Alternatif Bacaan Seru Ketika Jumat
--Anwar Holid #kotbahtimeline
Penulis: @pergijauh (Abdul Gofar Hilman)
Penerbit: Plotpoint Kreatif Publishing, 2012
Halaman: 232 halaman
ISBN: 9786029481082
Banyak orang sangsi atas kualitas buku yang lahir dari cericipan di Twitter. Barangkali karena ada anggapan bawah sadar bahwa tweet kebanyakan berisi gerutuan massa anonim, menyatakan keluhan yang tidak bisa diteriakkan secara frontal di tempat formal. Tapi barangkali bagi sebagian orang lain tweet adalah media latihan untuk menulis lebih baik dan jujur, sebab sejumlah tweet lahir dari niat yang serius atau minimal berhasil mengungkapkan maksud dengan jelas.
Buku #kotbahtimeline ini aku pikir lahir dari upaya serius untuk memopulerkan agama (Islam) lewat salah satu cirinya yang paling menonjol, yaitu shalat Jumat. Shalat Jumat setara dengan misa seminggu sekali ke gereja bagi umat Katolik/Kristen. Bahkan shalat Jumat bagi sebagian umat Islam jadi ukuran iman: kalau kamu masih shalat Jumat, kamu masih aman jadi seorang Muslim, meski barangkali sehari-hari shalat lima waktumu kacau. Jangan sampai seorang Muslim lalai Jumatan, sebab ada mitos dia bisa dianggap tidak jadi seorang Muslim bila sudah lebih dari tiga kali berturut-turut tidak shalat Jumat. Paling parah kalau seorang Muslim cuma shalat Idul Fitri, apalagi shalatnya tidak didului dengan puasa ramadan sebulan penuh.
Sebagai anak yang lahir dari keluarga santri, @pergijauh (Abdul Gofar Hilman) terbiasa melihat kakek dan ayahnya berceramah (berkotbah), sampai membuat dirinya ingin jadi seperti mereka. @pergijauh menganggap berceramah di depan massa, sendirian, mengungkapkan ide secara monolog itu keren, sama dengan menulis tweet yang nendang, witty. Karena itu dia mencoba jadi pengkotbah (khatib) di depan follower-nya yang banyak. Karena ada mitos mendebat khatib berceramah itu tabu, seolah-olah menutup budaya egaliter dalam Islam, kotbah di Twitter langsung boleh disamber kalau tidak setuju atau ditambah dan disundul.
Tanpa dilengkapi (daftar) isi buku, buku ini bisa dibaca dari mana saja, sebab isinya pun acak dan sembarangan, mulai dari agama, hubungan personal (pacaran, berkawan, dan lain-lain), politik, budaya urban, lelucon dan ledekan bersifat politis. Ini sejenis buku “jump-in-anywhere” yang bisa dibolak-balik seenaknya, namun hal itu tidak lantas membuatnya jadi sekali baca langsung buang. Memang tautan utamanya ialah shalat Jumat, agama Islam, dan tampaknya ada upaya khusus dari sang penulis untuk selalu mengembalikan kegilaannya berpendapat pada religiositas, tapi pembaca juga boleh mengira, apa upaya itu lahir dari keinginan untuk menelusupkan agama atau malah meledeknya. Hanya Tuhan dan penulis yang tahu.
Satu hal sih, buku ini lucu. Orang-orang yang aku tanya soal buku ini selalu bilang bahwa buku ini lucu dan gila. Dari sisi itu saja, aku pikir itu sudah juara. Niat banget memang buatnya. Contoh soal pakai sarung. @pergijauh bilang: ketika shalat Jumat, pastikan Anda memakai dengan benar, jangan sampai salah, disertai dua foto dirinya mengenakan sarung yang benar dan yang salah. Di sepanjang 52 minggu kotbahnya, dia menemukan ada saja orang yang salah memakai sarung dengan berbagai macam fashion, mulai dari bentuk pocong, Wiro Sableng, Rhoma Irama, Pak Raden, bahkan wayang. Kreativitasnya terhadap sarung mungkin pantas membuatnya dinobatkan jadi duta sarung Indonesia, biar nanti enggak kecolongan diklaim lagi sama Malaysia.
Tweet-nya juga berani dan nendang. Contoh: sesungguhnya sasaran tempat untuk melempar jumroh yang terbaik adalah ke gedung DPR. Bagi yang kurang akrab, dalam ritual agama Islam sewaktu naik haji, melempar jumroh adalah simbol memerangi Iblis dan angkara murka. Atau ini: sesungguhnya lebaran adalah saat yang paling tepat untuk cipika-cipiki dengan gadis komplek pujaan Anda.
@pergijauh akrab dengan rock dan budaya urban. Tubuhnya banyak tato. Banyak tweet-nya terkait hal itu. Contoh: Allah tak suka dengan umat yang berlebihan, maka ketika melantangkan 'amin' janganlah kamu memakai teknik growl atau scream. Atau ini: sesungguhnya mengonsumsi pil biru ketika sahur tidaklah menjamin Anda jadi kuat puasa.
Seperti pengakuannya, intinya dalam buku ini @pergijauh mencoba berbagi sesuatu yang mesti dibagi. Apa itu? Apa saja yang dianggapnya mengusik. Mungkin buku ini tidak membuat kita ngakak entah karena ada batasan 140 karakter atau isinya memang memelintir masalah serius (otoritas, agama, Tuhan, ancaman neraka, akhirat walaubagaimanapun adalah hal yang bikin gentar), tapi ia bisa membuat kita senyum, teringatkan, dan sesak karena merasa tertonjok dari depan.[]