Thursday, January 20, 2011

[PROFIL WIRAUSAHAWAN]

Hari Utomo: "Budaya Wirausaha Perlu Proses."
---Anwar Holid

Bertemu di selasar Masjid Salman ITB, Hari Utomo tampak sedikit terburu-buru. "Dari sini saya mau langsung ke Subang," katanya sambil mengajak jalan ke Taman Ganesha, tempat dia menceritakan Planet Sains. Perusahaan yang bergerak di bidang penyedia jasa pendidikan itu dia kelola bersama Dian R. Basuki (seorang jurnalis, mantan wartawan di grup Tempo), Erliana (menangani keuangan dan pengembangan usaha), dan Fitria Yulianti (manajer operasional).

Planet Sains ingin memberikan pengalaman menyenangkan terhadap sains, khususnya anak-anak sekolah dasar. Mereka menyediakan banyak program baik untuk sekolah, kumpul bareng keluarga, pelatihan guru, maupun produk yang dilempar ke pasar umum---semua dengan nilai tambah sains. Para instrukturnya menyelenggarakan acara secara sederhana, mengedepankan sisi yang menarik, menyenangkan, namun tetap hebat, representatif, sekaligus meningkatkan kemampuan di bidang sains. Salah satu jasa mereka yang sudah dikenal di sejumlah sekolah di beberapa kota ialah Wisata Sains. Di acara ini, mereka membawa anak-anak untuk mengunjungi objek wisata dengan aktivitas sains, termasuk melakukan percobaan di tempat.

"Misal ke Tangkuban Parahu. Selama ini kan rata-rata mereka datang ke sana hanya melihat pemandangan. Oh, pemandangannya bagus; udaranya dingin; melihat-lihat sesuatu yang indah. Itu saja. Padahal Tangkuban Parahu merupakan salah satu gunung api aktif di Indonesia, yang kawahnya berpindah dari barat ke timur. Kenapa kawah itu bisa pindah? Apa manfaat gunung berapi? Itu tidak pernah diceritakan, sementara anak-anak tidak tahu. Akhirnya mereka datang hanya mendapat aspek permukaan. Mereka tidak tahu kenapa Tuhan menciptakan gunung berapi, apa untungnya buat manusia, bahayanya apa saja. Itu semua seharusnya disampaikan kepada anak-anak kita," ujarnya bersemangat.

Semua pusat sains di Bandung boleh dibilang telah diajak kerja sama oleh Planet Sains, mulai dari Observatorium Bosscha, Museum Geologi, kebun binatang Bandung, instalasi pengolahan air, air panas alam Ciater, Puspa Iptek Sundial (jam matahari), juga wisata ke kampus ITB. Di kampus Ganesha ini peserta diajak bertemu dengan ilmuwan, pakar teknologi, melihat produk berteknologi, juga praktik di laboratorium dan mengadakan percobaan sains. Hari Utomo merasa perlu sejak dini memperkenalkan sains kepada anak-anak. Itu sebabnya Planet Sains punya slogan "Setiap anak bisa jadi Einstein."

Suami Erliana ini alumni Jurusan Geologi ITB angkatan 1981. Dulu dia aktif di Masjid Salman. Bersama kawan-kawan, dia termasuk salah seorang pendiri PAS (Pembinaan Anak-Anak Salman), sebuah unit organisasi yang aktivitasnya fokus menangani mentoring anak-anak. Di periode ke dua organisasi itu (tahun 1983), dia dipercaya menjadi ketuanya.

"Di sana saya dapat pelajaran banyak bagaimana mengelola organisasi dan lembaga seperti Planet Sains," akunya. Tampaknya Hari Utomo mendapat visi untuk menekuni bisnis pendidikan anak-anak berkat pengalaman di PAS. Jadi meski pernah berkarir di pengeboran minyak---bekerja di perusahaan vendor Caltex, Duri, Pekanbaru, juga mengelola perusahaan produsen chamois orisinal (kain lap dari kulit domba), setelah sekitar sepuluh tahun ikut orang lain, dia memutuskan jadi entrepreneur, salah satunya mendirikan Planet Sains pada Agustus 2005.

Perusahaan ini mendedikasikan diri untuk pengembangan sains buat anak-anak dan sekolah. Klien utamanya ialah sekolah swasta, masyarakat umum, dan sejumlah sekolah negeri. Perusahaan berbasis di Bandung ini juga telah memproduksi alat eksperimen sains yang banyak diminati, termasuk dijual via online. Sementara mereka telah diminta untuk melayani konsumen di luar Bandung, terutama Jabodetabek, Cikarang, Jogjakarta, dan Purwokerto. Mereka sekarang bahkan tengah menggodok prosedur standar operasi untuk permintaan membuka cabang di luar Bandung yang pasarnya potensial.

"Usaha ini tidak seratus persen profit, ada aspek layanan ke masyarakat untuk pendidikan sains, juga keinginan mencerdaskan bangsa. Kadang-kadang harganya bisa berubah," akunya. Planet Sains bersedia melayani klien sekolah kurang mampu dengan harga khusus, tanpa mengurangi standar layanan. Syaratnya: anak-anak bersemangat ikut. "Dari segi bisnis, secara finansial ini tidak besar-besar amat. Tapi alhamdulillah sampai hari ini kita bisa bertahan dan kinerjanya makin bagus," demikian paparnya. Omset Planet Sains berkisar antara 30 - 50 juta rupiah per bulan.

Mengandalkan lima orang pegawai, mengefektifkan organisasi yang ramping, ditambah banyak tenaga outsource yang kompeten terutama lulusan muda dari berbagai perguruan tinggi di Bandung (antara lain ITB, Unpad, UPI, dan Unisba), Planet Sains berusaha melakukan penetrasi pasar dan mengedukasi pelanggan. Hari Utomo bertindak sebagai direktur utama, tugasnya mengembangkan perusahaan agar bisa menjangkau kalangan lebih luas lagi. Dia menyatakan keberhasilan Planet Sains sejauh ini ialah berkat SDM berkualitas, visi perusahaan yang jelas, juga sistem usaha dan operasional yang bagus. Kondisi ini menghasilkan tim yang solid, apalagi didukung oleh dedikasi terhadap karir dan pekerjaan. Perusahaan membiasakan diri berbagi (sharing) ke karyawan, melakukan inovasi dan pembinaan internal, juga memiliki tim supervisi yang bertugas mendiskusikan materi baru, memperhatikan trend ke depan, termasuk memperbaiki kinerja. Tanpa sungkan dia memuji peran rekan kerjanya, Fitria Yulianti, seorang alumni UPI (Universitas Pendidikan Indonesia). "Dia sangat bagus dan punya dedikasi, baik pada anak-anak maupun masyarakat. Dia juga tahu persis metode dan materi pengajaran yang cocok,"

Hari mengaku banyak belajar sekaligus tertantang mengembangkan kemampuan wirausaha (entrepreneurship) demi mendirikan Planet Sains. Pada dua tahun pertama, sejumlah karyawan sempat ke luar-masuk, peminat masih sedikit, dan sekolah kerap terlalu mudah menyatakan tidak ada dana untuk tawaran dari Planet Sains. Padahal seluruh aktivitas itu tentu butuh biaya. "Sebagian sekolah enggan berpikir lebih untuk kemajuan anak-anak atau merasa tidak punya masalah dengan pendidikan sains yang mereka ajarkan," ucapnya. Berkat presentasi, pendekatan ke sekolah dan orangtua, termasuk mau bekerja sama dengan kompetitor, perlahan-lahan membuahkan hasil. Dia juga memetik pelajaran dari pengalaman kerja sebelumnya, praktik di lapangan, termasuk kelas formal dari lembaga manajemen dan marketing. Dia mengibaratkan entrepreneur sebagai lokomotif.

"Harusnya Indonesia memiliki jumlah entrepreneur yang cukup banyak. Ibarat kereta api, kalau lokomotifnya hanya sedikit, jalannya jadi lambat. Mungkin kita tidak selalu berhasil; itu tidak masalah. Yang penting generasi setelah kita jadi lebih baik. Kalau kita meminta anak kita jadi entrepreneur, kita harus beri contoh. Nah, saya ada dalam fase harus membangun perusahaan sendiri agar jadi entrepreneur," ucapnya dengan tatapan serius. Hari mengingatkan, bila sebentar lagi pasar bebas benar-benar dibuka dan perusahaan besar luar negeri boleh bersaing di Indonesia, entrepreneur Indonesia harus siap bersaing dan bisa berkembang jadi perusahaan besar. Kalau tidak, bangsa Indonesia hanya kembali akan jadi penonton. "Kalau jumlah entrepreneur banyak, pemerintah juga akan mudah mencari perusahaan dalam negeri yang bisa dikembangkan untuk kerja sama."

Menjelang melaju ke Subang, Hari sempat mengenalkan istri bersama seorang anaknya. "Ini Rifki Auliaarrahman. Dia baru jadi juara Lomba Roket Tingkat Nasional di Palembang, 4 Oktober 2010 lalu. Bulan depan dia mau ke Australia untuk lomba tingkat Asia," tuturnya antusias. Si anak tersenyum-senyum. Rifki duduk di kelas 1 SMP. Rupanya kecintaan pada sains telah menitis pada anak-anaknya. Anak sulung mereka kuliah di Fakultas Teknik Industri ITB tahun 2010. Keluarga ini dikaruniai empat anak.[]

KONTAK PLANET SAINS
Jalan Sadang Serang No. 11 B Bandung 40134
Telepon: (022) 70654998
Email: planet.sains@gmail.com

Link terkait:
http://planet-sains.info

Copyright © 2010 oleh Anwar Holid