Friday, February 26, 2010


[halaman ganjil]

no pity for me (usaha relaks sempurna)
---anwar holid


all you need is just a little patience
--guns n' roses


kadang-kadang ada berita seorang eksekutif perusahaan besar punya hobi off-road dengan mobil 4X4-nya. atau ceo institut anu tiap minggu melaju dengan kendaraan mewahnya. seorang manajer rutin bergabung dengan kawan-kawan komunitasnya, bisa jadi dalam keadaan yang amat lain dengan perilaku dia sehari-hari di tempat kerja. atau yang rada nyeni, seorang pekerja level atas punya hobi ngeband memainkan musik etnik. lainnya hobi mancing di laut, yang bisa dia lakukan sehabis kerja semingguan di kantor instansi pemerintahan.

entah kenapa setiap kali baca hal semacam itu, aku jadi membatin: emm... kayaknya asyik punya hidup relaks seperti itu. bisa jadi sebenarnya aku pun punya sisi itu. dulu, di sela-sela hidup biasaku, kadang-kadang aku suka beli kaset atau cd atau buku. jadi tiap kali ke kota lain, aku suka sengaja beli kaset atau cd lagu daerah setempat atau buku yang menurutku asyik sebagai tanda. ternyata, seiring waktu dan ditindas kebutuhan kehidupan, koleksi itu akhirnya lepas juga. aku enggak mati-matian mempertahankannya. kini rasanya aku enggak punya koleksi yang berharga lagi---kecuali sejumlah buku yang kadang-kadang oleh istriku diminta agar disumbangkan juga, apalagi yang menurutnya tersia-siakan di rak.

dulu, aku merasa termasuk sering ke luar-masuk galeri, menghadiri pembukaan atau diskusi seni rupa. kadang-kadang kepikiran ingin juga memiliki karya-karya itu, apalagi kalau menurutku bagus. tapi rupanya aku naif, waktu tahu betapa karya-karya itu mahal, tak terjangkau sama sekali oleh keuanganku, bahkan para penjaga galeri itu ternyata lebih suka kalau yang masuk itu adalah orang yang beli benda seni, bukan orang yang cuma lihat-lihat dan berusaha menghabiskan makna keindahannya di tempat nyaman mereka---karena itu terlalu sulit dinilai dengan uang. seniman juga begitu. aku lihat mereka memperlakukan orang yang potensial mau beli karyanya secara lebih istimewa, daripada menanggapi orang sok penasaran dan tanya ini-itu hanya karena bodoh dan tengah terbangkitkan gairah seninya. ternyata memang amat lain antara seorang "penggemar seni" dengan "pembeli benda seni." penggemar seni enggak bisa memutar benda seni jadi komoditas, sementara pembeli bisa.

aku sendiri menganggap hobiku murahan, meski kalau mau dicari tentu ada yang lebih murah lagi, apalagi pada kasus yang lebih mengenaskan. tapi dibandingkan hobi para eksekutif, manajer, kepala bagian itu, hobi mereka jelas gila-gilaan biayanya. dan yang terbayang dalam kepalaku: berapa mereka sisihkan pendapatan demi kesenangan itu? soalnya aku sudah membuktikan hal sebaliknya: yaitu justru mengorbankan kesenangan untuk menyumpal kebutuhan hidup---apalagi bila itu terpaksa dilakukan. mari bayangkan contoh orang yang suka mancing di laut: berapa biaya berangkat menuju pantai, berapa harga sewa kapal, berapa ongkos alat pancing, konsumsi, dan seterusnya. tentu sebagai orang baik, kita berharap pehobi ini sudah mengalokasikan pendapatannya buat istri dan anak (kalau dia punya) dan dia tidak korupsi untuk memenuhi kesenangan itu, artinya alokasi itu memang murni suka rela dia sisihkan dari pendapatannya. maka yang terbayang ialah: alangkah banyak jumlah pendapatan dia untuk berbagai keperluan itu. sedangkan aku dengan nelangsa merasa bahwa pendapatanku masih sedikit, sampai-sampai setiap kali sadar bahwa uang itu habis, aku hanya melongo sambil membatin: rasanya baru sembilan hari lalu aku serahkan semua penghasilanku, bahkan tagihan bulanan pun belum sempat dibayar semua...

sudah beberapa tahun lalu aku menempelkan "17 Prioritas Keuangan Keluarga" dari Kompas di samping mata kananku, isinya ialah sebagai berikut:
1/ meningkatkan penghasilan keluarga
2/ membayar pajak
3/ menabung pada awal bulan, sebaiknya 30 % dari penghasilan
4/ batasi kebutuhan rutin keluarga
5/ siapkan tabungan darurat. sebaiknya jumlahnya minimal enam kali kali pengeluaran sebulan.
6/ hati-hati dengan kartu kredit. jika belum bisa membayar cicilan sebaiknya lupakan keinginan memiliki kartu kredit
7/ miliki asuransi jiwa
8/ siapkan dana pendidikan
9/ tetap miliki kemampuan hidup prihatin
10/ miliki investasi keluarga. keluarga bisa berinvestasi meski dengan uang sedikit
11/ siapkan biaya untuk kebutuhan membaca
12/ siapkan tabungan untuk membantu orang tua dan mertua
13/ biaya memiliki rumah. jika mencicil, sesuaikan cicilan dengan kemampuan keuangan. cicilan tidak lebih dari 30 % penghasilan
14/ bijak mengatur pengeluaran. hindari membeli sesuatu di luar kemampuan
15/ siapkan biaya rekreasi
16/ siapkan dana untuk pensiun
17/ siapkan wasiat dengan bijak

ha ha ha.... aku tertawa manyun. sebagian saran bijak itu rasanya absurd. BERAPA PENGHASILAN SESEORANG AGAR BISA SEMPURNA MEMENUHI 17 SARAN ITU? bayar pajak misalnya: ngapain harus bayar pajak, kalau utang-utang pun masih belum pada lunas? ini menyedihkan.

perhatikan no. 3: ini otomatis membuat penghasilan yang boleh dibelanjakan tiap bulan ialah 70 %; sementara poin ke bawah-bawahnya antara lain memaklumkan: sebaiknya punya tabungan darurat, jumlahnya minimal enam kali pengeluaran sebulan, dan jangan lupa alokasikan buat menabung dan investasi, dana pensiun, asuransi, kebutuhan tambahan, siap sedia bantu orangtua dan mertua, termasuk buat rekreasi. WADAW... kalau semua harus terpenuhi, bisa-bisa alokasinya hanya puluhan ribu per item per bulan. itu mustahil. misal: adakah asuransi pendidikan yang iuran per bulannya di bawah seratus ribu rupiah? tidak ada. aku sudah cek, di tahun 2009, rata-rata asuransi pendidikan biayanya minimum 250 ribu per bulan.

apa aku salah paham? kehilangan sesuatu? atau logikaku kacau?

walhasil, aku hanya paham empat poin:
1/ meningkatkan penghasilan keluarga
6/ hati-hati dengan kartu kredit. jika belum bisa membayar cicilan sebaiknya lupakan keinginan memiliki kartu kredit
9/ tetap miliki kemampuan hidup prihatin
14/ bijak mengatur pengeluaran. hindari membeli sesuatu di luar kemampuan

keempatnya nyaris tidak berhubungan dengan angka.

ah, apa hubungan hobi orang lain atau hobiku itu dengan 17 saran bijak bestari itu? cukup jauh memang. tapi yang kepikiran ialah: setelah bisa memenuhi kesenangan itu, terbayang dong berapa banyak uang yang masih bisa mereka bagi-bagikan untuk berbagai pos keperluan dengan jumlah memadai. rasanya aku bisa memastikan bahwa orang-orang itu tentu mudah memenuhi semua saran "17 Prioritas Keuangan Keluarga." benar? mungkin itulah orang yang hidupnya sudah dalam tahap "kebebasan finansial" dan pekerjaannya dengan sempurna mencerminkan slogan "simple work high income."

aku jelas iri dan sedih, sisanya mengeluh dan berusaha lega. tentu jijik banget kalau sampai terdengar berita bahwa orang yang membelanjakan uang untuk hobi itu ternyata ketahuan punya utang puluhan juta ke banyak orang, dan dia enggak niat bayar, atau dia rupanya dikejar-kejar debt collector. bukankah banyak muncul berita bahwa orang kaya tertentu ternyata punya kredit macet milyaran rupiah dan dia sudah lama jadi buron? sementara di sisi lain, dia tetap bisa menjalankan hobi, menjadi politisi, atau jadi penguasa dengan sempurna. sedangkan aku hanya bisa mikir-mikir: bagaimana itu semua bisa berlangsung dengan baik? dulu aku pernah baca ada seorang suami menghabiskan uang untuk kesenangan, tapi rupanya istri dan anak-anaknya tak kebagian, sampai istrinya berutang ke orang lain, menggadaikan harta lain mereka, akhirnya mereka terjerat utang yang jumlahnya keterlaluan buat ditanggung. bagaimana mungkin bisa terjadi hal tolol seperti itu? nah, bagaimana dengan orang yang memang punya begitu banyak harta, tapi ternyata dia penjahat ulung? aku tahu sebagian konglomerat ternyata enggak bayar kewajiban mereka. dalam sejumlah kasus perusahaan ketahuan tidak bayar honor dan royalti yang mestinya diberikan kepada rekan mereka, atau dapat dari tipu-tipu. begitukah cara mereka jadi kaya dan membebaskan diri dari penjara finansial? ah, ayo wartax. coba fokus. kamu tidak sedang ngomongin bagaimana cara orang dapat penghasilan. kamu sedang menulis betapa sejumlah orang membelanjakan sebagian penghasilan itu untuk hobi, dan keuangannya masih baik-baik saja. dan kamu heran bagaimana itu bisa begitu. apa karena penghasilan mereka masih terlalu banyak untuk dibagi-bagi?

rasanya kini aku hampir tak pernah ke galeri lagi untuk menikmati seni. aku juga sudah berhenti beli kaset. cd terakhir yang aku beli ialah cd musik bengkulu, waktu aku diundang gpu buat ke universitas bengkulu. setelah bertahun-tahun tidak masuk bioskop, film terakhir yang aku tonton ialah avatar---itu pun tertipu, karena aku pikir itu film tentang aang. kalau terpaksa, aku baru beli buku. aku kini lebih mengandalkan pinjam dari rumah buku atau lihat-lihat koleksi budi. aku merasa sudah berusaha "hidup prihatin," "membatasi pengeluaran dan menghindari beli sesuatu di luar kemampuan" tapi benteng pertahananku rupanya terlalu mudah jebol. artinya, kamu harus membangun lebih tangguh. harus lebih cerdas dan pintar. belajar taktis. mengambil hikmah. (terdengar seseorang berteriak: hikmah itu apa om?)

aku pernah dengar cerita ini: kalau kamu ingin membuat cipratan dahsyat di danau, lemparkan batu sebesar mungkin yang bisa kamu angkat ke sana. maksimalkan kekuatan kamu untuk mengangkatnya! ah, bagaimana kalau saking berat, aku malah kena encok atau patah tulang? lebih parah lagi: aku juga dimaki orang yang merasa terganggu oleh cipratan itu dan menilai perbuatanku merusak lingkungan, membuat ikan mati dan habitat hancur? kalau begitu bukankah lebih baik membiarkan danau tenang dan mendiamkan batu pada tempatnya, sementara aku bisa menghemat energi untuk menikmati keindahan, menghayati suasana, merasakan ketenangan? dengan begitu aku bisa relaks sempurna?

ah, wartax, kamu memang ironik![]

anwar holid lagi kelabakan dengan janji-janjinya editor, penulis, dan publisis.

situs terkait:
http://halamanganjil.blogspot.com

No comments: