Tanda Orang Sehat Itu Cuma Satu...
--Anwar Holid
Pada awal September 2014 lalu dada kiriku sakit. Ini kambuh untuk ketiga kalinya. Pertama kali sakit dada itu muncul kira-kira tahun 2010. Setiap kali bernapas dadaku seperti ditusuk-tusuk, napas jadi pendek-pendek, gampang tersengal-sengal, dan sesak. Bernapas jadi tak lancar dan sulit. Sakit dada itu membuatku demam dan batuk-batuk.
Dulu waktu pertama kali mengalaminya, aku langsung cari tahu soal sakit dada belah kiri itu. Orang menamai sakit itu sebagai 'angin duduk', dan lebih jauh bisa jadi merupakan tanda dari gejala jantung koroner. Jujur saja, aku enggak kuatir bila sampai kena jantung koroner. Dengan latihan bernapas pelan-pelan dan mencoba menghela napas panjang, akhirnya sakit itu berangsur-angsur hilang. Seingetku, aku cuma minum obat demam untuk menghilangkan panas-dingin waktu malam.
Pada November 2013 sakit itu muncul lagi waktu aku mulai kerja di Penerbit Rosda saat tugas di Indonesia Book Fair. Semua gejalanya persis sama. Ku pikir kali ini terjadi karena aku berada dalam ruang ber-ac sangat dingin, kencang, dan suasananya gaduh sekali. Untung kambuhnya di hari menjelang acara berakhir, sehingga aku hanya perlu absen beberapa jam.
Ketika kambuh untuk kedua kali, Fenfen dan beberapa teman minta agar aku periksa dokter spesialis. Aku mengamini, tapi tidak melaksanakannya. Bukan karena bandel, membantah, atau apa, tapi semata-mata karena tidak menyempatkan diri dan aku merasa bisa mengatasinya bila sewaktu-waktu datang lagi.
Ketika kira-kira setahun kemudian kambuh untuk ketiga kali, pada dasarnya aku siap. Paling waktu malam aku repot jadi demam, tersengal-sengal, dan batuk-batuk. Aku coba berdamai lagi dengan latihan menghela napas pelan-pelan. Aku perkirakan kali ini pemicu utama kambuh ialah karena terpapar asap jahanam kendaraan bermotor setiap kali bersepeda. Tapi bisa jadi karena September ialah musim kemarau, dan setiap musim kemarau aku tahu pasti kena pilek atau batuk. Payahnya aku sakit pas ikut workshop, jadi batuk-batuk dan tidak fit itu mengurangi konsentrasi dan mengganggu banyak orang.
Kali ini Fenfen tidak sabar agar aku periksa ke dokter. Menggunakan jasa BPJS, sarannya aku turuti. Ke dokter umum aku menceritakan keluhan dan gejala yang aku rasakan. Aku mendesak, 'Apa kemungkinan penyakit terburuk dari keluhan yang aku rasakan ini?' Dia bilang, 'Ini sama sekali jangan dijadikan pegangan dan harus didiagnosis oleh dokter spesialis lebih dahulu, kemungkinan terburuknya ialah Anda bisa terkena tuberkolosis paru-paru.' Wow, separah itu, batinku. Beliau memberi rujukan untuk periksa lebih lanjut.
Aku diperiksa dokter spesialis jantung di RS Advent Bandung. Diteliti menggunakan electro cardiogram, aku dinyatakan normal. Saat diperiksa kondisiku waktu itu memang sudah cukup fit. Sakit dadaku sudah berangsur pulih dan berkat mengonsumsi makanan hebat baik di hotel dan workshop, kesehatanku membaik. Cuma batuk kering mulai terasa.
Salah satu hasil periksa jantungku. |
'Sakitnya kerasa sampai ke belakang punggung enggak?'
'Enggak.'
'Kerasa menjalar sampai tangan kiri enggak?'
'Enggak.'
'Kerasa kalo bapak jalan enggak?'
'Enggak.'
'Kerasa waktu bapak tidur enggak?'
'Enggak. Kerasa kalo saya bernapas saja.'
'Kalo rasa sakit seperti ditusuk-tusuk itu sampai ke punggung atau kerasa sampai tangan kiri, atau kalau berjalan dan tidur dada bapak sakit, itu baru menunjukkan ada gejala sakit jantung. Hasil diagnosis menunjukkan jantung bapak normal. Mungkin ada otot dada bapak yang sakit. Itu saja. Bapak jangan kuatir. Olahraga ringan yang teratur, seperti jalan kaki.'
'Saya memang banyak jalan kaki, dok.'
'Bagus itu.' Katanya sambil memberi resep yang ternyata ramuan multivitamin dan penghilang rasa nyeri.
Jadinya aku tambah lega. Aku sms ke beberapa orang dengan gembira, 'AKU NORMAALLL! AKU SEHAT-SEHAT AJA!!!'
Seorang kawanku menanggapi, 'Tax, waktu sakit kamu masih bisa ereksi gak?'
'Ya bisalah!' aku jawab sambil ketawa.
'Kalo begitu kamu normal. Tanda orang sehat itu cuma satu kok: dia masih bisa ereksi! Kamu jangan kuatir, Tax!'
Hahaha... aku tambah senang dengar pembelaannya itu.
Sementara sakit dada kiri pulih, batuk keringnya belum sembuh, ditambah pilek. Batuk dan pilek menurutku akibat dari kerongkongan kering. Seperti ada duri menusuk di situ. Dua penyakit ini khas menyerang aku setiap kali musim kemarau. Aku sudah maklum, tapi selalu kalah sigap mencegahnya. Aku beranggapan sakit begini membuatku harus lebih hemat bicara dan menahan diri mengomentari berbagai hal. Aku menerima dan mengobatinya pelan-pelan sesuai saran apotek dekat rumah.
Tambah umur rasanya membuatku makin sadar soal tubuh. Contoh, aku tahu bakal pilek di musim kemarau, bukan di musim hujan seperti terjadi pada kawanku. Kepalaku pasti pening kalau berada di tengah suasana kacau, gaduh, apa lagi penuh asap rokok. Ternyata sakit juga bisa membuat kita lebih mengenal diri sendiri. Jadi benar, segala sesuatu memang ada manfaatnya. Sakit saja bermanfaat, apa lagi sehat. Bener enggak?[]