Tuesday, July 26, 2011
Mengembalikan Hakikat Kemanusiaan
---Anwar Holid
JAKARTA - "Bulan puasa merupakan sebuah perubahan di dalam hidup kita, karena itu kita harus bisa menghadapinya dengan maksimal," demikian kata Arvan Pradiansyah di hadapan lebih dari tiga ratus karyawan Prudential, di Jakarta, pada Senin, 25 Juli 2011. Salah satu perusahaan asuransi jiwa terbesar di dunia ini mengundang pembicara publik dan penulis best-seller buku-buku motivasional tersebut dalam luncheon talk menjelang puasa Ramadhan 2011 (1432 H).
Kenapa Arvan? "Pendekatan Arvan spiritualitas, cocok untuk teman-teman di sini," kata Fancy Ong, Senor Executive Corporate Training Prudential. Banyak karyawan perusahaan tersebut telah menikmati buku-buku Arvan dan familiar dengan talk show "Smart Happiness." Memanfaatkan konsep leadership dan life management, Arvan mengelaborasi spirit puasa menjadi kontekstual dengan etos bisnis dan profesionalisme. Dia membongkar mitos bahwa bekerja di bulan puasa itu tidak efektif.
Lima Kekuatan Puasa
Arvan menyebut bahwa puasa memiliki lima kekuatan, yaitu pikiran, sabar, syukur, cinta, dan kekuatan Tuhan.
"Esensi kemanusiaan itu ialah bahwa pikiran harus ada di atas. Kalau kita bisa memanfaatkan pikiran, hambatan fisik pasti bisa diatasi. Puasa mengembalikan hakikat tersebut," jelas Arvan saat memaparkan the power of mind (kekuatan pikiran).
Sabar (the power of patience) ialah menunda kenikmatan jangka pendek untuk kenikmatan jangka panjang. "Sabar itu bukan mengelus dada, melainkan menikmati proses dan berusaha sampai berhasil." Definisi baru sabar ini sebenarnya banyak dipraktikkan di dunia bisnis, bahkan menjadi ciri yang sangat menonjol, misal dalam hal inovasi dan keteguhan menaklukkan pasar.
Sedangkan syukur (the power of gratitude) membuat orang mampu mensyukuri miliknya, sekecil apa pun. Bersyukur merupakan salah satu ciri orang bahagia, ia mampu menghargai apa pun yang ada dalam dirinya, bukan mencari-cari sesuatu yang di luar dirinya, apa lagi tidak dia miliki.
The power of love (cinta) memungkinkan orang melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain. Ia bisa melakukan trading places, tukar tempat. Cinta memungkinkan profesional memahami posisi klien, keinginan customer, maupun harapan atasan dan kolega. Begitu juga dengan salah satu ciri puasa yang menonjol seperti lapar. "Pengalaman lapar tidak bisa diceritakan secara persis kepada orang lain, tapi harus dialami sendiri."
Puncaknya ialah the power of God, merasakan kekuatan Tuhan sekaligus perasaan bahwa Ia dekat. "Kalau kita jauh dari Tuhan, kita akan merasa sendiri. Kalau kita dekat dengan Tuhan, kita akan merasa betapa Tuhan senantiasa bersama kita, dan itu otomatis bisa mencegah kita dari berbuat dosa," terang Arvan. Dia menyebut bahwa konsep tersebut dia jabarkan panjang lebar dalam buku terbarunya You Are Not Alone (2010).
Selain memompa semangat, sesi yang berlangsung akrab dan interaktif itu menawarkan cara pandang segar untuk menghadapi puasa dengan optimistik.[]
Link terkait:
http://ilm.co.id/
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment