Wednesday, July 27, 2011


Bahagia Dulu, Baru Sukses
---Anwar Holid

Sepenting apa pengaruh kebahagiaan terhadap dunia kerja dan bisnis?

Pada tahun 2007 Badenoch & Clark---sebuah lembaga konsultan rekrutmen di Inggris---merilis survei bahwa satu dari empat karyawan tidak puas dengan pekerjaan kantor mereka. Berbagai penelitian sejenis mengungkap hasil serupa, di antaranya ialah adanya temuan hubungan positif antara kepuasan kerja dan kepuasan hidup. Penemuan terbaru di bidang psikologi pun membuktikan bahwa kebahagiaan merupakan dasar kesuksesan. Kebahagiaan adalah sebab, harus ada sebelum kesuksesan, bukan hasil dari kesuksesan.

Ironisnya, kebanyakan orang beranggapan sebaliknya. Mereka yakin bahwa kebahagiaan akan terjadi dengan sendirinya sebagai akibat dari kesuksesan. Jika kita bekerja keras, kita akan tambah sukses. Dan kalau sukses, baru kita akan bahagia. Anggapan ini keliru. Fakta menunjukkan betapa sering kita mendapati orang sukses yang depresif, menyalahgunakan kekuasaan (abusive), bahkan sampai korupsi, melanggar hukum, dan bunuh diri. Semua itu membuktikan bahwa kesuksesan tidak identik dengan kebahagiaan, apalagi kalau seseorang merasa hidup maupun karirnya belum berhasil.

Dalam Public Program ILM The 7 Laws of Happiness @ Work di Intercontinental Hotel beberapa waktu lalu, Arvan Pradiansyah menyatakan, "Orang yang bahagia di tempat kerja pasti punya lebih banyak ide untuk pekerjaannya, lebih mampu menyenangkan customer dan orang lain, sebab inti pekerjaan ialah melayani." Di workshop dua hari yang diikuti para profesional mulai level staf junior hingga direktur dari berbagai perusahaan tersebut dia menyatakan bahwa kuncinya ialah bahagia dulu, baru sukses.

Sukses Tanpa Mengorbankan Kebahagiaan


Apa yang harus dilakukan agar seseorang bahagia di tempat kerja? Arvan mengajarkan tujuh prinsip kebahagiaan dari buku best-sellernya The 7 Laws of Happiness yang telah disesuaikan untuk dunia kerja dan para profesional. Dia mengungkapkan berbagai skills dan tools yang dibutuhkan para profesional agar sukses tanpa mengorbankan kebahagiaan di tempat kerja, misal "Mind Booster" dan "Teknik 5 Kotak" agar orang segera mampu menciptakan pikiran positif.

Pada prinsipnya The 7 Laws of Happiness ialah paradigma cara mengenali cara kerja pikiran, mengelolanya, lantas memilih tindakan. Sabar (patience) misalnya, yang merupakan prinsip pertama The 7 Laws of Happiness, rasanya terdengar klise, namun Arvan memberi muatan baru yang bersifat sangat aktif. "Sabar itu bukan mengelus dada, melainkan melakukan pekerjaan dengan senang hati. Orang sabar punya keyakinan bahwa segala sesuatu mungkin untuk dilakukan."

Arvan memadukan pendekatan leadership dan life management untuk menyeimbangkan kehidupan profesional dan personal. Contoh dalam motivasi kerja. Banyak orang terjebak motif jangka pendek dalam bekerja, terutama karena uang. "Orang yang bekerja karena uang hanya mampu bertahan (survive) di dalam kehidupan, tapi kalau orang bekerja untuk melayani, yang dia dapat ialah kebahagiaan---uang hanya menjadi bonus."

Di workshop tersebut Arvan berfungsi sebagai "personal inspirator", ini membuat para peserta tergerak untuk mengenali misi kehidupan sekaligus antusias berkarya. Semua orang tampak setuju bahwa kehidupan personal amat mempengaruhi kinerja profesional. Mana mungkin kerja memuaskan muncul dari seseorang yang sakit atau mendendam?

Arvan mengungkapkan ada penelitian bahwa 54 % pekerja tidak terikat perusahaan, mereka cuma sibuk dan mengerjakan rutinitas. Sisanya, 17 % actively disengaged---mereka inilah virus kantor, kerjanya merongrong, membuat situasi jadi tidak tenang. Mereka jelas bukan orang yang bahagia. Karyawan yang terikat dan bahagia dengan perusahaan baru 29 %. Persentase inilah yang harus diperbesar lagi.

"Kebahagiaan tidak bisa didelegasikan, ia harus dialami sendiri," ujar Arvan. Salah satu cara mendapat kebahagiaan ialah lewat pengalaman kerja dan hidup yang kaya. Bila interaksi di tempat kerja berlangsung secara adil dan komunikasinya bagaus, orang-orang akan merasa lebih bahagia, dan dengan sendirinya mereka akan terdorong berusaha lebih baik.[]

Link terkait:
http://www.ilm.co.id

No comments: