Saturday, August 07, 2010

[BUKU INCARAN]

Bertaruh Nyawa untuk Menerbitkan Memoar
---Anwar Holid

The Ghost Writer (Sang Penulis Bayangan)
Penulis: Robert Harris
Penerjemah: Siska Yuanita
Penerbit: GPU, 2010 
Tebal: 320 halaman; format: 15 x 23 cm 
ISBN: 978-979-22-5562-1
Harga: Rp.50.000,- (Soft Cover)


The Ghost Writer perlahan-lahan tamat juga di sela-sela deadline kerja penulisan yang sempat bikin aku blank, karena harus menjelajahi subjek sulit. Tadinya aku pesimis bisa menamatkan novel ini karena perasaan bersalah lebih baik memburu target kerja dan berusaha keras terserap ke dalam tugas, tapi rupanya kadang-kadang aku tenggelam sebentar ke dalam novel ini. Novel ini aku baca dengan rasa gelisah karena kerja belum selesai, sementara deadline tambah dekat, dan seorang klien menghentikan kerja sama---entah untuk sampai kapan. Buku ini aku bawa-bawa ke Jakarta, sesekali aku baca di tengah angkot atau mobil dinas yang membawaku ke para narasumber yang mau diwawancarai, hendak aku serap pengalaman dan ilmunya.

Pada dasarnya The Ghost Writer bercerita tentang dua orang. Orang pertama itu ialah penulis bayangan (ghost writer) yang disewa untuk merevisi dan menulis ulang memoar mantan perdana menteri Inggris bernama Adam Lang. Orang kedua ialah Adam Lang sendiri. Ketika itu Adam Lang tengah diajukan ke Mahkamah Internasional oleh mantan menteri luarnya yang kini bekerja di PBB. Menteri luar negeri ini dulu dipecat Lang dari kabinetnya; dia seorang politisi senior, berpengaruh, dan integritasnya tampak terjaga.

Lang dituntut atas kejahatan perang. Dia diduga memberi perintah penangkapan dan penginterogasian empat warga negara Inggris keturunan Pakistan atas desakan CIA, yang lantas dibawa paksa ke penjara Guantanamo. Lang juga diduga memerintahkan sebuah operasi rahasia yang dilaksanakan tanpa persetujuan parlemen. Meski dicintai warga negara Inggris dan politik luar negerinya berhasil, Lang tampak terlalu menjadi kolaborator Amerika Serikat dengan mendukung semua kebijakan perang melawan terorisme. Tuduhan kejahatan inilah yang membuatnya nyaris digelandang ke pengadilan internasional di Amsterdam. Beruntung dia tengah berada di Martha's Vineyard, sebuah pulau kecil di Massachusetts, Amerika Serikat, yang terkenal sebagai tempat liburan orang Amerika Serikat kala musim panas. Amerika Serikat tidak ikut mengakui pengadilan internasional. Jadi selama ada di sana, untuk sementara Lang aman. Sayangnya dia di sana kala musim dingin, di pulau terpencil pula; jadi suasananya benar-benar sepi, sebab hanya berisi segelintir penduduk setempat yang berprofesi sebagai nelayan, dan sehari-hari diterpa hujan deras dan badai. Istrinya terang-terangan bilang sebenarnya Adam Lang sudah bernasib seperti Napoleon Bonaparte yang diasingkan di pulau Elba. Sebenarnya, niat awal Lang ada di sana ialah menyelesaikan memoar politik pasca dirinya selesai menjadi perdana menteri. Memoar ini bukan saja bernilai jutaan dolar karena sudah terikat kontrak dengan penerbit raksasa, namun juga merupakan satu-satunya cara dirinya membela diri dan berpeluang menimbulkan pengakuan kontroversial. Sayangnya, sekretaris setianya, seorang staf politikus tiada tara, ghost writer pertama yang sudah menulis draft awal memoar itu, ditemukan tewas ketika hendak menyerahkan manuskrip ke penerbit. Maka disewalah ghost writer kedua, narator dalam novel ini.

Ghost writer kedua ini seorang oportunis. Dia satu almamater dengan Adam Lang, hanya beberapa tahun di bawahnya, apolitis, hidup melajang, dan tampak egois. Meski terbilang sukses berkarir sebagai ghost writer dan tahu posisinya dalam industri buku, dia berharap bisa meningkatkan karir karena selama ini kliennya rata-rata orang "kelas dua", misalnya rockstar uzur dan karirnya sudah tenggelam tapi tetap merasa jadi mesiah, atau pemain sepak bola kasar yang merasa ucapan-ucapannya sekelas dengan Shakespeare. Mungkin dengan mendapat klien mantan perdana menteri, karirnya jadi melesat luar biasa.

Memang benar. Begitu sepakat mengerjakan proyek itu dan mendapat panjer (uang muka) besar, suatu hari dia dihajar orang asing yang hendak merebut manuskrip memoar sang mantan perdana menteri. Tapi halangan itu tak menyurutkan niatnya. Ketika benar-benar mulai mengerjakan proyek bersama Adam Lang, harapannya tampak semakin nyata. Sebagai pribadi, Adam Lang sangat mempesona. Dia seorang komunikator andal, pandai meyakinkan, sekaligus tegas dalam mengambil keputusan. Tapi dalam jalinan politik, kita sulit memastikan sebenarnya seperti apa pengaruh kebijakan-kebijakannya. Apa keputusannya membuat Inggris makin signifikan berperan di dunia internasional, kondisi ekonomi dan isu-isu keadilan bertambah baik atau terpuruk. Kita tahu bahwa sebagian dari politik ialah kompromi, baik dengan partai, kolaborator, bahkan dengan kekuatan musuh sekalipun.

Sikap apolitis sang ghost writer pada satu sisi menyulitkannya bekerja dan menyelami ada apa sesungguhnya di dalam dan luar politik Inggris, namun di sisi lain membuatnya bebas sekaligus tega berpendapat apa pun tentang Adam Lang. Karena berjarak sangat jauh dengan politik dan tetek bengeknya, sang ghost writer sebenarnya tepat mengerjakan order ini. Dengan kemampuannya, dia mampu mengubah naskah memoar Adam Lang sebagai politisi dan kering tanpa drama menjadi manusia utuh yang patut mendapat simpati. Dia jadi tahu sisi pribadi Lang yang mungkin kurang disadari publik, misal betapa Adam selalu minta input dari siapapun sebelum mengambil keputusan, atau ternyata kehidupan rumah tangga mereka sudah runtuh. Tapi demi nama baik dan citra internasional, mereka belum bisa cerai, meskipun sudah pisah ranjang. Fakta ini makin seksi karena hidup Adam diatur oleh sekretaris perempuan gesit sebagai bagian dari protokoler resmi dan aturan partai. Kita rasanya mendapat suguhan plot sempurna: politik, kekuasaan, perempuan, dan konspirasi. Robert Harris mengolahnya menjadi kepenasaran yang amat berisiko, terutama bagi sang narator. Tentu dia ingin menguak siapa sesungguhnya Lang, bagaimana lingkaran kekuasaan memainkan peran melalui lembaga studi di universitas maupun korporasi multinasional, tindakan politik yang mengerikan, sampai mendapati tanda-tanda di luar prakiraannya sendiri. The Ghost Writer sampai ujung setia pada peran ganda itu: Di satu sisi, buku ini memberi gambaran hebat bagaimana seorang penulis bekerja, baik menggunakan nurani, insting, maupun profesionalitasnya. Di lain sisi ia menuturkan kehidupan sang perdana menteri sejak awal menapaki karir politik hingga caranya merebut kekuasaan.

"Dalam banyak level, The Ghost Writer adalah novel yang hebat," demikian pendapat USA Today. Menurut mereka, Harris membuat novel ini sarat godaan, kekuasaan, dan manipulasi. Bahkan Roman Polanski tak tahan untuk mengadaptasinya menjadi film. Sementara itu nyaris seluruh resensi di media massa internasional lain tergoda untuk mengaitkan novel ini dengan kejadian nyata politik di Inggris. Robert Harris tampak mau menampilkan suasana lebih muram lagi, mulai dari musim dingin, London yang jadi mirip Jakarta karena kerap ada dalam situasi bahaya baik oleh teror bom atau demonstrasi, sampai kehidupan pribadi sang ghost writer yang kelihatan kekurangan cinta dan simpati.[]

Anwar Holid pernah menjadi penulis bayangan. Buku barunya ialah Keep Your Hand Moving (GPU, 2010). Blogger @  http://halamanganjil.blogspot.com.

KONTAK: wartax@yahoo.com | HP: 085721511193 | Panorama II No. 26 B Bandung 40141.

Link terkait:
http://www.gramedia.com/buku_detail.asp?id=KCQN1516&kat=4
http://en.wikipedia.org/wiki/The_Ghost_(novel)
http://en.wikipedia.org/wiki/Robert_Harris_(novelist)

No comments: