Wednesday, November 11, 2009



Bagaimana Cara Supaya Novel Saya Bisa Tembus ke GPU?
---Hetih Rusli


Judul di atas adalah jawaban dari pertanyaan, "Mbak, gimana sih caranya supaya novel saya bisa nembus ke GPU? Seperti apa naskah yang Mbak sukai?" Ah, mari saya tuliskan tipsnya di sini.

1. Tokoh
Novel-novel laris biasanya memiliki tokoh-tokoh yang melekat di benak pembaca. Sebut saja tokoh seperti Harry Potter, Scarlett O'Hara, Holden Caulfield, atau Edward Cullen. Buat tokoh dengan karakter kuat, nama yang khas bisa membantu. Tapi yang terpenting ialah meniupkan nyawa ke dalam diri si tokoh. Tokoh tersebut harus hidup, bergerak, dan bernapas pada saat kita membacanya. Si tokoh harus hidup dalam bentuk tiga dimensi di benak pembaca, bukan cuma tertulis di atas kertas.

Keputusan-keputusan yang diambil si tokoh dalam perjalanannya di sepanjang novel itu harus sesuai dengan karakter si tokoh. Seorang Edward Cullen akan melemparkan dirinya di depan mobil demi menyelamatkan gadis yang dia cintai, sementara Holden Caulfield akan memutar bola matanya lalu menganalisis kejadian tersebut dengan sinis. Scarlett O'Hara akan membunuh orang lebih dulu dibanding harus mengorbankan nyawanya sendiri untuk menyelamatkan keluarganya, sementara Harry Potter tidak ragu mengorbankan nyawanya demi sahabat-sahabatnya.

Dan tolong deh, enggak perlu menyebutkan semua karakteristik tokoh lengkap dengan sifat-sifatnya pada halaman 2, paragraf pertama sehabis si tokoh datang terlambat ke sekolah. Misalnya, "Len adalah gadis berusia 16 tahun berambut pendek berponi dan hobi main basket. Dia sedikit tomboy tapi baik hati, makanya dia punya banyak teman. Len anak tunggal konglomerat yang setiap hari diantar jemput ke sekolah dengan Jaguar. Dia berbintang Libra, makanya dia sering plin-plan mengambil keputusan. Len naksir Leo, anak basket yang juga ketua OSIS. Len paling suka pelajaran seni di sekolahnya, mungkin karena ibunya pelukis. "

Dijamin pada halaman 20, Len sudah tidak menarik lagi karena saya nyaris sudah tahu "segalanya" tentang Len dalam satu paragraf, dan pada halaman 30 saya sudah malas bacanya...

2. Alur Cerita
Kadang-kadang pengarang sering mengajak pembacanya muter-muter enggak keruan hanya karena si penulis kepingin saja memasukkan jalinan peristiwa atau dialog yang kalau ditanya kenapa dia melakukannya, jawabannya adalah, "Because I like it."

Alur cerita seharusnya dibuat untuk menghasilkan efek tertentu. Ada hubungan sebab akibat yang terjadi di dalam alur. Kejadian A menghasilkan peristiwa B, yang berlanjut ke C, dan seterusnya. Bahkan dialog pun harus ada tujuannya. Bukan cuma, "Hm, lucu nih kalo gue masukin adegan tokohnya nongkrong kongkow-kongkow di Starbucks lalu ngobrol-ngobrol seperti yang suka gue lakuin sama temen-temen gue."

Yang lebih menyebalkan adalah pengarang-pengarang yang suka banget pamer pengetahuan padahal enggak nyambung sama alur cerita, hanya untuk menunjukkan, "Nihhh... gue ceritain ya... Gue kasih tau nih tentang gimana membuat roket." Hanya karena dia tahu caranya...

3. Tema Cerita
Tidak perlu membuat cerita yang harus BEDA dan ORISINAL yang TIDAK ADA DUANYA, walaupun beda, orisinal, dan tak ada duanya memang menarik perhatian pada pandangan pertama. Daur ulang adalah hal biasa, dan tambahkan bumbumu sendiri. Baca saja "Twilight Saga", Shakespeare akan menari dalam kuburnya melihat bagaimana konsep kisah cinta terlarang yang tak kesampaian dan hanya bisa dipisahkan maut yang ditulisnya 400 tahun lalu diramu sedemikian rupa oleh Stephenie Meyer. Sementara Joss Whedon akan nyengir mendengar konsep "vampire with a soul." "Ke mane aja, Mbak Steph?" mungkin itu kata Anne Rice. Dan yeah, sedikit cinta segitiga tidak pernah merugikan untuk dijadikan tema atau subtema.

Banyak pengarang memulai cerita dengan membawa kegelisahan dan gagasan, tapi melupakan fakta bahwa tulang punggung fiksi adalah cerita. Sehingga cerita dipaksakan masuk untuk memuat gagasan dan kegelisahan tersebut. Jangan melemparkan kegelisahanmu bulat-bulat kepada pembaca. Mulailah dengan cerita, selipkan kegelisahan dan gagasan itu dalam bab demi bab dalam novel. Selain membuat pembaca jadi penasaran setiap membalik halaman, efek cuci otaknya dijamin akan lebih dahsyat.[] Friday, March 20, 2009

Hetih Rusli bekerja sebagai editor di Gramedia Pustaka Utama. Halaman Facebooknya ialah http://www.facebook.com/hetih.

2 comments:

Anonymous said...

tipsnya berguna sekali terutama untuk penulis pemula seperti saya. bisa coba dipraktekin nih. :D

Anwar Holid said...

he he... semoga sukses ya. makasih sudah baca esai ini di blogku.