Tuesday, May 06, 2014

Kriteria, Inspirasi, dan Masalah Menulis
--Anwar Holid


Jujur saja, sekarang ini aku rada sungkan setiap kali diminta jadi guru menulis. Aku suka malu berusaha menyemangati orang lain menulis dan berbagi ilmu kepenulisan, padahal aku sendiri punya masalah dengan motivasi dan disiplin, pernah mengecewakan pemberi order, punya wanprestasi, banyak draft tulisan masih berlepotan, editan atau revisi naskah belum beres, dan kesulitan menyelesaikan berbagai kendala penulisan.

Tapi setiap kali mendapat tawaran, biasanya aku langsung antusias. Ini jelas karena aku memang punya hasrat pada penulisan dan penerbitan. Aku mau berbagi apa saja mengenai hal itu. Aku juga banyak belajar dan dapat ilmu baru dari pertemuan-pertemuan yang aku hadiri, sekalipun statusku ialah fasilitator.

Ketika mengutarakan keberatan, pengundang malah menguatkan. “Ini kan menyampaikan ilmunya, bukan soal teknis. Semua orang bermasalah kok kalau berhadapan dengan pekerjaan, apalagi deadline.” Walhasil, aku mengiyakan. 


Jadi setiap kali diminta jadi guru, aku bersikap sebagai khatib yang rendah hati. Sebenarnya khotbah itu ditujukan buat diri sendiri, untuk belajar dan mendapat ilmu, bersama-sama menekuni semoga yang  didengar bermanfaat, mengantarkan kita pada kebaikan. Bukankah suara dari mulut pasti terdengar lebih nyaring bagi telinga sendiri dibanding telinga orang lain? Saat itulah aku juga belajar, berinteraksi dengan sesama pembaca, penulis, dan orang-orang yang  boleh jadi suatu ketika makin menyuburkan dunia sastra dan industri buku Indonesia. Salah satunya ketika beberapa waktu lalu kawan Aksara Salman ITB bertanya tiga hal soal kepenulisan.

* Apa ada kriteria untuk jadi penulis yang baik dan profesional?
Ciri penulis yang baik ialah dia mampu menyelesaikan setiap proyek penulisan yang menjadi tanggung jawabnya.

Sekadar info, statistik penerbitan di dunia ini menunjukkan betapa kemungkinan seorang penulis mampu mencapai sukses secara komersial ternyata sedikit sekali, apalagi sukses gila-gilaan seperti J.K. Rowling. Coba cari di sekitar kita berapa banyak orang yang hidupnya semata-mata dari menulis? Kalau ada, perhatikan apa yang terjadi dengan dirinya. Apa dia punya rahasia?

Di sebuah workshop penulisan aku pernah dapat nasihat bahwa kalau benar berniat jadi penulis, ingatlah empat poin ini:
1. Bersikaplah realistis. Hidup semata-mata dari menulis itu sulit, bahkan bagi penulis yang sudah terkenal sekalipun.
2. Jangan mudah putus asa oleh penolakan.
3. Milikilah selalu rencana cadangan. Ingatlah bahwa tidak semua orang pada akhirnya bisa menerbitkan karyanya.
4. Memiliki sumber penghasilan yang dapat diandalkan di luar dunia menulis bisa merupakan suatu keuntungan demi menunjang upaya seseorang untuk jadi penulis yang berhasil.

Fakta
Seniorku cerita ada seorang penulis cerita buku anak-anak yang nyaris meninggalkan dunia tulis-menulis dan beralih ke bisnis sablon kaos. Kenapa? Karena menulis sudah tidak menguntungkan buat dirinya lagi. Dia tidak bisa hidup dari menulis. Royalti dari penjualan buku-buku tidak lagi bisa diandalkan, karena datang lama dan jumlahnya pun kecil dibandingkan kebutuhannya. Mendengar kondisi penulis itu demikian, seniorku langsung tergerak untuk menawarinya menulis buku dan memberi uang muka. Semoga buku ini laris, terlebih kalau bisa dibeli pemerintah lewat proyek pengadaan buku, dengan begitu bisa menyelamatkan karir dan penghidupannya. Dia tahu penulis ini berbakat, berpengalaman menulis buku dengan baik. Tapi bakat masih kurang bila sesuatu tidak berjalan sesuai semestinya. Ia harus disalurkan dan diwadahi dengan benar.

Di lain pihak, ada kawan seorang penulis buku anak-anak yang hidup semata-mata dari menulis. Dia tidak punya pekerjaan lain di luar menulis, selain mengurus kolam dan kebunnya. Dia menulis apa pun, dari buku anak-anak bergambar simpel di bawah 50 halaman, sampai menerima order menulis novel dari penerbit. Dari ketekunan, pembelajaran, konsistensi, dedikasi, dan prestasinya di dunia menulis, dia mampu menghidupi keluarga, memiliki kebun dan kolam yang sekaligus diolah menjadi taman bacaan bagi anak-anak warga setempat. Dia pernah mendapat penghargaan dari Kementerian Pendidikan Nasional, bukunya menang lomba penulisan novel agama di Kementerian Agama, bukunya pernah terpilih sebagai buku terbaik versi IKAPI Pusat.

Dia bilang, ‘Bisa bermanfaat untuk keluarga dan tetangga-tetangga terdekat saja sudah sangat berharga, apalagi kalau kita dianggap bermanfaat bagi bangsa, bagi pembaca yang tidak kita kenal, yang tinggalnya entah di mana, jauh sekali dari kita, namun mereka ikut bahagia karena sama-sama membaca, dapat sesuatu yang berguna dari karya kita.’ Sungguh ungkapan yang rendah hati. Dia tidak peduli hal-hal remeh di luar esensi profesinya. Dia tidak peduli andai namanya tidak dikenal orang atau media massa, tidak peduli karyanya dianggap rendahan, tidak mengurusi skandal sastra yang bakal menghabiskan energi dan waktunya untuk berkarya. Yang penting buatnya ialah dia terus belajar memperbaiki diri, merevisi karya-karya yang masih ditolak, agar pada akhirnya bisa terbit dan menghasilkan manfaat.

Saran
* Berhentilah bila menulis tidak menguntungkan, tidak berguna, atau tidak menjadi hasrat yang sangat kuat buat diri sendiri. Tinggalkan saja. Ada banyak hal lain di dunia ini yang sama-sama menarik untuk dieksplorasi selain menulis. Richard Oh menyatakan, ‘Kamu pasti tak pernah mempertanyakan soal penulisan bila kamu sendiri terdorong untuk menulis. Ia ada di dalam dirimu. Ini rasanya seperti kalau kamu tidak menulis maka ada sesuatu dalam dirimu yang mendadak mau mati.’

Dunia menulis bukan untuk orang yang suka mengandalkan atau mengira bahwa semua ini bisa diambil gratis begitu saja.

* Belajar dari kegagalan. Ambil masukan dari kritik paling pahit yang pernah Anda terima.
Brian Hill dan Dee Power bilang: Kegigihan merupakan kunci utama keberhasilan para penulis sukses.

* Bertanyalah kepada teman dekat yang mau mengkritik terus terang dan jujur,
editor, pembaca kritis, para ahli, atau bagian marketing penerbit kenapa kira-kira tulisan Anda bisa sampai gagal.

* Kalau serius mau jadi penulis profesional, terimalah setiap tawaran untuk menulis. Apa pun jenisnya. Kerjakan sebaik mungkin. Setiap jenis tulisan punya tantangan masing-masing. Dari tantangan itu penulis bisa belajar tentang banyak hal, seperti cara mengatasi masalah menulis, belajar hal baru, mengolah informasi dan data, membungkus fakta, menyampaikan maksud, berkompromi dengan pihak lain, termasuk mencari baru mengungkapkan sesuatu.

 


* Berdasarkan pengalaman, apa saja yang biasanya jadi inspirasi menulis?
Apa saja, dari hal yang sangat sepele seperti membaca surat cinta, soal rapido, pertanyaan simpel dan terdengar bodoh, ngobrol atau dengar cerita sopir, sampai hal-hal yang barangkali di luar pemahaman penulis sendiri, misalnya soal virus, kosmos, membuat opini, budaya, stem sel, atau pengalaman mistik dan mimpi-mimpi yang ajaib.

Inspirasi bisa datang begitu saja, terus menghantui untuk segera dituntaskan, atau malah langsung disodorkan ke hadapan penulis, entah lewat order, setelah ngobrol seru dengan kawan, baca buku, nonton film, dengar album musik yang hebat dan menggugah. Juga dari semua denyut kehidupan.

* Masalah apa yang sering muncul dan dialami penulis? Apa solusinya?
Penghalang terbesar penulis ialah kemalasan. Buktinya adalah aku sendiri. Ada berapa proyek penulisan yang gagal, ada berapa editan yang tidak selesai,  berapa banyak draft yang belum beres atau akhirnya didelete, juga berbagai kesempatan yang batal menjadi keuntungan atau tambahan income.

Kalau penulis berhasil mengalahkan kemalasan, writer’s block hanya jadi cerita, karena penulis seperti akan terus mendapat energi dan inspirasi untuk menyelesaikan tulisan.

Masalah serius lain ialah menemukan/membentuk jalan cerita. Untuk ini penulis harus terus belajar menulis dan mencari berbagai cara untuk menyampaikan maksud dengan jernih, lentur, dan imajinatif. Penulis harus menemukan karakternya sendiri, ciri khasnya. Untuk bisa menuturkan cerita tulisan yang bisa membetot pembaca, terus memukau dari awal hingga akhir jelas butuh teknik tertentu, inovasi, eksperimen, pengulangan, bolak-balik, kalau perlu berguru secara khusus kepada penulis senior atau guru menulis.

Obat mujarabnya? Bawa terus notes. Catat yang mau ditulis. Keep your hand moving!

--Anwar Holid, dulu ikut SKAU---unit pendahulu Aksara Salman ITB. Sekarang editor di Penerbit Rosda Bandung.