Menjelang Ramadhan Bersama Luna Maya
---Anwar Holid
Pada bulan Juli setahun lalu Luna Maya menjadi model iklan sebuah operator telepon seluler selama musim Ramadhan dan Lebaran 1430. Dia mengenakan kerudung oranye dan baju kurung, di beberapa billboard dia bahkan mengenakan jilbab---meski tetap saja penampilannya centil. Waktu lihat dia ditampilkan seperti itu, aku secara naif berkomentar, "Oh, dia ternyata seorang Muslim."
Karena iklan itu muncul sejak menjelang Ramadhan dan Lebaran, meramaikan industrinya, kita jangan membayangkan Luna Maya tampil di lapangan-lapangan untuk berkhotbah atau demi alasan religius, melainkan menghibur banyak orang dengan imitasi agama, dan kita tahu apa artinya itu semua, yaitu untuk meningkatkan brand, image, dan penjualan si juragan acara bersangkutan.
Persis setahun kemudian orang Indonesia beramai-ramai melihat Luna Maya menanggalkan baju, lantas membuatnya jadi pesakitan karena ketahuan berzina. Masyarakat anonim, pers, dan kelompok tertentu menghujat dan mencibirnya, seakan-akan berkepentingan dengan moralitas dan agama yang runtuh di kalangan generasi muda. Bahkan kelompok keras Islam seperti Hizbut Tahrir menghendaki agar para pelaku zina itu di hukum di depan publik. Mereka tampak beranggapan bahwa Luna Maya dan kawan-kawan harus bertanggung jawab atas aib yang mereka lakukan. Oh, no!
Kini kalau kebetulan lihat di televisi, aku menyaksikan mata Luna Maya sembab, ada bekas air mata, hidungnya memerah, nada bicaranya ketakutan dan kuatir, senyum lebarnya lenyap, meski dia tetap saja tak jadi kelihatan jelek karena itu. Apalagi dia sesekali tampil mengenakan kerudung pula. Sebagai figur publik, dia pastilah tahu bagaimana harus berpenampilan di depan masyarakat sesuai maksud dan tujuan---meskipun mungkin sekarang dia sudah lupa di mana menyimpan baju kurung dan jilbab yang dia kenakan dalam iklan Ramadhan tahun lalu.
Betapa tanpa kita sadari waktu mengalir begitu subtil, sampai akhirnya semua terjungkir balik. Dalam rentang setahun itu, Luna Maya mungkin setiap hari tampil di televisi, di hadapan jutaan pemirsa Indonesia, senang dengan gurauan-gurauan dan tingkah laku centilnya, merasa terhibur oleh kehadirannya... tapi ternyata sulit mengampuni kesalahannya yang fatal. Di mana-mana zina itu memang berbahaya... tapi tidakkah penduduk Indonesia, apalagi yang Muslim, bisa memaafkan kesalahan orang dewasa yang tak tahan menahan dorongan hasrat seksualnya? Katanya kita ini bangsa pemaaf. Ha ha ha... kamu ini memang naif Wartax!
Aku mengira memaafkan itu harga yang pantas buat seluruh kerja keras Luna Maya di dunia hiburan Indonesia. Bukankah dia tak pernah mengecewakan kita selama ini? Mungkin di balik kejatuhan seseorang, kita masih bisa membuktikan simpati, baik sebagai sesama manusia atau sesama orang seagama. Bagaimana Luna Maya tidak tersungkur? Aku dengar sekarang dia tidak lagi jadi presenter acara di televisi, dicopot sebagai model iklan sabun, iklan lainnya berhenti disiarkan, rekan-rekan kerjanya menghindar karena takut terseret skandal, cafenya di Bandung katanya diserbu sekelompok orang. Ngeri amat kini nasibnya. Bayangkan tekanan mental dan kerugian material yang dia alami. Belum lagi depresi dan trauma. Bayangkan kalau kita sendiri jadi pengangguran, kehilangan mata pencaharian, terancam, sementara pengeluaran tetap harus jalan, ditambah dipermalukan. Kita tak tahu, mungkin dia juga menyesal telah berbuat itu. Bukankah kita juga begitu setiap kali melakukan kesalahan? Kita berdoa dan berharap bisa menghapus dosa. Tapi bagi kelompok intoleran, hukuman tetap hukuman. Ia harus dijalankan. Entahlah kalau sudah begitu. Aku lebih memilih agar kita menghukum dan menyesali diri sendiri daripada menuding orang lain.
Kini Ramadhan 1431 H datang sebentar lagi. Kita mungkin bakal berhenti melihat iklan Luna Maya lagi. Dia juga mungkin akan lebih memilih ikut pesantren kilat, mendalami agama, bederma, dan beri'tikaf (tinggal di masjid dengan niat tertentu, yaitu mengkhususkan diri beribadah karena taat kepada Allah) daripada menerima order. Ramadhan dikenal sebagai jalan penyucian bagi umat Islam. Daripada ribut terus menuntut kesucian dan kejujuran orang lain, lebih baik mari bersama-sama introspeksi diri. Maafkanlah kesalahan Luna Maya, meskipun kita mungkin enggak membuang video jelek itu dan tetap menyimpannya entah di mana.[]
Anwar Holid, berusaha baik karena takut. Bekerja sebagai penulis & editor. Buku barunya ialah Keep Your Hand Moving (GPU, 2010). Blogger @ http://halamanganjil.blogspot.com.
KONTAK: wartax@yahoo.com | HP: 085721511193 | Panorama II No. 26 B Bandung 40141.
[ini semacam esai sok moralis]
2 comments:
wah,, ngga tahu harus komentar apa pak. saya juga pernah posting tentang jungkir baliknya kehidupan perempuan ini.. dari komentar temen2 ternyata banyak juga yang susah memaafkan..
:)
wah... apa nih judul posting kamu. pengen baca juga. tolong kasih tahu ya.
Post a Comment