Keutamaan The Message Of The Quran
Oleh: Anwar
Holid
Foto: Wartax. |
Pada awal Januari
2024 aku baru sempat mulai baca buku The Message Of The Quran karya
Muhammad Asad (Leopold Weiss) seiring aku meneruskan ngaji Al-Qur’an masuk ke
juz dua puluhan dan kini mulai baca juz 26. The Message Of The Quran
merupakan salah satu buku paling tebal (1396 hal.) dan paling mahal yang pernah
aku beli — itu pun aku pesan lewat ordal Mizan. Meski dulu waktu
menerima semangat membuka-buka dan sempat membaca review Ulil Abshar Abdalla
atas buku ini, ternyata buku ini akhirnya cukup lama cuma jadi pajangan yang
jarang ditelisik dalam-dalam.
Waktu mulai
cukup intens membaca The Message Of The Quran, aku langsung kagum dengan
kejernihan dan kekuatan makna tafsir Al-Qur’an yang diungkapkan penulis. Terjemahan
Al-Qur’an di buku ini memberi dimensi dan pencerahan baru dari pengetahuan yang
selama ini aku baca dari terjemahan Al-Qur’an standar Departemen Agama, baik
berupa tafsir terjemahan di samping ayat bahasa Arabnya maupun terjemahan kata
per kata. Tentu pemahaman baru tersebut muncul berkat kualitas terjemahan yang
tersampaikan dengan baik dan memuaskan. Sering Muhammad Asad menggabungkan
beberapa ayat jadi satu paragraf, sehingga membuat pesan Al-Qur’an menjadi
terasa lebih utuh dan lebih jelas dipahami bagi pembaca awam. Ini berbeda
dengan penyajian Al-Qur'an standar Departemen Agama yang menampilkan terjemahan
ayat demi ayat, sehingga kadang-kadang muncul pikiran bahwa isi ayat Al-Qur'an
bisa sangat sendiri-sendiri dan terpisah dari inti surat secara keseluruhan.
Yang sangat
menakjubkan dari Muhammad Asad ialah keluasan wawasan ilmu, pengetahuan,
pertimbangan (moderasi), termasuk kedalaman bahasanya. Kualitas Asad ini
tecermin dengan sempurna dari catatan kaki bukunya. Di catatan kaki ini beliau
mengungkapkan secara luas sekali khazanah keilmuan, baik dari segi sejarah,
kejelian memilih makna, serta komentar dan memberi informasi berharga untuk memahami setiap ayat
Al-Qur'an. Secara khusus dia melampirkan dan membahas empat hal pelik yang
selama ini sangat penting untuk dipahami setiap pembaca Al-Qur'an, yaitu
simbolisme dan alegori (majasi) dalam Al-Qur'an, al-muqaththa'at
(huruf-huruf terpisah, seperti alif lam mim), istilah dan konsep jin, terakhir
mengenai isra' mi'raj.
**
Seorang teman
di WAG mengomentari The Message Of The Quran: Ini juga terjemahan
favorit saya. Tapi, belakangan setelah lebih banyak belajar, saya mulai agak
kritis membaca terjemahan Muhammad Asad ini. Yang perlu diingat adalah bahwa
Muhammad Asad menafsirkan, bukan sekadar menerjemahkan. Sebagian besar terjemahan
ayatnya sudah melalui proses penafsiran.
Untuk yang
terbiasa dengan bacaan “sekuler”, terjemahan Asad ini sangat nyaman dibaca
karena banyak bagian-bagian Al-Qur’an yang sifatnya di luar nalar diterjemahkan
menjadi lebih rasional. Misalnya Al-Mulk ayat 5 yang umumnya diterjemahkan
sebagai bercerita tentang bintang-bintang sebagai pelempar setan, oleh Asad
ditafsirkan sebagai bintang-bintang sebagai bahan tebakan/ramalan oleh pengikut
setan (ahli nujum).
Sebaliknya,
terjemahan Asad ini mungkin tidak cocok bagi pengikut tasawuf. Setelah
membaca-baca Futuhat al Makkiyah, saya baru paham bahwa Ibnu Arabi
menerjemahkan ayat-ayat Al-Qur'an secara literal, tapi dengan takwil yang masuk
entah ke akal atau ke hati.
**
Sekadar
komentar, banyak pasase di The Message Of The Quran merupakan rangkaian
panjang kalimat yang beranak-pinak dan berkoma-koma, sehingga berisiko bisa
melelahkan pembacaan. memang dengan pembacaan yang hati-hati kalimat sangat
panjang itu tidak membingungkan atau terasa janggal, hanya saja terasa kurang
efektif.
Mungkin aku
tidak akan bisa segera menamatkan buku ini, namun aku merasa bisa menikmatinya
secara optimal tiap kali membacanya.
Sekilas tentang Muhammad Asad (Leopold Weiss): Muhammad Asad lahir pada 2 Juli 1900 di Galicia, sekarang bagian dari kota Lviv, Ukraina — dulu bagian dari Kekaisaran Austro-Hongaria). Dia studi di bidang filsafat dan sejarah seni, sempat menjadi asisten perintis film (Dr. Murnau) dan genius teater (Max Reinhardt), di Berlin. Pada 1922, Asad menjadi reporter harian Frankfurter Allgemeine Zeitung, kemudian menjadi koresponden untuk negara Timur Dekat. Berkat kesan mendalam dari pengembaraannya di negara-negara Islam Timur Tengah dan Asia Tengah, dia memeluk Islam pada usia 26 tahun. Pada 1952, Asad ditunjuk mewakili Republik Islam Pakistan di Markas Besar PBB di New York sebagai Duta Besar Berkuasa Penuh. Asad wafat pada usia 92 tahun di Granada, Spanyol. Ketika menulis The Message of the Quran, dia sampai perlu tinggal bertahun-tahun dengan suku Badui Arabia demi memperoleh wawasan unik tentang semantik bahasa Al-Qur'an. Orang-orang Arab Badui memang masih banyak menggunakan bahasa Arab seperti yang dipergunakan dalam Al-Qur'an. Beberapa karyanya yang lain: The Road to Mecca, Islam at the Crossroads, The Principles of State and Government in Islam, dan Shahih Al-Bukhârî: The Early Years of Islam. Sumber: Mizanstore.[]