaan.
"Gagasan Al-Quran", bagian pertama buku ini menyelami tentang sejarah Al-Quran, prinsip ilmu tafsir, ditambah berbagai upaya mengembangkannya bagi kepentingan manusia. Perlu diingat, umat Islam meyakini bahwa Al-Quran diturunkan untuk seluruh umat manusia, yaitu 'manusia yang berpikir.' Jadi pada dasarnya Al-Quran itu bacaan bagi semua orang, bisa dibaca siapa saja. Ia adalah kitab yang demokratis. Karena itu pesan kudus itu harus dipahami rahasia dan maksudnya. Di sinilah Quraish Shihab menjabarkan pelbagai "aturan main" cara memahami Al-Quran.
"Amalan Al-Quran", bagian kedua buku ini memaparkan penerapan tafsir untuk berbagai persoalan manusia, misalnya kenapa manusia beragama, sementara sebagian orang malah berusaha menghindari dan berniat menguburnya? Bagaimana mestinya kepribadian orang beragama, apa peran agama dalam masyarakat, apa makna berbagai macam ibadah bagi para pelakunya, termasuk kenapa agama punya lembaga propaganda?
* Khotbah di Atas Bukit (Kuntowijoyo): Bentang Pustaka, 2008
Barman tua mendapat hadiah istri muda dari anaknya, dengan maksud agar dia senang dan tenang menghabiskan masa pensiunnya di sebuah vila di perbukitan pinggir kota. Istrinya cantik, menggemaskan, suka cita melayani, dan menerima keadaan dirinya meski ia makin keropos dan tak berdaya didera waktu.
Baru setelah bertemu lelaki sebaya bernama Humam, hidup Barman pelan-pelan berubah. Humam menjalani masa tua dengan cara lain. Ia misterius, tampak menyatu dengan alam, banyak memandang hidup dengan cara berbeda dibanding Barman yang mapan. Namun justru karena itu Barman jadi terpikat dan mendapat wawasan yang tak pernah dia dapat selama hidupnya, misalnya tentang keabadian, kebahagiaan, atau kesejatian. Ia seperti menemukan dirinya seperti murid yang kosong dan siap diisi oleh seorang guru.
Novel ini berusaha menjelajahi perjalanan spiritual seseorang dari pandangan universal, bukan menisbatkan pada agama atau "iman" tertentu. Dengan begitu spiritual di sini terkesan menjadi samar, padahal tendensinya ia ingin menukik ke dalam sanubari seseorang. Saking samar, Kunto berani menghadirkan konflik yang tabu dalam wilayah spiritualitas, misalnya dalam kasus bunuh diri sebagai 'jalan' spiritual.
Kuntowijoyo menggali benang merah spiritualitas dari khazanah Islam, Kristen, Hindu, Buddha, lantas mencoba memilin dan ingin menyatakan bahwa di tingkat hakiki sifat spiritualitas itu sama, misalnya dalam soal menemukan maksud penciptaan manusia. Kelemahannya, novel ini terasa berat dan lambat dalam membeberkan ide-ide maupun perkembangan emosi tokoh-tokohnya.
* Suara dari Marjin (Sofie Dewayani dan Pratiwi Retnaningdyah); Penerbit Rosda, 2017
Buku ini membentangkan alternatif praktik dan gerakan yang bisa ditempuh oleh para pegiat literasi, terutama yang langsung terlibat atau terjadi di tengah masyarakat. Praktik seperti ini cukup berbeda dari kampanye gerakan literasi yang disodorkan dan dikejar pemerintah. Pemerintah terkesan menggalakkan literasi demi mengejar berbagai ketertinggalan, standardisi pembangunan, termasuk demi alasan statistik, namun kerap jatuh menjadi kegiatan yang artifisial, seremonial, kurang esensial, dan berujung menjadi rebutan proyek.
Sebaliknya, penulis Suara dari Marjin menyodorkan praktik literasi yang lebih membumi, mensyaratkan keterlibatan langsung dan intensitas para pelakunya, sehingga suasana maupun hasilnya mampu membangkitkan kesadaran, membentuk pribadi yang lebih kuat, dan lebih tepat sasaran. Lebih mengagumkan lagi, praktik literasi seperti itu bisa berlangsung secara mandiri, penuh idealisme, saling menguatkan, bahkan mungkin terjadi di luar radar otoritas pemerintah, dan karena itu kerap terabaikan. Buku ini akan membukakan pikiran bahwa literasi bukan lagi sekadar baca-tulis, melainkan cara seseorang mendayagunakan kapital budaya dan teks kultural untuk mampu memahami, memilah informasi, dan menggunakannya dalam kehidupan agar menjadi diri sendiri yang kuat.
Di tengah gelombang gerakan literasi yang terkesan monolitik dari pemerintah, buku ini memberi sumbangan segar dan mencerahkan. Ia kritis terhadap literasi, praktiknya mendalam, sekaligus menemukan darah dan dagingnya yang berisi.[]
Anwar Holid, bekerja sebagai editor dan penulis. Kontak: wartax@yahoo.com
No comments:
Post a Comment