menikmati sakit
~ anwar holid
awal agustus 2019 ini aku dirawat di rumah sakit karena diare. aku sampai lemas, demam, pening, dan dehidrasi. setelah masuk igd, aku ditempatkan di kamar bersebelahan dengan seorang bapak yang sakitnya lebih parah. sepertinya beliau menderita komplikasi penyakit, entah kencing manis dengan kanker prostat atau apa. yang jelas ia kencing pakai selang dan kalau buang air besar pakai pispot. lantai di bawah ranjangnya selalu ada ceceran darah. selama aku dirawat, bapak ini hanya berbaring dan mengeluh atau sering mengerang minta tolong atau minta perhatian ke penunggunya. banyak yang dia keluhkan, terutama sakit yang ia rasakan. bentar-bentar dia meminta anaknya untuk membantu membereskan sesuatu di badannya atau apa saja yang salah dalam dirinya. sementara anaknya gampang tertidur, jadi susah dibangunkan.... dipanggil-panggil gak menyahut atau lekas bangun, sementara erangan si bapak tambah nyaring dan mengenaskan. kalau anaknya susah dibangunkan, dia merepet soal sakitnya, betapa dia dulu sudah mengurus dan membesarkan anak-anaknya... namun sekarang giliran dirinya butuh, anaknya malah malas-malasan menolongnya.
'dalam sakit', puisi sapardi djoko damono di buku duka-mu abadi. [foto: anwar holid] |
aku cuma mendengarkan tiap kali si bapak mengerang atau memanggil butuh sesuatu sambil mengeluhkan sikap anak atau orang yang mendampinginya. kalau kebetulan ke kamar mandi sambil bawa infus, aku lirik bapak ini. dia meringkuk saja. dalam hati aku menyimpulkan, 'sakit si bapak ini jauh lebih parah dari sakitku.'
aku berusaha cepat pulih, menikmati istirahat dan perawatan, menghabiskan semua menu yang disediakan dan obat yang diberikan perawat atau disuntikkan via infus. aku juga menikmati kesendirian, melamun banyak hal... membayangkan hal-hal menyenangkan.😂😂
tiap kali mendengar perepetan atau erangan si bapak, aku membatin dan terkenang perbuatan yang pernah aku lakukan pada anak sendiri. apa aku ini tipe orangtua yang menuntut balas jasa ke anaknya??? aku juga pernah berbuat kasar ke anak-anak.😢 pernah menyakiti badan dan hati mereka, meskipun alasannya demi kebaikan atau pendidikan. mungkin banyak hal yang aku lakukan menyebalkan bagi anak-anak. contohnya kepo soal mereka. ya tentu saja aku kepo, persis karena mereka anak-anakku sendiri. jadi aku ingin memastikan mereka itu seperti apa. untuk urusan kepo saja aku sudah dianggap menyebalkan, apalagi urusan lain.
salah satu yang sering diminta bapak ini ialah dia ingin anaknya menghubungi saudara/orang-orang agar menjenguknya. anaknya terdengar ogah-ogahan tiap kali diminta menelepon saudara atau keluarganya, memberi tahu bahwa ayahnya sedang sakit parah dan mohon agar menjenguknya. mungkin karena dia gak akrab atau kenal dengan orang yang dihubunginya. aku membatin, kenapa ya bapak ini ingin dijenguk banyak orang?? apa sakitnya gak tertanggungkan lagi? apa itu isyarat menjelang akhir hayatnya?? apa dia ingin membagi rasa sakit ke orang-orang terdekatnya?? apa dia mendapat dukungan, penghiburan, dan energi positif dari orang-orang yang menjenguknya???
aku 'menikmati' rasa sakit sendirian. orang kedua yang aku hubungi saat masuk igd ialah kepala hrd tempatku kerja, untuk memastikan bahwa aku beneran sakit dan jangan sampai dipotong gaji karena dianggap mangkir kerja. aku merasa sudah terlalu tua untuk memberi tahu orangtua bahwa aku sedang sakit. aku cukup yakin bisa menghadapi rasa sakit sendirian. sakit itu bagian dari hidup, dan jika kita bisa mengalahkannya, insya allah pasti sembuh. aku kuatir jadi orang menyebalkan saat sakit. aku yakin perawat, dokter, rumah sakit, bpjs, juga satpam rumah sakit sudah melakukan hal sewajarnya untuk membantu kesembuhanku. makanya aku takjub ketika dijenguk teman gowes dan menerima banyak support dari mereka.
ketika sakit sudah pasti kita tak berdaya, pasti butuh pertolongan orang lain. orang-orang baik dan menyayangi kita pasti langsung menolong dan kuatir atas keadaan kita, tak perlu lagi dibebani dengan rengekan yang terdengar mengenaskan atau malah menyebalkan. kata teman gowesku, cara orang menghadapi sakit memang beda-beda. ada yang merengek, meratap, meraung, diam menahan, atau coba mengembalikannya ke tuhan. intinya si pasien ingin mendapat kekuatan menghadapinya.
setelah tiga hari dirawat, dokter bilang aku boleh pulang. aku sungguh semangat. si bapak itu masih rutin dikunjungi perawat dan dokter. mereka terdengar jengkel ke si bapak, karena banyak menyisakan makanan dan obat yang mestinya jangan sampai telat dihabiskan. aku masih sulit melupakan soal beliau.... meskipun beberapa hari berselang sehabis kepulangan dari rumah sakit itu aku ikut gowes bareng kawan-kawan ke gunung patuha - kawah putih. [wartax, 7/8/19]