Tuesday, October 13, 2020

nama yang paling sering terdengar dalam quran

oleh: anwar holid

 

selama baca quran periode kali ini (dari akhir ramadhan bulan mei 2020), baru aku sadar nama (nabi) musa ternyata banyak beterbaran di berbagai ayat, bahkan di juz amma. aku ngebatin: kenapa ya nama beliau kok sering terdengar??🤔 berarti kisah, peran, dan hikmahnya penting banget bagi kehidupan manusia. rasanya nama "musa" lebih sering terdengar dibanding "muhammad." cmiiw.



dugaanku terkonfirmasi wikipedia. nama musa disinggung lebih banyak dibanding siapapun dalam quran, riwayat kehidupannya dikisahkan lebih banyak dibanding nabi-nabi lainnya. ia diceritakan sejak menjelang kelahiran dan begitu lahir dialirkan ke sungai nil. peristiwa ini agak mirip dengan isa yang diceritakan sejak dalam kandungan maryam. ini mengisyaratkan hubungan musa dengan islam (kaum muslim) dekat. lebih spesifik: mungkin hubungan orang israel dan kristen dengan muslim tuh sebenarnya erat. minimal ajaran keduanya sama-sama bersumber dari nabi ibrahim.

ada banyak peristiwa dalam periode kehidupan musa, di antaranya:
* membela kaumnya yang tertindas (israel).


* berani melawan tirani, yaitu kekuasaan paling absolut yang pernah dilakukan penguasa.
 

* hijrah/kabur untuk menyelamatkan diri dari kekuasaan jahat, menikah, belajar memimpin/bermasyarakat kepada mertua (syu'aib/jethro).


* balik lagi ke tempat asal (mesir) bersama harun untuk membebaskan kaumnya.


* perlawanannya kepada firaun/tiran melibatkan sihir.🤔


* kaum israel tuh bandel/suka melawan nabi, mungkin setipe dengan kaum yang dihadapi nabi muhammad.


* beberapa kali mengembara lama baik ke gurun atau gunung — mungkin karena di jazirah arab gak ada hutan. berhubungan dengan allah (!!), menerima hukum allah (10 perintah allah). 


* dalam salah satu pengembaraannya beliau bertemu khidr (kisah ini gak disebut di injil).

 

mungkin pembaca mau menambah pentingnya sosok nabi musa bagi sejarah manusia??[]

note: gambar diambil dari internet.

Friday, October 02, 2020


buku dan kenangan masa kecil untuk memperbaiki bacaan quran yang jelek

pedoman ilmu tajwid lengkap
penulis: acep iim abdurohman
penerbit: diponegoro, 2003
tebal : 209 hlm.


bacaan quranku jelek.☹️ aku pernah kirim rekaman ngaji 10 ayat pertama surat tha ha ke seorang guru ngaji dan teman yang fasih baca quran agar mengomentari bacaanku. ustad itu bilang singkat: 'masih banyak yang harus diperbaiki.' sementara temanku bilang, 'ada progres dari yang lalu.' dia juga kasih tau bagian mana saja yang perlu diperbaiki.

sudah lama aku niat pengen memperbaiki kemampuan baca quran, tapi belum terlaksana rutin dan disiplin. demi memperbaikinya, bertahun-tahun lalu aku sengaja belajar lagi baca quran metode iqro, mirip yang aku alami waktu bocah. tapi rupanya kemampuan ngajiku masih jelek. aku berusaha lebih rajin baca quran, meski progresnya kabur karena gak ada yang memperhatikan dan membimbing — atau aku memang abai mempraktikkan cara baca quran yang benar.

beberapa orang menyarankan agar aku mendengarkan murottal sambil memperhatikan huruf dan ucapannya. kadang-kadang saran ini aku lakukan. tapi aku rasakan murottal masih terlalu cepat. ini berarti kemampuanku mengenali huruf hijaiyah dan lafaznya terbilang rendah.

aku prihatin dengan kemampuan baca quranku. bayangkan, berapa kali aku pernah khatam quran dengan menggembol banyak kesalahan?? tamat baca, tapi berlepotan. lebih masygul lagi sering aku baca quran tanpa meresapi artinya.☹️ benar kata kritik, ada banyak muslim bisa baca quran, tapi hampa oleh artinya. firman suci itu jadi terasa sia-sia. tapi lebih mengenaskan bila ada muslim buta baca quran, apalagi jika dia sudah dewasa. kesedihannya dobel. mungkin waktu kecil dia gak belajar ngaji, sementara waktu dewasa tak bersedia mengorbankan tenaga, waktu, dan biaya untuk menguasainya. masih ada begitu banyak orang dewasa muslim buta baca quran. kita sebagai sesama muslim bisa menanggung dosa muslim yang buta baca quran, apalagi jika tak ada yang mengajarinya.

buku ini aku beli dengan harapan bisa memperbaiki baca quran. aku sudah blank dengan istilah-istilah tajwid. pelajaran itu sudah nyaris aus oleh waktu dan ketidakdisiplinan. aku baca quran mengandalkan kemampuan ingatan masa kecil. sekadar bisa. buku ini bukan saja mampu menyegarkan ingatan pada mengaji, melainkan juga mengayakan ilmunya. beneran bagus buku ini. isinya membahas lima topik utama dalam kajian tajwid, yaitu makharijul huruf, shifatul huruf, ahkamul huruf, ahkamul maddi wal qashr, ahkamul waqfi wal ibtida,’ ditambah gharib wa musykilat. disertai contoh dari al-quran. memang lengkap untuk kebutuhan menguasai baca quran.

baca quran ada kaidahnya. huruf dan kalimat punya hak, sifat, dan hukum tertentu. kalau fokus pada istilah-istilahnya, mungkin orang malah mumet duluan, repot. jadi perhatikan prinsip, keterangan, dan cara bacanya. dengan bantuan kenangan masa kecil, jadi terbuka lagi ilmunya. tapi belajar tanpa guru kurang sempurna. rasanya seperti meraba-raba. tak ada yang mengajari praktik persisnya bagaimana. tinggal ke depan aku lebih giat belajar baca quran dan berguru.[]

 

Thursday, August 06, 2020

TIGEBROS KU QUEEN

Mengapa Jadi ‘Kolektor’ Queen??

Oleh: Yudhi Purwa

 

Pagi itu saya ditodong Anwar Holid lewat WAG Queen Fans Jabar: “Gimana sih awal mula suka Queen dan memutuskan jadi kolektornya?”  Wah, saya jadi langsung diam dan mikir: “Dulu gimana ceritanya ya?”

Seperti halnya semua orang, saya pikir pengaruh awal Queen selalu dimulai dari orang terdekat, dalam hal ini terutama keluarga. Yang saya ingat, waktu masih SD dulu (sekitar 1980) ada tape deck di rumah dan paman sempat mutar album Jazz, terutama Bicycle Race. Jadi itu yang teringet samar-samar hingga kini. Kemudian disambung waktu ke rumah saudara menggunakan mobil, diputarlah album Greatest Hits di tape mobil selama perjalanan pulang-pergi. Alhasil seperjalanan itu mulai teracuni karena terus-terusan dengar Flash, "Don't Stop Me Now", "We Are the Champions", dan lain-lain.

Tanpa sadar pengalaman itu terpatri. Pas saat SMP (sekitar 1985) saya bergaul sama teman-teman yang juga suka Queen. FYI, saat itu sebetulnya wabah glam rock sudah mulai melanda. Era itu musimnya Van Halen, Bon Jovi, Europe, dan lain-lain yang lagi digilai teenagers macam kami inidi samping wabah genre techno semacam Duran-Duran, Alphaville, A-ha, dan lain-lain.  Jadi, kalau kami saat itu suka band-band ‘oldies’ semacam Queen, The Beatles, The Rolling Stones, Deep Purple, dan lain-lain kadang-kadang suka dilirik aneh karena dianggap ‘dinosaurus’ he he he... Tapi untung waktu itu saya bergaul dengan teman-teman yang cukup terbuka selera musiknya, yang menggasak semua genre music tanpa kecuali, alias ‘omnivora’! Ha ha ha.... Kami juga jadi sering saling pamer band/lagu fave, saling tukar juga pinjam-meminjam kaset, walaupun lebih banyak gak dibalikin!…😊

Balik lagi ke kesan awal... setelah hanya mengingat-ingat masa kecil dan numpang dengar kaset teman, akhirnya pas SMP itu pula saya memutuskan beli kaset Queen pertama: Live in Rio, produksi Billboard. Kalo gak salah harganya masih Rp.1.250,- dibeli di toko kaset dekat sekolah (SMPN 2, Jl. Sumatera). Karena baru punya 1, ya itu kaset diputar bolak-balik dan jadi paling senang dengar “It’s A Hard Life”.

 

Memorabilia Queen koleksi Yudhi Purwa. Foto: Yudhi Purwa


Saat itu selain kaset sebagian dari kami juga senang hunting poster, kalender, hingga majalah bekas, biasanya di daerah Cikapundung, Alun-Alun Bandung, Dewi Sartika, hingga Cicadas. Sampai-sampai saya pernah waktu itu malem-malam uang yang tersisa di saku hanya tersisa cukup untuk ongkos pulang  naik DAMRI saja, ha ha ha... maklum cekak.  Duitnya habis buat beli majalah Hai yang ada artikel Queen-nya. Pokoknya, sekecil apa pun berita yang memuat foto atau artikel Queen pasti segera dibeli, dibaca, dan dikliping dalam album/bundel khusus. Sampai sekarang bundel-bundel itu masih saya simpen rapi.  Istilahnya, mata ini jadi selalu awas bin terlatih kalau buka-buka majalah, koran, atau apa pun. Sampai saya juga sempatkan memfoto kopi artikel-artikel Queen dari majalah agar bisa digunting-gunting. Atau, pinjem sampul CD punya  teman buat difoto kopi dan dikliping (waktu itu CD masih belum terbeli…).  Saya ingat pasti: pekerjaan mengkliping sudah jadi candu buat saya, walaupun sangat menyita dan menghabiskan waktu, tenaga, dan kesabaran. Itu juga yang mungkin buat saya jadi sedikit ‘nerd’... karena lebih senang mengeram diri di kamar dibanding beraktivitas di luar seperti teman-teman seumuran.

Mohon diingat, waktu itu akses ke internet masih terbatas banget. Boro-boro internet, komputer dan laptop aja masih jauh dari bayangan, dan kalaupun ada juga gak mampu terbeli. Jadi, surfing dan download saat itu masih sangat-sangat jarang dilakukan. Andalan sumber berita musik kami hanya majalah, dan untungnya saat itu banyak majalah musik yang bagus: Aktuil, Vista, Hai, hingga tabloid Citra Musik. Juga sejumlah majalah musik impor seken yang kadang-kadang nyasar di lapak tukang majalah bekas langganan. Untuk mengakali bahan kliping, biasanya saya suka kerja sama sama teman dan saling titip: saya akan gunting dan simpenkan kalau nemu artikel/foto fave dia, demikian juga sebaliknya. Begitu saling ketemu baru kami saling barter. What a lovely friendships.... 

Balik lagi ke soal kaset.… Habis beli kaset pertama tadi, karena keranjingan, saya putuskan beli kaset-kaset berikutnya. Kali ini produksi Aquarius seri album 2LPs in 1:  A Night At The Opera A Day At The Races, kemudian The Works The Game, disambung produk lainnya: The Best, Hot Space, A Kind Of Magic. Saya juga memberi terbitan lama produksi Perina, Ultra Dynamic, dan lain-lain.  Baru kemudian akhirnya asya memutuskan beli produksi Team Records seri album (totalnya ada 9 kaset). Ironisnya, hingga sekarang seri ini kok masih belum komplet juga: minus no.6 (Live Killers) dan no. 9 (A Kind Of Magic). Hiks…

Keranjingan mengoleksi berlanjut hingga zaman kaset lisensi, kalau gak salah pas akhir SMP mau ke SMA (1989-1990). Setiap album Queen yang ke luar pasti selalu digasak. Apalagi setelah mulai kenal dan gaul sama anak-anak ‘old skool of rock’ di Pasar Loak Cihapit, pusatnya jual-beli kaset seken di Bandung saat itu. Walaupun masih cekak dan serba terbatas, saya selalu nabung agar bisa terus beli dan mengumpulkan semua kaset Queen, album apa pun, terbitan apa pun. Sampai-sampai teman di Cihapit selalu memanggil saya “Yudhi Queen” he he he... Saat itu memang kami suka saling memanggil sesuai nama band/artis fave, semisal Ipunk Rush, Arie Dewa, Sofyan Blackmore, dan lain-lain.  Saat itu sekalipun ada di tengah-tengah komunitas kolektor fanatik di Cihapit, tetap saja ada yang geleng-geleng gak habis pikir, kok ya saya masih terus beli kaset/rilisan fisik Queen sampai sekarang, ha ha..ha... Alasan saya sih macam-macam: karena covernya beda, buat cadangan (dobelan atau tripelan), perlu isinya aja, dan lain-lain alasan yang mungkin tetap ‘gak masuk di akal sehat’…😊

Jadi boleh dibilang ‘racun’ paling dahsyat ini memang saat saya terjun di Cihapit Old Skool of Rockitu, dari 1990 sampai sekarang —apalagi ditambah kondisi kantong yang semakin membaik (alhamdulillah…). Koleksi saya juga akhirnya semakin merambah luas ke materi rilisan fisik lainnya: LD, CD, DVD, PH (vinyl), buku, majalah impor, dan lain-lain.  CD pertama yang saya miliki adalah The Miracledari toko kaset Palaguna dibeliin pacar karena saya ulang tahun... huhuyyy…😊  Vinyl pertama yang saya beli adalah pas mulai kerja. Seingat saya berturut-turut membeli 4 album awal. Baru kemudian disambung membeli LD, DVD, dan buku-buku tentang Queen.

Puncak ‘kegilaan’ saya sebagai kolektor (termasuk memorabilia Queen) adalah saat keranjingan action figures di 2005, dan punya rumah serta 1 kamar khusus untuk koleksi. Saat itu saya putuskan mulai lebih fokus dan rapikan semua memorabilia Queen di satu tempat, dari action figures Freddie, poster, majalah impor, buku, sampai yang kecil-kecil hingga pin, lego, perangko, T-Shirt, dan lain-lain.  Bahkan kalau tidak puas, kadang-kadang saya membuat sendiri (memesan) pin, kalender, poster, kartu, dan lain-lain.  Saya juga sering minta tolong teman membuatkan desain kaos, jaket, dan lain-lain biar terkesan jadi eksklusif karena cuma saya yang punya. Karena kegilaan ini pula, teman-teman sudah saling tahu betapa saya ‘really addicted’ ha ha ha....

Lama-kelamaan baik teman maupun keluarga semua mafhum bahwa saya memang fans fanatik Queen. Bahkan almarhum Bapak pun bikin saya masih terkenang hingga sekarang. Beliau sebetulnya paling anti lihat saya suka music rock, bahkan pernah tiba-tiba mematikan video konser Queen yang sedang saya tonton. Tapi, sehari setelah wafat Freddie, pagi itu dia begitu saja kasih saya uang sambil bilang, “Nih, sana pergi cari koran-koran yang muat berita idolamu itu!” What a memorable scene. Thanks Dad

Kalau ditanya item koleksi Queen apa yang paling berkesan? Mungkin saya akan jawab: perangko Freddie! Saya dapet itu gak sengaja pas hunting bareng pacar di Kantor Pos Besar Alun-Alun Bandung, saat ada pameran filateli (saya dan dia sempat keranjingan filateli pas masa kuliah). Jadi, itu gak sengaja kami dapat pas lagi korek-korek tumpukan perangko bekas, dan.… “GOTCHA!” What a great gift…

Sebetulnya koleksi saya sih masih kalah jauh dibanding kolektor lain yang lebih eksklusif, lengkap, serta original. Sebagai contoh, saya tidak punya patung dada Freddie yang jadi merchandise kota Montreux, Swiss. Saya tidak punya t-shirt Queen orisinal, permainan monopoli Queen, dan exclusive item lain. Vinyl dan singels-singels Queen koleksi saya juga masih jauh dari lengkap, namun saya tidak ngoyo kejar-kejar item ini (mungkin karena faktor harga ya, he he he...)

IMHO, tentu kita kembalikan ini semua ke hobi dan selera masing-masing saja ya. As long as it makes you happy..... jalani saja. Sekalipun banyak orang menganggap kita aneh, misalnya berkomentar ‘kok kayak gitu aja capek-capek dikumpulin?’, saya sih cuek dan senang-senang saja. Yang jelas selain amat sangat bahagia menikmati koleksi, hal terpenting dari setiap item Queen yang saya kumpulkan semua menyimpan cerita-cerita yang amat berkesan. Kadang-kadang saya kayak orang aneh saja bengong-bengong sendiri di depan koleksi. 😊

Tanpa terasa, jika dihitung dari awal mulai teracunitahun 1980-an hingga sekarang, berarti sudah sekitar 40-an tahun saya tidak tergoyahkan dengan Queen. Berarti Queen sudah ngagebroskeun (menjerumuskan) saya hampir sepanjang hidup, baik dalam hal selera musik maupun semangat sebagai kolektor kecil-kecilan.

Saya pribadi bersyukur atas hal ini: karena saya punya kesukaan yang utamanya untuk stress-release, juga dihiasi indahnya kenangan di baliknya. Ini juga akhirnya mengajari saya melihat ke belakang: ternyata ada sebegitu banyak dan besar perubahan di sekeliling kita, dan sejumlah di antaranya mempengaruhi dan membentuk diri saya, hingga saya seperti sekarang. Kehangatan keluarga, persahabatan, perburuan, kesabaran, pengalaman, dan lain-lain mungkin sebetulnya merupakan nilai paling inti dari koleksi kita ini. Kenangan manis yang menghiasinya tentu tak mudah kita lupakan begitu saja.

“…Those were the days of our lives…, the bad things in life were so few…”

Yudhi Purwa, 25062020

Friday, June 05, 2020

berjuang membaca quran
~ anwar holid

di pengujung ramadhan 2020 (1441 h) aku tamat baca quran yang aku mulai dari bulan februari 2020. kaum muslim menilai khatam quran merupakan suatu pencapaian, makanya patut disyukuri. tapi bagi orang muslim dewasa, tamat baca quran sebenarnya biasa banget. banyak muslim bisa tamat baca quran berkali-kali dalam setahun, atau bahkan sekali sebulan. aku gak bisa melakukannya.😔 itu artinya baca quranku sangat lelet, kurang banyak, sering mengulang, kurang disiplin dan rutin -- atau lebih tepatnya: masih berjuang membaca quran.

tahun ini aku membarengi baca quran dengan berusaha disiplin baca terjemahan setiap kali selesai baca ayat arabnya. buatku ini istimewa, sebab belum pernah berhasil melakukan sebelumnya. tanpa baca terjemahannya, buatku quran cuma terdengar akrab tapi gak 'bunyi', gak aku pahami, bahkan gak ada artinya. aku ingin ngerti bacaanku, meski niat itu tidak 💯 % berhasil. banyak yang gak aku pahami dari quran, barangkali karena bacaanku sepotong-sepotong dan pengetahuanku tentang quran juga terbatas.

setiap tamat baca quran, aku selalu teringat nenekku dari bapak. dulu aku pernah sampai nangis-nangis belajar baca quran baik dari uwakku atau nenekku. nenekku suka ngageunggeureuhkeun (memperingatkan) aku agar menaruh quran di kepala tiap kali membawanya -- bukan dijinjing atau dipegang begitu saja. baginya, itu adalah bentuk penghormatan terhadap sebuah kitab suci. quran yang aku baca sekarang ialah quran yang dari kecil aku pegang dan baca pelan-pelan atas bimbingan uwak atau nenekku.

baca terjemahan quran itu mencengangkan. aku jadi  bisa merasa tahu dan meraba apa maksud ayat-ayat itu. tapi, baca terjemahan quran juga suka bikin gemetar, terutama soal dosa, ancaman, siksaan, wabah, dan neraka.  sebagian isi quran itu ngeri dan di luar bayangan manusia biasa. orang masuk ke perut ikan raksasa, bapak mau menyembelih anaknya, pejuang keadilan sosial melawan rezim jahanam, praktik sihir, orang saleh miskin, tewas, satu kaum ditelan bumi, seseorang moksa entah bagaimana caranya. gak terbayangkan hal-hal itu bakal terjadi di dunia ini -- bahkan di #onthespot sekalipun. membayangkan betapa ada seseorang yang langsung menerima ayat suci juga merupakan ketakjuban lain.

membaca quran bikin aku sadar ada kosakata yang ternyata terus hadir dalam kehidupan manusia sampai sekarang. contoh quran itu sendiri. 'sihir' membuatku ngebatin: aku gak tau persis itu apa, gak pernah mengalami, gak tahu bentuknya, tapi jelas merupakan hal besar. apa aku alergi pada sesuatu yang asing seperti sihir hingga seumur hidup menghindari, tak pernah mau atau menyelami ilmunya, bahkan secara bawah sadar ketakutan terhadapnya?? kenapa sebagai muslim aku tidak pernah diperkenalkan pada sihir secara pantas?? kalau sihir di zaman dulu bisa dipraktikkan dalam gerakan sosial dan menumbangkan rezim, seperti apakah bentuknya di zaman sekarang???

kosaka-kosakata dalam quran begitu terpelihara. ia hidup, ditafsirkan, ditekankan, disebarkan, dicomot, bahkan kerap menjadi slogan yang menggelorakan. ia bisa misterius. ia menyertai kehidupan manusia. bukan saja kepada orang muslim, melainkan pada siapapun yang membacanya.

puasa ramadhan 2020 berlangsung di tengah wabah global covid-19 yang memaksa banyak perusahaan dan orang mengurangi waktu kerja dan menambah waktu libur. ini membuatku banyak menyempatkan membuka quran. tanpa libur mustahil aku bisa mencicil baca quran selama ramadhan, terutama sebelum buka dan sesudah subuh.

baca quranku masih buruk. atau mungkin malah memprihatinkan.☹️ aku belum belajar meningkatkan kemampuan bacanya, meski sudah dapat saran misalnya di youtube. dengan umur  setua ini sementara bacaan quranku jelek, alangkah malu dan menyesalnya aku jika dibandingkan dengan bocah-bocah yang sedang berlomba menjadi juara hafiz quran.😩😢 aku dulu belajar ngaji di surau dekat rumah, diterangi lampu minyak, dan kami membawa sebotol minyak tanah untuk penerangan surau.

ada fakta menyedihkan, ternyata masih banyak mukallaf  (umat islam yang sudah baligh) yang buta huruf (gak bisa baca) quran. aku pernah menemukan kasusnya di wag khusus muslim. akmal nasery basral bahkan menyatakan jumlahnya secara nasional antara 55 %-60 %. secara garis besar dia bilang dari 5  orang mukallaf  perbandingannya  adalah: 1 bisa baca lancar, 1 bisa baca penuh perjuangan, 3 tidak bisa baca.
😔

sejak beberapa tahun lalu aku niat belajar lebih baik baca quran, tapi belum terlaksana. secara otodidak juga belum.☹️ konpensasinya aku berusaha lebih disiplin membacanya. seorang kenalan yang rajin menamatkan quran bilang begini, 'coba sebelum mulai biasakan berdoa 'ya allah fasihkan aku membaca quran' -- insya allah dilancarkan dan dimudahkan oleh allah.' mungkin dengan begitu kita jadi lebih baik memperhatikan kualitas bacaan sendiri. jujur saja targetku setelah ini sama sekali bukan tergesa-gesa khatam quran, tapi lebih baik meningkatkan kualitas membaca dan memaknainya.[] [halaman ganjil; wartax]

nb: tulisan ini sengaja mengabaikan puebi.