Showing posts with label motivasional. Show all posts
Showing posts with label motivasional. Show all posts

Friday, December 30, 2016

Kiat Menghancurkan Rintangan Menulis dari Si Pemalas

Sabtu, 24 Desember 2016; 9:37

Selamat pagi Pak Anwar.

Saya telah membaca buku
Keep Your Hand Moving yang sudah lama saya beli.

Saya suka menulis. Sebagai penulis pemula, semua yang bapak tulis di buku itu menjadi rintangan saya, seperti membiasakan menulis berkala, sesuai EYD, menyusun pointer sebelum mulai menulis, dan lain sebagainya.

Saat masih kuliah saya sering menulis, namun sekarang sudah jarang karena kalah oleh berbagai tugas dan kesibukan kampus yang menyita waktu. Setelah tamat kuliah, saya sangat senang bisa memanfaatkan waktu luang untuk menulis kembali (sembari berusaha menemukan tempat baru untuk melanjutkan kuliah atau bekerja).

Sejauh ini saya lebih banyak menulis puisi, karena selain bisa saya tulis dalam kondisi apa pun, juga lebih praktis untuk saya tuangkan. Namun, saya sangat ingin belajar bagaimana menulis berbagai jenis tulisan yang lebih panjang baik fiksi maupun non-fiksi.

Apa yang perlu saya lakukan agar bisa belajar lebih banyak soal tulis-menulis? Sekarang saya juga sedang mencari-cari posisi menjadi penulis amatiran di berbagai media, namun kebanyakan hanya membuka peluang bagi yang sudah berkompeten dalam menulis. Saya sangat senang jika bisa berkesempatan belajar langsung dari bapak.

Hormat saya,
Alma

Sumber: bbc.co.uk

Halo Alma, makasih sudah baca buku sederhana itu ya.

Kondisi yang kamu alami sekarang terjadi juga sama aku. Rasanya ada saja rintangan buat menulis. Lihat saja blog halamanganjil.blogspot.com yang akhir-akhir ini sangat-sangat jarang aku update--bahkan sampai berkali-kali diingetin teman-teman. Sekarang aku merasa jarang latihan menulis, terutama bikin draft atau langsung bergerak buat menuangkan pikiran. Jujur saja itu bikin aku sering malu kalo dimintai saran soal menulis, karena sebenarnya justru akulah yang harus pertama-tama dihajar dan dinasihati. Aku lebih suka bilang berbagi soal menulis dan menyunting, karena aku juga banyak belajar dari orang lain.

Menurutku, rintangan utama penulis ialah MALAS. Aku mengalaminya dan ini bisa menjangkiti siapapun. Kemalasan ini bentuknya macam-macam, mulai bener-bener berhenti nulis (gak produktif lagi) sampai malas mengeksplorasi dunia penulisan. Di satu sisi, produktif dan berusaha terus menghasilkan tulisan itu penting daripada akhirnya gak menulis sama sekali atau menunda-nunda terus untuk menyelesaikan tulisan. Menulis tidak jadi prioritas, dianggap tidak menghasilkan, enggak penting, bisa ditunda... lama-lama akhirnya benar-benar terpinggirkan dalam kebiasaan kehidupan kita.

Kemalasan menulis ini yang terus aku coba lawan di tengah-tengah rutinitas bekerja membantu menerbitkan buku.

Kemalasan juga yang membuat kita susah dan berat buat membiasakan diri menulis apa saja yang patut ditulis. Padahal ada begitu banyak hal yang bisa ditulis. Ide-ide terus berseliweran. Kepala selalu penuh dengan segala yang pengen diungkapkan atau dilampiaskan. Tapi karena malas akhirnya semua mampet tertahan. Sementara kalo kita lihat tulisan orang lain, ternyata ada banyak hal yang bisa ditulis dengan menarik, meski ide atau subjeknya bisa jadi biasa banget.

Padahal menulis itu harusnya MEMBUAT KITA SENANG. MEMBEBASKAN. Bikin kita lebih ekspresif dan lega. Mungkin inilah hal-hal yang hilang dari orang-orang seperti kita yang lagi kesulitan menulis. :) Kita kehilangan alasan terbesar dari kegiatan menulis seperti dulu. Dulu kita menulis karena ingin menulis saja, karena ada yang mau diutarakan, tanpa pamrih, jujur, simpel... Tapi kini kita menulis karena ingin eksis, bisa mempengaruhi, dianggap punya ide brilian, ingin populer. Padahal yang kita lakukan sering buat menyindir orang lain.

Yang juga menghalangi menulis ialah karena kita terbebani oleh berbagai aturan, misalnya soal EYD, tulisan harus bagus, kata-katanya harus baku, dan lain-lain. Itu semua membuat kita segan, berat, malas menulis. Menulis ternyata penuh aturan. Padahal kita boleh-boleh saja melanggar aturan, asal alasannya jelas dan kuat. Ya, menulis itu bebas dan sebagian darinya ialah adu kuat-kuatan dengan aturan yang terlalu mengikat dan merintangi. Aturan itu harus didobrak.

Membiasakan/latihan menulis mestinya membuat kita semangat mengeksplorasi segala hal terkait dunia menulis, seperti membuat ungkapan baru, cara menuturkan yang lebih seru, dll. Jujur saja, meski selalu semangat dengan ide-ide segar di dunia penulisan dan penerbitan, itu belum langsung berpengaruh pada produktivitasku menulis.

Coba deh kamu menulis bebas aja, jangan peduli dulu sama EYD, aturan bahasa, pengen hasilnya bagus, dianggap keren, dan ilusi lainnya. Jangan peduli dulu sama typo, jangan peduli sama logika, jangan terlalu perhatian sama kesalahan. Tulis saja. Tulis saja. Yang penting gagasan terungkapkan dan ekspresinya ke luar dengan bebas. Yang penting bebas dan senang menulis aja dulu. Entah itu berupa puisi, diari, komentar, cerita, atau apa aja. Yang penting kita senang dan semangat menulis.

Mungkin itu bisa bikin semangat baru dalam menulis. Teknik ini aku coba lakukan dikit-dikit. Kalo untuk pribadi (nulis di notes, blog, komentar, bikin status), aku berusaha bebas, gak peduli EYD. Itu saja menurutku masih kurang berani dan kreatif. Serius. Aku masih takut bilang dengan kata-kata kasar. Masih jaim dengan ungkapan. Sangat memilih dan mencari-cari cara biar kelihatan pantas. Padahal itu semua bisa menghalangi kita menulis. Sementara di luar sana aku menemukan ada banyak anak muda yang jauh lebih kreatif, produktif, terus berlatih dan melakukan. Itu selalu bikin aku salut. Betapa mereka sangat bebas, punya sudut pandang unik, dan cara menulis yang menarik. Mereka juga sering sangat-sangat berani mendobrak banyak hal, termasuk soal tabu--sesuatu yang kadang-kadang bikin aku ngeri. Sementara aku banyak takut, kurang bebas, banyak halangan.... padahal selama itu bikin semangat nulis, menurutku pantas dilakukan.

Mintalah kritik atas tulisanmu dari teman-teman terdekatmu. Kalo kamu punya teman dekat yang sama-sama suka menulis atau ikut grup menulis, itu lebih bagus. Mintalah kritik yang jujur, berani, pedas. Yang tega. Minta komentar apa yang salah dari tulisan kamu, apa kelemahannya. Apa cara ungkapnya basi, kurang berani dan tegas, cara bertuturnya klise, dan seterusnya.

Aku yakin kalo kamu produktif menulis dan tulisanmu menarik/menghentak, punya kebaruan atau sesuatu yang berharga, berlatih terus, insya Allah lama-lama kemampuan menulismu akan dikenal banyak pihak dan bisa kamu gunakan sebagai portfolio/bukti untuk mendapatkan posisi sebagai penulis atau penyunting.

Heheheh..... maaf ya... jadi sebenarnya aku gak punya saran jelas dan bagus apa yang harus kita lakukan biar bisa belajar lebih banyak soal tulis-menulis.

Terlepas dari apa pun, teruslah menulis. Soal apa pun yang perlu disampaikan.

Ayo terus menulis.
Menulis.
Menulis.
Menulis.
Menggerakkan tangan.
Mengungkapkan pikiran.

Keep your hand moving.[]
 

Tuesday, July 26, 2011


Mengembalikan Hakikat Kemanusiaan
---Anwar Holid

JAKARTA - "Bulan puasa merupakan sebuah perubahan di dalam hidup kita, karena itu kita harus bisa menghadapinya dengan maksimal," demikian kata Arvan Pradiansyah di hadapan lebih dari tiga ratus karyawan Prudential, di Jakarta, pada Senin, 25 Juli 2011. Salah satu perusahaan asuransi jiwa terbesar di dunia ini mengundang pembicara publik dan penulis best-seller buku-buku motivasional tersebut dalam luncheon talk menjelang puasa Ramadhan 2011 (1432 H).

Kenapa Arvan? "Pendekatan Arvan spiritualitas, cocok untuk teman-teman di sini," kata Fancy Ong, Senor Executive Corporate Training Prudential. Banyak karyawan perusahaan tersebut telah menikmati buku-buku Arvan dan familiar dengan talk show "Smart Happiness." Memanfaatkan konsep leadership dan life management, Arvan mengelaborasi spirit puasa menjadi kontekstual dengan etos bisnis dan profesionalisme. Dia membongkar mitos bahwa bekerja di bulan puasa itu tidak efektif.

Lima Kekuatan Puasa
Arvan menyebut bahwa puasa memiliki lima kekuatan, yaitu pikiran, sabar, syukur, cinta, dan kekuatan Tuhan.

"Esensi kemanusiaan itu ialah bahwa pikiran harus ada di atas. Kalau kita bisa memanfaatkan pikiran, hambatan fisik pasti bisa diatasi. Puasa mengembalikan hakikat tersebut," jelas Arvan saat memaparkan the power of mind (kekuatan pikiran).

Sabar (the power of patience) ialah menunda kenikmatan jangka pendek untuk kenikmatan jangka panjang. "Sabar itu bukan mengelus dada, melainkan menikmati proses dan berusaha sampai berhasil." Definisi baru sabar ini sebenarnya banyak dipraktikkan di dunia bisnis, bahkan menjadi ciri yang sangat menonjol, misal dalam hal inovasi dan keteguhan menaklukkan pasar.

Sedangkan syukur (the power of gratitude) membuat orang mampu mensyukuri miliknya, sekecil apa pun. Bersyukur merupakan salah satu ciri orang bahagia, ia mampu menghargai apa pun yang ada dalam dirinya, bukan mencari-cari sesuatu yang di luar dirinya, apa lagi tidak dia miliki.

The power of love (cinta) memungkinkan orang melihat sesuatu dari sudut pandang orang lain. Ia bisa melakukan trading places, tukar tempat. Cinta memungkinkan profesional memahami posisi klien, keinginan customer, maupun harapan atasan dan kolega. Begitu juga dengan salah satu ciri puasa yang menonjol seperti lapar. "Pengalaman lapar tidak bisa diceritakan secara persis kepada orang lain, tapi harus dialami sendiri."

Puncaknya ialah the power of God, merasakan kekuatan Tuhan sekaligus perasaan bahwa Ia dekat. "Kalau kita jauh dari Tuhan, kita akan merasa sendiri. Kalau kita dekat dengan Tuhan, kita akan merasa betapa Tuhan senantiasa bersama kita, dan itu otomatis bisa mencegah kita dari berbuat dosa," terang Arvan. Dia menyebut bahwa konsep tersebut dia jabarkan panjang lebar dalam buku terbarunya You Are Not Alone (2010).

Selain memompa semangat, sesi yang berlangsung akrab dan interaktif itu menawarkan cara pandang segar untuk menghadapi puasa dengan optimistik.[]

Link terkait:
http://ilm.co.id/