Foto: Budi Warsito |
---Anwar Holid
Deep Cuts, Volume 1 (1973-1976)
Musisi: Queen
Jenis: album kompilasi
Rilis: 14 Maret 2011
Rekaman: 1972–1976
Genre: Rock
Durasi: 50:01
Label: Universal Music, Island Records
Rating: 4/5
Untuk merayakan ulang tahun ke-40, Queen merilis album kompilasi berisi 'hidden gems' dari lima album pertama mereka. Maksud 'hidden gems' ialah lagu-lagu minor yang dinilai membentuk karakter dan mewujudkan visi mereka dalam bermusik. Lagu-lagu ini jelas kurang dikenal oleh masyarakat luas, tapi bagi penggemar Queen maupun penggemar rock, bisa mewakili kreativitas terhebat mereka. Contoh "Stone Cold Crazy" yang pernah dibawakan lagi oleh Metallica. Ketika mereka meraih Hadiah Grammy atas lagu tersebut, orang sadar bahwa Queen bukanlah grup paduan suara yang menghasilkan satu hit berjudul "Bohemian Rhapsody."
Queen adalah sebuah band album. Mereka tidak mengandalkan satu lagu tertentu untuk menunjang kesuksesan sebuah album, tetapi mengerahkan semua lagu agar bisa diterima massa. Hanya tuntutan industri dan produser yang membuat mereka harus memilih 1-2 dua lagu untuk dilempar ke pasar, dengan kompromi semoga itu merupakan lagu paling komersil yang bakal mungkin menjadi "radio friendly." Karakter sebagai band album tampak jelas dari penempatan urutan lagu yang jarang menaruh single mereka di urutan pertama.
Maka, pilihan terhadap 'hidden gems' tadi menjadi rada dilematik, apalagi Queen kini hanya tinggal Brian May dan Roger Taylor, setelah Freddie Mercury meninggal dunia dan John Deacon pensiun. Deep Cuts, Volume 1 secara personal dipilih oleh dua anggota tersisa, ditambah saran Taylor Hawkins, drummer Foo Fighters, yang ternyata seorang pengagum berat Queen.
Di satu sisi, pilihan tiga orang tersebut bisa dibilang sukses. Empat belas lagu ini memperlihatkan betapa sejak awal Queen telah memperlihatkan kompleksitas dalam lagu-lagunya, namun sekaligus membuktikan daya jelajah mereka yang sangat luas untuk memperkaya musik rock. Mereka berhasil memaksimalkan kreativitas demi menciptakan lagu dengan beragam sentuhan, mulai dari klasik hingga balada dan folk. Semua itu didukung oleh virtuositas para anggotanya yang di atas rata-rata.
Band Pionir dan Inspirator
Fakta ini akan tampak lebih heroik lagi jika dikaitkan dengan cerita betapa teknologi rekaman dan musik zaman itu belum mampu mengakomodasi daya kreasi mereka, dan terlebih-lebih di tiga album pertama Queen hanyalah sebuah band rock biasa yang masih kesulitan uang, sedang susah payah menaklukkan panggung, dan mencoba menawarkan kebaruan, terutama dari segi penampilan. Penampilan mereka dalam sejarah musik rock disebut-sebut merupakan pionir dan inspirasi yang melahirkan genre glam-rock, sementara sejumlah lagu mereka menjadi contoh terbaik bentuk stadium rock.
Singel pertama mereka, "Keep Yourself Alive", yang ditolak sejumlah radio di Inggris, secara ironik menyemangati empat sekawan ini agar terus bertahan dan mengembangkan sayap. Mereka sempat bangkrut karena ditipu manajer dan baru bisa rekaman di kala jam-jam kosong studio demi menghemat pengeluaran. Hanya kegigihan dan keyakinan yang membuat mereka terus bertahan bekerja keras. Pada saatnya nanti semua akan berubah drastik setelah mereka mengeluarkan album A Night at the Opera, yang lagu pertamanya dipersembahkan untuk mengumpat mantan manajer sialan itu!
Track demi track dalam Deep Cuts, Volume 1 mampu memancarkan pesona 'hidden gems' dengan baik, namun pilihan itu tetap bisa menimbulkan keheranan. Sangat aneh betapa "Love of My Life" tidak masuk hitungan sebagai sebuah permata mahakarya, padahal mungkin semua orang juga tahu lagu ini merupakan salah lagu paling populer Queen, mudah dinyanyikan, termasuk paling banyak di-cover musisi lain, dan menjadi standar dalam "power ballads." Begitu juga dengan "The Prophet's Song", sebuah lagu terpanjang mereka dengan komposisi yang sangat kompleks---bahkan sebagian fans fanatik menganggapnya lebih hebat dari "Bohemian Rhapsody." Mengabaikan lagu yang bisa menarik minat massa luas sangat berpotensi membuat album kompilasi ini jatuh jadi sekadar membuat semangat para penggemar berat Queen.
Pasca album studio terakhir Made in Heaven (1995), sebagian penggemar mengkritik bahwa Queen sudah kebanyakan mengeluarkan kompilasi dalam beragam variasi, dan salah-salah secara sinis dianggap sebagai cara murahan untuk mencari uang. Tapi untuk Deep Cuts, Volume 1, ceritanya agak lain. Kompilasi ini digarap dan disiapkan dengan serius, termasuk dengan melakukan remastered. Apalagi komentar atas track demi track dari Rhys Thomas sangat informatif dan memperkaya latar belakang Queen di era tersebut. Kompilasi ini selain mempertontonkan kreativitas, karakter, dan chemistry sebuah band yang kuat, juga membuktikan betapa menarik hiruk pikuk musik rock tahun 1970-an. God save the Queen![]
No comments:
Post a Comment