Oleh: Anwar Holid
Pindah klub atau tempat kerja kerap tak seoptimis sebagaimana diharapkan dari awal. Yang terjadi suka kompleks dan butuh adaptasi. Cristiano Ronaldo pindah dari Real Madrid ke Juventus dengan harapan bisa membantu klub menjuarai Liga Champions, yang terjadi mereka malah terpuruk baik di liga domestik dan antar-klub negara Eropa. Gianluigi Buffon pindah dari Juventus dan balik lagi ke sana namun tetap tak kunjung mampu meraih ambisi bersama. Antoine Greizmann pindah ke Barcelona dengan harapan jadi tandem maut buat Messi, tapi yang terjadi kerap kekecewaan. Pelatih dan rekan setim seperti ragu atas kemampuannya. Hingga kini dia tidak lebih gahar dari kemampuannya ketika masih di Atletico Madrid. Luis Suarez kecewa berat dicampakkan Barca, namun dapat energi baru begitu bergabung dengan Atletico Madrid dan dapat kepercayaan dari manajer Diego Simeone.
Waktu Manchester United merekrut Teddy Sheringham, banyak orang sangsi atas keyakinan Alex Ferguson karena Teddy seorang striker tua. Tapi Teddy penasaran bagaimana rasanya jadi juara liga. Itu yang membuatnya meninggalkan Tottenham Hotspurs dan menjalani petualangan baru. Di Manchester United Teddy sukses merasakan gelar treble.
Di dalam klub atau perusahaan selalu ada dinamika. Meski tidak selalu fokus pada seseorang yang dinilai paling menonjol, pemain bintang biasanya kerap jadi bahan omongan. Di Atletico Madrid, Joao Felix awalnya dianggap sebagai transfer gagal, tapi di musim 2020/21 perlahan-lahan ia dinilai memuaskan seiring mautnya kerja sama dengan Luis Suarez. Sebagai striker muda dia dianggap mau belajar pada striker berpengalaman. Barangkali tahun depan dia bisa lebih baik menjalani karirnya dan membuat rekor baru, misalnya dengan menjuarai Liga Champions.
Inter Milan menjuarai Liga Serie A musim 2020/21 berkat banyak pemain buangan yang dianggap gagal di klub sebelumnya atau pemain veteran yang ingin mencari petualangan baru. Di sana ada mantan pemain Manchester United: Young, Lukaku, Sanchez, Darmian; mantan Manchester City (Kolarov); Tottenham Hotspurs (Eriksen); Real Madrid (Hakimi); Barca/Juventus (Vidal); juga Bayern Munich (Perisic). Tokoh utama di balik kejayaan Inter Milan musim ini ialah manajer Antonio Conte. Dia dinilai berhasil membangkitkan potensi pemain seperti Romelu Lukaku jadi bermental lebih kuat dan memenangi laga-laga penting.
Motivasi orang pindah klub atau perusahaan sangat beragam. Ada yang karena kecewa sama bosnya, ingin penghasilan lebih besar (biasanya diawali oleh kekecewaan terhadap perusahaan), harapan baru, peran baru, penyegaran karir, kejengkelan tak tertanggungkan, kemarahan... bahkan karena dipecat. Ada yang pindah baik-baik dan memecahkan rekor transfer, ada yang pindah karena terpaksa — seperti David Beckham mendadak pindah ke Real Madrid setelah insiden dilempar sepatu oleh manajer Alex Ferguson.
Ada faktor penerimaan, kecocokan, juga atmosfer di tempat baru. Ada orang yang awalnya sangat optimis pindah, tapi segera menyesal karena mendapati tempat barunya lebih menyedihkan. Justru di tempat lama ia merasa dapat pelajaran mengesankan. Kalau seperti itu, jelas terasa menyesal pindah. Tapi mustahil mau balik lagi. Akibatnya dia berpikir siap-siap pindah ke tempat baru dengan membawa-bawa kemangkelan.
Nicolas Anelka pindah ke Real Madrid dengan harapan besar, namun di klub baru itu dia mengalami kenyataan buruk karena dari awal diperlakukan menjengkelkan, ada penolakan diam-diam sejumlah pemain atas kehadirannya. ‘Real Madrid memperlakukan aku seperti anjing!’ kata dia geram. Akibatnya dia segera sadar betapa mestinya tidak perlu meninggalkan Arsenal, klub yang membentuknya jadi bintang. Di sana dia dapat dukungan dari manajer tepercaya dan teman seklub. Setelah setahun yang sulit di Real Madrid, dengan segera Anelka terus berpindah-pindah klub dalam waktu singkat, namun ia dinilai kehilangan bakat dan kemampuan terbaiknya. Dia sungguh berbeda dibanding Karim Berzema yang betah bertahan dan bisa bersaing terus lebih dari satu dekade di Real Madrid.
Mayoritas orang pindah ke tempat baru karena ingin memperbaiki diri. Memperbaiki diri tidak selalu terkait dengan penghasilan atau uang. Ada orang rela pindah dengan penghasilan lebih rendah, tapi hati dan hidupnya jadi lebih tenang karena bisa berhenti melakukan praktik yang haram dan jahat. Dia merasa lebih berkah. Orang ganti profesi baru dengan pertimbangan bisa lebih baik dan bahagia menjalani hidup pilihannya.
Pindah kerja ke tempat baru mungkin saja merupakan peningkatan karir, pencapaian baru, atau peluang berbuat lebih baik. Tapi tak ada jaminan buat itu. Mungkin segala sesuatunya sudah dipertimbangkan sebelum pindah, tapi hal-hal di luar bayangan tetap bisa terjadi. Sering ada drama, adaptasi, dan risiko di tempat baru. Lepas dari berbagai faktor itu, pindah klub atau tempat kerja baru membuktikan betapa hidup memang terus bergulir dan berganti peran. Bisa jadi peran itu di satu titik berlangsung lama — misalnya jadi pekerja, jadi manajer, jadi petani — lantas berganti dengan cepat, misalnya dipilih sekadar sebagai selingan hidup. Jadi ya terus jalani saja.[]
Anwar Holid — editor dan penulis, tinggal di Bandung. Blog: halamanganjil.blogspot.com. Twitter: @nwrhld. IG: @anwarholid.
Note: foto dari internet.
No comments:
Post a Comment