Kami Memosisikan Diri sebagai Pembaca
yang Butuh Bacaan Bermutu
yang Butuh Bacaan Bermutu
Wawancara dengan Kun Andyan
Anindito, Penerbit Gambang
--Anwar Holid
Penerbit Gambang menyembul ke permukaan industri penerbitan dengan cara yang simpel. Mereka merilis sejumlah buku puisi, berukuran kecil dan tipis, dengan cover eye-catchy, yang bagi banyak calon pembaca seperti merayu ingin disentuh dan dibuka-buka. Penerbit ini seperti hendak membangun brand image yang jelas dan mudah dikenali. Mereka juga kerap mengadakan acara di berbagai toko buku di Yogyakarta, Bandung, Jakarta, dan tempat lain.
Berikut wawancara dengan
Kun Andyan Anindito seputar proses penerbitan, bagaimana memilih dan mengelola naskah, juga memelihara
kerja sama dengan penulis.
* Bagaimana awalnya Gambang menerbitkan buku?
Gambang terlahir
karena kecintaan kami terhadap buku. Sederhana saja, waktu itu saya dan Rozi Kembara awalnya hanya ingin membaca
buku yang ingin kami baca, kebetulan banyak karya yang ingin kami baca belum
diterbitkan, terlebih karya luar yang belum diterjemahkan ke dalam bahasa
Indonesia. Selain itu kami memiliki keinginan memperkenalkan
penulis-penulis luar negeri yang namanya jarang didengar di Indonesia.
Sementara ini kami memang baru bisa menerbitkan dua
terjemahan, Borges dan Rulfo. Borges memang sudah sangat familiar untuk pembaca
Indonesia, meski begitu karyanya masih sedikit yang baru diterjemahkan.
Sedangkan Rulfo adalah penulis yang banyak mempengaruhi penulis lain padahal
seumur hidupnya dia hanya menerbitkan dua buku, satu novel dan satu kumpulan
cerpen. Untuk itulah kami menerbitkan novelnya yang berjudul Pedro Paramo beserta 6 cerpennya. Di
awal penerbitan kami memang fokus kepada penulis lokal karena salah satu misi
kami adalah menerbitkan karya penulis yang belum pernah memiliki buku tunggal, padahal secara kualitas penulis tersebut sudah layak
menerbitkannya. Penulis yang kami maksud antara lain Yopi Setia
Umbara, Nissa Rengganis, Aprinus Salam, Mira MM Astra, Zulkifli Songyanan,
Risda Nur Widia. Nama penulis berikutnya yang segera akan menerbitkan karya
pertamanya adalah Indrian Koto, Nermi Silaban, Mutia Sukma, dan Rozi Kembara.
Berawal dari hal itulah kami muncul ide untuk membuat sebuah penerbitan.
* Mengapa
Gambang seperti mengambil ceruk yang sangat spesifik, yaitu penerbitan buku
puisi?
Sebenarnya kami
tidak spesifik dalam menerbitkan genre karya sastra, namun kami lebih sering
menjumpai naskah puisi dibanding prosa seperti cerpen atau novel. Karena sering
berjumpa dengan puisi itulah kami akhirnya memutuskan untuk memberi porsi lebih
pada buku puisi.
* Bagaimana
Gambang menyeleksi naskah dan memutuskan untuk menerbitkannya?
Gambang
menyandarkan sepenuhnya pada kualitas karya tersebut. Pertimbangan lain yang
juga sangat diperhitungkan adalah rekam jejak penulis tersebut di media masa.
* Bagaimana cara
Gambang menilai/memutuskan bahwa naskah layak diterbitkan?
Tim penyeleksi
dari kami ada tiga orang: saya, Yopi Setia Umbara, dan
Rozi Kembara. Setiap dari kami memiliki selera masing-masing. Jika dua di antara tiga orang setuju, maka naskah akan diterbitkan.
* Apa yang
paling utama dilihat/diperhatikan oleh Gambang dalam menerbitkan buku:
keterjualan atau kekuatan naskah? Bagaimana mengukur kedua hal itu?
Kami percaya
bahwa kekuatan naskah berbanding lurus dengan terjualnya buku. Kami sudah
membuktikannya berkali-kali ketika menerbitkan karya-karya awal penulis yang
kami sebutkan di atas. Karya-karya penulis seperti Nissa Rengganis, Mira MM
Astra, Yopi Setia Umbara telah masuk cetakan kedua, yang lainnya hanya tinggal
menunggu waktu. Buku karya Nissa Rengganis mendapat penghargaan di Hari Puisi
Indopos tahun 2015, sedangkan buku kumpulan
cerpen Risda Nur Widia, yang juga merupakan buku pertamanya, mendapat
penghargaan dari Balai Bahasa Yogyakarta.
* Bagaimana
Gambang memperkirakan keterjualan sebuah buku?
Kami mencetaknya
dengan dengan oplah terbatas, antara 300 sampai 500. Karena rata-rata buku akan
terjual sejumlah itu tiap tahunnya. Jika habis, segera kami cetak ulang dengan
oplah kurang-lebih sebanyak itu.
* Apa Gambang
sengaja memilih penyair atau penulis tertentu untuk diterbitkan naskahnya?
Tentu saja. Kami
akan memprioritaskan karya penulis yang sesuai dengan selera kami bagi penulis
yang mengirim naskahnya ke redaksi kami. Untuk penulis yang sangat kami
inginkan naskahnya agar berkenan diterbitkan di Gambang, kami berupaya untuk
mendapatkannya. Untuk itu kami sangat bersyukur karena Acep Zamzam Noor dan
Agus Noor mengizinkan naskahnya diterbitkan di Gambang.
* Tantangan apa
saja yang dihadapi Gambang? Bagaimana cara menyiasati dan menanganinya?
Satu-satunya
tantangan yang dihadapi Gambang adalah mempertahankan reputasinya sebagai
penerbit serius. Cara menyiasatinya dengan menjaga kualitas karya yang
diterbitkan. Kami tidak ingin mengecewakan pembaca, karena kami sendiri selalu
memposisikan diri sebagai pembaca.
* Bagaimana
Gambang mendistribusikan dan menjual bukunya?
Kami memiliki reseller yang sangat selektif dalam
memilih buku yang ingin mereka beli. Mereka tersebar di berbagai kota. Di Jogja
ada JBS, Pocer, Mojok, Stand Buku. Di Jakarta ada Post Santa dan Demabuku. Di Medan ada Umbara Books. Di Bandung ada Toco. Di
Malang ada Griya Pelangi. Di Makassar ada Pelangi
Ilmu. Di Ambon ada Ksatria Book. Seluruhnya adalah toko buku online.
* Bagaimana
hubungan editor dan penulis/penyair di Gambang? Seperti apa kerja sama yang
dibangun?
Editor akan
rutin menghubungi penulis terutama dalam hal pembahasan naskah. Mulanya penulis
mengirim naskah ke redaksi dan langsung dibaca oleh editor, lalu setelahnya
mengirimkan balik ke penulis hingga mencapai kesepakatan antara penulis dan
penerbit yang diwakili editor.
* Program apa
yang dibuat Gambang untuk mempromosikan bukunya?
Kami rutin membuat sistem preorder dengan memberikan diskon hinggal 15%
kepada pembeli. Program baru yang awal bulan ini selesai kami kerjakan adalah
pemberian workshop secara gratis kepada pembeli buku Rahasia Dapur Bahagia karya Hasta Indriyana, yang sekaligus menjagi pengisi workshop.
* Bagaimana
Gambang memandang penerbit mapan yang juga menerbitkan buku puisi?
Kami selalu
menganggap penerbit lain, baik indie atau mayor, dalam atau luar negeri,
sebagai bahan referensi kami. Kalau buku yang mereka terbitkan baik, maka kami
akan mencontohnya. Jika buku yang diterbitkan buruk, maka cukup penerbit itu
saja yang menerbitkannya.
* Seperti apa
Gambang memperlakukan penulisnya? Mereka dianggap sebagai aset perusahaan
atau komoditas? Servis apa yang diberikan Gambang pada mereka?
Kami memperlakukan
penulis selayaknya penulis harus diperlakukan, misalnya membayar royalti
sebesar 20% dari harga jual secara cash
tepat ketika buku selesai cetak. Jika penulis berkenan membantu penjualan
bukunya, penerbit akan memberikan 30 % dari harga
cetak, sehingga jika ditotal penulis akan mendapatkan pembayaran sebesar 50 %
dari harga jual.
* Apa Gambang
'memelihara' penulis? Dalam arti mempertahankan agar terus bisa menerbitkan
karya-karya berikutnya dan tidak beralih ke penerbit lain? Apa yang dilakukan
Gambang untuk 'mengikat' para penulisnya agar juga mau terus menerbitkan
karyanya di Gambang?
Kami tidak
pernah memaksa penulis untuk menerbitkan buku di Gambang. Kami hanya bisa
mengupayakan, jika memang penulis tersebut tidak berkenan memberikan naskahnya,
maka kami juga tidak akan memaksa.
* Jika penulis
Gambang kemudian menerbitkan buku di penerbit lain, dengan kemasan produk yang
lebih bagus atau garapan yang tak dapat disediakan Gambang, kira-kira apa
tanggapan Gambang?
Sandaran kita
adalah kualitas naskah tersebut. Jika penulis
Gambang kemudian menerbitkan buku di penerbit lain, dengan kemasan produk yang
lebih bagus atau garapan yang tak dapat disediakan Gambang, kami akan
turut senang, senang karena kemasannya bagus, dan senang karena naskah yang kami
cari dari penulis tersebut telah kami terbitkan.
* Seperti apa
Gambang menanggapi gerakan literasi yang dikampanyekan pemerintah? Apa gerakan
tersebut berpengaruh pada siasat perusahaan?
Kami rasa
pemerintah belum menggerakkan literasi dengan serius, jadi kami juga tidak
perlu menanggapinya secara serius.
* Tahun 2017 Gambang
merencanakan apa? Kira-kira seperti apa kondisi penerbitan buku puisi tahun
ini?
Minimal kami
akan melakukan apa yang telah kami lakukan di tahun-tahun sebelumnya dengan
konsisten menerbitkan buku-buku bermutu. Kami rasa, penerbitan puisi masih akan
sama dengan tahun-tahun sebelumnya, beberapa penerbit masih takut menerbitkan
buku puisi. Tapi semoga kami keliru, karena sekali lagi, kami juga memposisikan
diri sebagai pembaca yang butuh banyak referensi bacaan bermutu.[]
Foto-foto milik Penerbit Gambang.
Link terkait:
Follow: @penerbitgambang
Alamat Penerbit Gambang
Perum Mutiara Palagan B5, Sleman, Yogyakarta 55581
Email: gambangbukubudaya@gmail.com
Telepon: +6285643039249
*****