Showing posts with label The 7 Laws of Happiness. Show all posts
Showing posts with label The 7 Laws of Happiness. Show all posts

Wednesday, July 27, 2011


Bahagia Dulu, Baru Sukses
---Anwar Holid

Sepenting apa pengaruh kebahagiaan terhadap dunia kerja dan bisnis?

Pada tahun 2007 Badenoch & Clark---sebuah lembaga konsultan rekrutmen di Inggris---merilis survei bahwa satu dari empat karyawan tidak puas dengan pekerjaan kantor mereka. Berbagai penelitian sejenis mengungkap hasil serupa, di antaranya ialah adanya temuan hubungan positif antara kepuasan kerja dan kepuasan hidup. Penemuan terbaru di bidang psikologi pun membuktikan bahwa kebahagiaan merupakan dasar kesuksesan. Kebahagiaan adalah sebab, harus ada sebelum kesuksesan, bukan hasil dari kesuksesan.

Ironisnya, kebanyakan orang beranggapan sebaliknya. Mereka yakin bahwa kebahagiaan akan terjadi dengan sendirinya sebagai akibat dari kesuksesan. Jika kita bekerja keras, kita akan tambah sukses. Dan kalau sukses, baru kita akan bahagia. Anggapan ini keliru. Fakta menunjukkan betapa sering kita mendapati orang sukses yang depresif, menyalahgunakan kekuasaan (abusive), bahkan sampai korupsi, melanggar hukum, dan bunuh diri. Semua itu membuktikan bahwa kesuksesan tidak identik dengan kebahagiaan, apalagi kalau seseorang merasa hidup maupun karirnya belum berhasil.

Dalam Public Program ILM The 7 Laws of Happiness @ Work di Intercontinental Hotel beberapa waktu lalu, Arvan Pradiansyah menyatakan, "Orang yang bahagia di tempat kerja pasti punya lebih banyak ide untuk pekerjaannya, lebih mampu menyenangkan customer dan orang lain, sebab inti pekerjaan ialah melayani." Di workshop dua hari yang diikuti para profesional mulai level staf junior hingga direktur dari berbagai perusahaan tersebut dia menyatakan bahwa kuncinya ialah bahagia dulu, baru sukses.

Sukses Tanpa Mengorbankan Kebahagiaan


Apa yang harus dilakukan agar seseorang bahagia di tempat kerja? Arvan mengajarkan tujuh prinsip kebahagiaan dari buku best-sellernya The 7 Laws of Happiness yang telah disesuaikan untuk dunia kerja dan para profesional. Dia mengungkapkan berbagai skills dan tools yang dibutuhkan para profesional agar sukses tanpa mengorbankan kebahagiaan di tempat kerja, misal "Mind Booster" dan "Teknik 5 Kotak" agar orang segera mampu menciptakan pikiran positif.

Pada prinsipnya The 7 Laws of Happiness ialah paradigma cara mengenali cara kerja pikiran, mengelolanya, lantas memilih tindakan. Sabar (patience) misalnya, yang merupakan prinsip pertama The 7 Laws of Happiness, rasanya terdengar klise, namun Arvan memberi muatan baru yang bersifat sangat aktif. "Sabar itu bukan mengelus dada, melainkan melakukan pekerjaan dengan senang hati. Orang sabar punya keyakinan bahwa segala sesuatu mungkin untuk dilakukan."

Arvan memadukan pendekatan leadership dan life management untuk menyeimbangkan kehidupan profesional dan personal. Contoh dalam motivasi kerja. Banyak orang terjebak motif jangka pendek dalam bekerja, terutama karena uang. "Orang yang bekerja karena uang hanya mampu bertahan (survive) di dalam kehidupan, tapi kalau orang bekerja untuk melayani, yang dia dapat ialah kebahagiaan---uang hanya menjadi bonus."

Di workshop tersebut Arvan berfungsi sebagai "personal inspirator", ini membuat para peserta tergerak untuk mengenali misi kehidupan sekaligus antusias berkarya. Semua orang tampak setuju bahwa kehidupan personal amat mempengaruhi kinerja profesional. Mana mungkin kerja memuaskan muncul dari seseorang yang sakit atau mendendam?

Arvan mengungkapkan ada penelitian bahwa 54 % pekerja tidak terikat perusahaan, mereka cuma sibuk dan mengerjakan rutinitas. Sisanya, 17 % actively disengaged---mereka inilah virus kantor, kerjanya merongrong, membuat situasi jadi tidak tenang. Mereka jelas bukan orang yang bahagia. Karyawan yang terikat dan bahagia dengan perusahaan baru 29 %. Persentase inilah yang harus diperbesar lagi.

"Kebahagiaan tidak bisa didelegasikan, ia harus dialami sendiri," ujar Arvan. Salah satu cara mendapat kebahagiaan ialah lewat pengalaman kerja dan hidup yang kaya. Bila interaksi di tempat kerja berlangsung secara adil dan komunikasinya bagaus, orang-orang akan merasa lebih bahagia, dan dengan sendirinya mereka akan terdorong berusaha lebih baik.[]

Link terkait:
http://www.ilm.co.id

Wednesday, September 01, 2010



[PUBLISITAS]

Merasakan Kehadiran Tuhan Demi Meraih Kebahagiaan
---Anwar Holid


JAKARTA - Sekelompok wanita memasuki ruang tempat Ngabuburit Bersama Arvan Pradiansyah diadakan di toko buku Gramedia Matraman, Sabtu, 28 Agustus 2010. Beberapa di antara mereka memperlihatkan simbol agama yang jelas. Seorang perempuan berkalung salib, lainnya mengenakan jilbab. Di ruang itu tampak Budiman Sujatmiko tengah diwawancarai; terdengar sekilas ceritanya di masa-masa menjelang Reformasi. Sebelum acara dimulai, Arvan Pradiansyah berkali-kali disapa sejumlah orang, termasuk dimintai tanda tangan pada buku-buku karya Arvan yang mereka miliki.

Ruangan sudah penuh ketika ngabuburit berisi acara launching dan talkshow buku terbaru Arvan Pradiansyah You Are Not Alone (Elexmedia, 252 hal., Rp.52.800,00) dimulai. Riri Artakusuma, sang pemandu acara, mengawali hajatan dengan menanyakan maksud Arvan menulis  buku tersebut. "Buku ini bicara tentang perubahan," demikian kata penulis yang juga dikenal sebagai ahli SDM dan pembicara publik ini. "Saya ingin menulis buku yang dapat mengirimkan pesan kuat untuk memprovokasi pikiran orang agar dapat berubah menjadi lebih baik," tegas Arvan. Akhir-akhir ini dia rupanya prihatin dengan Indonesia yang digelari sebagai negeri mafia. Tidak ada satu pun lembaga penegakan hukum di negeri ini yang bersih dari korupsi.

Apa gagasan tentang Tuhan dan kebahagiaan akan mampu mengubah orang? Kita bisa simak dari komentar para hadirin. Mereka mayoritas telah familiar dengan Arvan Pradiansyah, baik dari radio maupun buku-bukunya. Seorang manajer cerita bagaimana dia suatu mendengar penuturan Arvan di radio dan penasaran dengan karyanya. Waktu itu buku terakhir Arvan ialah The 7 Laws of Happiness (Kaifa, 2008). Dia membeli buku itu, membacanya, terkesan, dan akhirnya menghadiahkan buku itu kepada rekannya. Dia bilang, "Ini buku bagus. Baca deh." Rekan dia rupanya jauh lebih terkesan lagi oleh buku itu dan kemudian malah menyebarkan ide isi buku itu pada sejumlah rekan lain, sampai membuat manajer tersebut akhirnya merasa kehilangan buku itu dan akhirnya terpaksa beli untuk kedua kali. Kali ini dia melangkah lebih jauh: dia menerapkan sejumlah workshop yang bisa dipraktikkan dari buku itu di dalam perusahaan dan anak buahnya.

Secara konseptual, Arvan memang telah menuangkan ide mengenai spiritualitas dan kebahagiaan di dalam The 7 Laws of Happiness. Syarat utama kebahagiaan yaitu sabar, syukur, sederhana (kemampuan menangkap esensi), kasih, memberi, memaafkan, dan puncaknya kemampuan berserah diri dan percaya seratus persen kepada Tuhan (pasrah) sudah mengandung esensi spiritualitas yang kental. Tema ini telah dia eksplorasi. You Are Not Alone makin menegaskan betapa spiritualitas menjadi prasyarat untuk merasakan kehadiran Tuhan maupun demi meraih kebahagiaan. Untuk memudahkan penelusupan ide-idenya, Arvan mengawali setiap bab dalam buku ini dengan kisah. "Saya menyarankan Anda baca satu artikel per hari. Jangan langsung semua, biar tidak mabuk. Agar Anda lebih bisa meresapi makna isinya," demikian ucap Arvan.

Arvan menyebut ada lima poin yang ingin dia nyatakan dalam buku ini, yaitu:
1. Tuhan itu dekat, dia ada bersama kita setiap saat.
2. Percaya Tuhan itu tidak sama dengan beriman, buktiknya ada banyak orang mengaku percaya pada Tuhan tapi perilakunya justru kontradiktif dengan keimanan.
3. Melakukan kejahatan itu sama dengan kafir.
4. Mengajak agar pembaca cerdas secara spiritual (memiliki spiritual quotient).
5. Puncak dari penghayatan manusia kepada Tuhan ialah cinta (kasih sayang).

Dalam You Are Not Alone, Arvan berkali-kali menjelajahi topik sensitif, misal dia menyatakan bahwa religius saja belum cukup, orang beragama belum tentu baik, memilih antara orang beragama atau orang baik, sampai pertanyaan apa agama itu merupakan keharusan atau kebutuhan? Spiritualitas pasti membicarakan Tuhan, sumber kebahagiaan itu sendiri. Tuhan yang dimaksud bersifat universal, tidak mengacu pada definisi ajaran agama tertentu. Itu sebabnya para hadirin dalam acara ini sangat beragam, datang dari berbagai latar belakang. Dalam konteks ini, spiritualitas tampak lebih luas dan mampu menampung banyak orang daripada agama formal tertentu. Bila pendekatannya sempit, hitam-putih, hanya berupa larangan dan perintah agama bahkan telah berkali-kali memperlihatkan sisi wajahnya yang mengerikan. Orang bisa atas nama Tuhan menghancurkan agama yang berbeda.

Arvan berpendapat idealnya spiritualitas mampu mengubah paradigma seseorang dan melahirkan kebaikan baru kepada orang lain. Pendapat ini sesuai dengan pernyataan Viktor Frankl (1905-1997) bahwa orang yang berhasil menemukan makna kehidupan memiliki niat lebih mulia untuk bertahan hidup; ia merasa bahwa dirinya "penuh."

Respons publik terhadap You Are Not Alone terbukti antusias. Seorang staf sales Elex menyatakan penjualan buku-buku Arvan di Gramedia Matraman saja sangat bagus; dalam seminggu bukunya rata-rata terjual 6-7 eksemplar. Menjelang akhir Agustus 2010 buku tersebut sudah cetak ulang.[]

Copyright © 2009 oleh Anwar Holid

Situs terkait:
http://www.elexmedia.co.id
http://www.ilm.co.id
Arvan Pradiansyah juga berinteraksi di http://www.facebook.com

Monday, March 02, 2009



Bersama-sama Mengupayakan Keluarga Bahagia

--Oleh Anwar Holid


Arvan Pradiansyah & Asma Nadia jadi magnet dalam talkshow The 7 Laws of Happiness for Muslim Family di Islamic Book Fair 2009. Kedua penulis setuju bahwa setiap suami-istri bisa mengupayakan keluarga bahagia.


JAKARTA - "Menikahlah dengan orang yang Anda cintai, kemudian cintailah pasangan Anda," demikian salah satu saran Arvan Pradiansyah terhadap krisis yang kerap terjadi dalam keluarga Indonesia sekarang. Penulis buku The 7 Laws of Happiness ini sengaja dipasangkan dengan Asma Nadia untuk membicarakan topik vital yang merupakan perhatian semua pasangan suami istri. Arvan kali ini menggunakan ketujuh poin dalam The 7 Laws of Happiness untuk membangun kebahagiaan keluarga. Dalam buku itu dia cukup banyak menceritakan kasus rumah tangga, mulai dari hal yang "ringan" seperti cara sederhana mengungkapkan kasih sayang, sampai hal "berat" misalnya perceraian, perselingkuhan, juga kekerasan dalam rumah tangga.


Keluarga merupakan salah satu masalah paling personal yang bisa dialami setiap orang, sekaligus pengalaman paling general bagi umat manusia. Sayangnya, manusia justru kurang mendapat bekal memadai ketika mereka memasuki jenjang pernikahan. Pendidikan pranikah nyaris tidak diperhatikan banyak kalangan, kecuali ceramah singkat orangtua kepada anaknya menjelang mereka nikah. Sementara calon suami-istri menilai menjalani pernikahan itu sesuatu yang mudah.


Asma Nadia lebih menyoroti sisi perempuan, terutama sebagai istri. Ini terkait dengan tema bukunya yang akhir-akhir ini banyak mengolah curahan hati perempuan. Sejumlah orang bilang kepadanya, kenapa buku dia jadi terasa cengeng dan banyak menguras air mata? Asma menegaskan buku-bukunya justru untuk menguatkan kaum perempuan. "Bagaimana setelah luka itu dihikmati agar bisa menjadi cara kita menuju bahagia," katanya.


Problem keluarga dan rumah tangga memang begitu luas. Dari masalah peliknya hubungan suami-istri hingga ekonomi. Menarik, Arvan mengungkapkan data statistik bahwa masalah terbesar keluarga Indonesia justru perceraian yang dipicu oleh perselingkuhan dan ketidakharmonisan pasangan. Sementara ekonomi ada di peringkat bawahnya. "Ini menunjukkan bahwa kebahagiaan itu berawal dari pikiran, bukan dari harta benda," tegasnya. Dia juga menilai bahwa taraf perselingkuhan sekarang sudah gawat, sebab secara bawah sadar pun merasuk deras baik lewat lagu pop, sinetron, dan iklan.


Ketika ada peserta bertanya apa yang paling dasar harus dilakukan agar keluarga bahagia, Arvan menjawab tegas, "Sabar dan syukur." Sabar merupakan dua fondasi paling dasar The 7 Laws. Namun Arvan segera secara retorik bertanya, "Sabar seperti apa yang bisa membuat orang bahagia?" Yaitu sabar dalam pengertian aktif, bukan mengelus dada. Sabar di sini ialah berusaha terus, mengupayakan yang terbaik untuk melakukan perubahan. Misal saat pasangan bermasalah serius. Bila pasangan mau cerai, mereka mestinya mempertahankan pernikahan habis-habisan, apalagi ada faktor keluarga dan anak-anak di sana. Hal seperti ini malah jarang dilakukan. Beda bila orang bermasalah dengan perusahaan. Mereka menempuh berbagai cara agar kerja tetap langgeng dan perusahaan selamat.


"Biasanya, orang yang mau menikah terlalu berlebihan melihat sisi positif pasangannya, sementara kalau mau cerai selalu melihat sisi yang buruk-buruk, sisi positifnya dilupakan," tegas Arvan. Akibatnya perceraian terjadi dengan mudah, keluarga berantakan, dan orang-orang terdekat--terutama anak-anak--jadi trauma dan bermasalah.


Asma Nadia, berkat jaringan pembacanya yang sangat luas, kerap menjadi "keranjang sampah" sesama perempuan. Masalah itu mulai dari istri yang merasa terkungkung oleh beban rutinitas rumah tangga, perubahan peran dari lajang jadi istri, suami dianggap kurang romantis, atau malah abai terhadap perhatian istri. "Kita harus lebih fokus pada kelebihan pasangan, dan mensyukuri setiap keadaan pada diri kita," tuturnya.


Acara di Panggung Utama Islamic Book Fair ini dipadati peserta yang bertahan sampai acara tuntas. Mereka bahkan sudah tumpah di lantai dan mengerumuni batas arena ketika talkshow diawali doorprize oleh penerbit Mizan dan informasi manfaat Internet bagi keluarga oleh layanan Speedy.


Banyak peserta datang karena telah mengenal Arvan Pradiansyah sebagai host talkshow di berbagai radio. Sekarang dia membawakan acara "Smart Happiness" di Smart FM, Jakarta. Sementara Asma Nadia terkenal sebagai penulis prolifik dan salah satu tokoh organisasi penulis terbesar di Indonesia, Forum Lingkar Pena.[]

Copyright © 2008 BUKU INCARAN oleh Anwar Holid

Situs terkait:

Kontak dengan Arvan Pradiansyah dan Asma Nadia di http://www.facebook.com/

Saturday, February 28, 2009





The 7 Laws of Happiness for Muslim Family


=============================


Oleh Anwar Holid


All happy families resemble one another, each unhappy family is unhappy in its own way. Demikian kalimat pertama Tolstoy dalam buku Anna Karenina: Semua keluarga bahagia itu mirip satu sama lain, tiap keluarga yang sengsara menderita dengan caranya masing-masing. Punya keluarga bahagia itu bukan saja penting dan fundamental, melainkan juga hak dan idaman setiap orang. Keluarga merupakan unit persaudaraan terkecil yang bisa menentukan perilaku, adat, dan moral setiap orang. Ia menjadi tempat interaksi intim antara suami-istri, orangtua-anak, saudara kandung-saudara tiri, saudara dekat-saudara jauh.


Lepas bahwa secara alamiah orang ingin membangun keluarga bahagia, selalu saja ada sandungan yang kerap gagal dihadapi baik oleh pasangan paling mesra dan setia sekalipun. Perceraian kadangkala harus terjadi, pertengkaran meledak, sakit hati sulit diobati, anak terlantar, suami meninggalkan istri, istri selingkuh, anak hidup dalam tekanan, anak kabur, orang tua merasa diabaikan, pasangan merasa kurang dukungan, kebutuhan hidup mengejar-ngejar tiada ampun, suami merasa kecapaian mencari nafkah, bantuan istri dianggap kurang. Masalah keluarga ialah masalah kehidupan yang senantiasa perlu dinegosiasikan setiap waktu.


Adakah rahasia menciptakan keluarga bahagia?


Arvan Pradiansyah, penulis The 7 Laws of Happiness (Kaifa, 423 h.) akan mencoba berbagi dan sama-sama mencari formula, adakah syarat di dalam keluarga bahagia. Kali ini pembicara publik dan ahli SDM ini akan ditemani Asma Nadia, salah satu tokoh Forum Lingkar Pena, yang juga telah menghasilkan banyak buku. Mereka akan membahasnya dalam talkshow "The 7 Laws of Happiness for Muslim Family" pada Islamic Book Fair Maret 2009 ini.


Hari, Tanggal: Ahad, 1 Maret 2009
Waktu: 16.00 - 18.00 BBWI
Tempat : Istora Gelora Bung Karno, Senayan Jakarta, Panggung Utama Islamic Book Fair.


Bagi Arvan acara ini seakan-akan merupakan konsekuensi dari rangkaian roadshow atas bukunya. Tapi boleh jadi talkshow kali ini menawarkan hal istimewa atau pendalaman khusus atas suatu kasus dalam bukunya. Kebahagiaan itu milik semua, meskipun kadang-kadang kita kehilangan hal itu.


"Saya berharap buku ini dapat menjadi sebuah tools yang sederhana namun cukup powerful untuk mempermudah hidup kita (guna meraih kebahagiaan)," kata Arvan pada suatu kesempatan.


The 7 Laws of Happiness sudah berhasil menggugah sejumlah kalangan untuk menerapkannya, termasuk kalangan guru, pekerja, juga pada lingkungan universitas.

Keesokan harinya, pada Senin 2 Maret 2009 Arvan bersama Kaifa akan meneruskan kampanye meraih kebahagiaan di Kantor Divre II TELKOM, Jakarta pukul 10.10 - 12.00 BBWI.
Tertarik membahas bersama? Silakan hadir.[]

Copyright © 2008 BUKU INCARAN oleh Anwar Holid
KONTAK: wartax@yahoo.com Tel.: (022) 2037348 HP: 085721511193 Panorama II No. 26 B Bandung 40141

Copyright © 2009 oleh Anwar Holid

Situs terkait:


Hubungi Arvan Pradiansyah via http://www.facebook.com/

Saturday, February 21, 2009




Model Komprehensif tentang Kebahagiaan
--Anwar Holid


The 7 Laws of Happiness - Tujuh Rahasia Hidup yang Bahagia
Penulis: Arvan Pradiansyah
Penerbit: Kaifa, September 2008
Halaman: 428
ISBN: 978-979-1284-20-2
Harga: Rp 72.500,-

KITA kerap mendengar orang berkata, "Semoga hidupmu bahagia" atau dengan nada emosional mengucapkan, "Saya rela miskin, asal bahagia." Sesungguhnya, bahagia seperti apa yang dia maksud? Apa bahagia itu identik dengan senang? Bagaimana bila dibandingkan dengan perasaan sejenis, misalnya beruntung, sukses, mujur, dan puas?


"Bahagia itu rentang waktunya panjang, sementara senang itu berjangka pendek," demikian pernyataan awal Arvan Pradiansyah dalam The 7 Laws of Happiness. Buku ini berusaha secara meyakinkan dan mudah dipahami membahas salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia, yaitu kebahagiaan. Sebagai seorang ahli sumber daya manusia dan pembicara publik, Arvan telah menghasilkan empat buku bertema manajemen kepemimpinan (leadership) dan manajemen kehidupan (life management.) The 7 Laws of Happiness termasuk kategori manajemen kehidupan, terutama karena ia secara persuasif mengajak agar pembaca menemukan dan membukakan jalan hidup yang bahagia.


Arvan menggunakan pendekatan neurosains dan Psikologi Positif untuk membukakan wawasan tentang meraih kebahagiaan. Neurosains ialah studi saintifik terhadap sistem saraf, terutama sekali sistem jaringan otak. Sebagian ahli otak mengatakan bahwa pusat manusia ada pada akal, yaitu proses berpikir yang terjadi di dalam otak. Arvan yakin bahwa kunci kepribadian dan watak manusia berada pada otaknya (hal. 41.)


Psikologi Positif lahir dari kegalauan Martin E. P. Seligman ketika menjadi presiden American Psychological Association (APA) pada 1998. Dia secara komprehensif menuliskan landasan teori dan praktik cabang psikologi ini dalam bukunya yang sangat berpengaruh dan terkemuka, Authentic Happiness. Beberapa koleganya merasakan kecenderungan serupa, dan akhirnya saling mendukung dan mengisi gagasan tersebut hingga menjadi disiplin yang padu. Psikologi ini lebih berusaha menekankan pada kesehatan mental. Aliran ini merupakan generasi baru Psikologi Humanistik yang berhasil membangun dukungan bukti empirik, menyediakan landasan sainstifik kuat bagi studi tentang kebahagiaan manusia dan fungsi optimal manusia, menambah sisi positif dari psikologi yang terlalu dikuasai sisi negatif manusia.


Sesuai hasil penelitian neurosains, Arvan berpendapat bahwa kunci bahagia manusia itu ada dalam pikirannya. "Kekuatan terbesar manusia ada dalam memilih pikiran," ungkapnya. Dengan pikiran, orang bisa memilih keputusan apa pun untuk hidupnya. Arvan merancang buku ini secara komprehensif agar pembaca bisa cukup terlatih untuk memulai mengambil keputusan demi kebahagiaan hidupnya. Pendekatan penulisannya juga termasuk menarik. Sambil berargumen mengungkapkan bagaimana prinsip-prinsip kebahagiaan bisa berlangsung dalam kehidupan manusia, dia menjabarkan pemikiran dengan bahasa mudah dipahami, ditambah petikan kisah (kebanyakan kisah nyata), dan sejumlah praktik tes psikologi. Lay out buku ini, baik dari pilihan font, desain, dan ilustrasi membuat kenyamanan membaca jadi makin maksimal.


Salah satu prasangka umum terhadap bahagia yang dipatahkan Arvan ialah anggapan bahwa orang bisa bahagia meskipun ia tak punya apa-apa, seakan-akan bahagia tidak butuh materi apa pun. "Anggapan ini terdengar bagus, tapi sangat tidak realistis," tulis Arvan. Bagaimana mungkin kita bisa bahagia tanpa memiliki apa pun padahal kita ini masih merupakan makhluk fisik juga? (hal. 32), demikian ungkap Arvan retorik. Dia menyatakan, meski ada faktor yang dapat mempengaruhi kebahagiaan, penentunya tetap pikiran. Secara faktual, orang sehat dengan pikiran damai akan lebih bahagian daripada orang sakit dengan pikiran damai. "Pikiran itu mirip kebun, bila dipupuk dengan baik, hasilnya tentu kebaikan."


Untuk memupuk dan melatih pikiran agar terbiasa melahirkan kebahagiaan, Arvan mengajukan tujuh syarat. Tiga syarat pertama ialah Intrapersonal Relation, merupakan syarat bahagia untuk diri sendiri, terdiri dari sabar, syukur, dan sederhana (kemampuan menangkap esensi). Tiga syarat kedua ialah Interpersonal Relation, merupakan kebahagiaan terkait dengan orang lain, terdiri dari kasih, memberi, dan memaafkan. Puncaknya ialah Spiritual Relation, berupa kemampuan berserah diri dan percaya seratus persen kepada Tuhan (pasrah.) Arvan memberi contoh dan inspirasi nyata betapa meraih kebahagiaan puncak itu tidaklah hadir sekonyong-konyong, tetapi dengan disiplin, perjuangan, dan pelatihan berat.


SELINTAS The 7 Laws of Happiness tampak sama dengan tipikal buku self-help dan motivasi (pengembangan diri) yang kerap dituduh menyederhanakan masalah serius dengan pendekatan instan, sejenis cara jawaban gampang bagi masalah kehidupan yang terlalu sukar. Pengkritik self-help mengindikasikan bahwa buku seperti itu sejenis pseudosains yang cenderung malah menyesatkan alih-alih memberi jawaban manjur. Mereka terutama kerap menyerang klaim dan buku karya orang yang bergerak di bidang ini.


Arvan Pradiansyah membangun argumen dari sumber nan luas, terutama dari literatur Psikologi Positif, studi perilaku terbaru, neurosains, ditambah dari tradisi agama-agama dan ajaran moral, dan ilmu sosial. Bukunya menawarkan universalitas yang kaya. Audifax Prasetya, peneliti psikologi asal Surabaya telah menguji kadar keilmuan The 7 Laws of Happiness. "Gagasan Arvan memiliki fondasi kuat untuk tumbuh dan berkembang menjadi sebuah pemikiran yang brilian. Saya melihat pemikiran Arvan bisa dikembangkan lebih jauh ke hal-hal yang aplikatif dan berguna bagi banyak orang. Buku ini mengajak orang untuk melihat secara mendalam melalui sebuah kajian teoretis yang dibangun secara serius."


Boleh jadi karena itu, pendengar tertentu yang mengenal maupun terpengaruh oleh Arvan sebagai pembicara publik, fasilitator, dan trainer, mantan dosen FISIP UI ini bukanlah tipe motivator yang gegap gempita dan bombastik dalam menyampaikan pendapatnya. Bersama lembaga pelatihan dan konsultasi sumber daya manusia yang sekarang dia pimpin, Institute for Leadership & Life Management (ILM), dia lebih banyak mengeluarkan issue kemanusiaan---misalnya kejujuran, persahabatan, dan memaafkan. Pada sejumlah pertemuan, dia menekankan rendah hati, menemukan misi hidup bagi diri sendiri, bersikap empatik dan positif, alih-alih semata-mata sukses finansial, kesejahteraan luar biasa, maupun puncak karir. Tanpa kebahagiaan dan kepuasan hakiki, semua itu akan sia-sia.


Tiga buku karya Arvan sebelumnya secara kontinu meneruskan pencarian manusia terhadap kebahagiaan, seiring dinamika pengalaman hidupnya. The 7 Laws of Happiness merupakan puncak pemikirannya; dia mengambil sari-sari berbagai pemikiran dan menggunakannya untuk mengungkap sebuah konsep komprehensif mengenai model kebahagiaan.[]


ANWAR HOLID, eksponen TEXTOUR, Rumah Buku Bandung. Bekerja sebagai editor & penulis freelance.


Jalan Kapten Abdul hamid, Panorama II No. 26 B Bandung 40141
Tel.: (022) 2037348 HP: 08156140621
E-mail: wartax@yahoo.com

Tuesday, February 03, 2009






Guru Bahagia: Seperti Umar Bakrie atau Bu Muslimah?
--Oleh Anwar Holid

Pikiran yang bahagia berperan penting dalam karir sebagai guru & pendidik yang berkualitas. Poin-poin pada The 7 Laws of Happiness menguatkan asumsi itu.
BANDUNG - Lebih dari 600 orang guru dan kalangan umum lain menghadiri acara pra-workshop The 7 Laws of Happiness untuk para guru, orangtua dan mahasiswa yang diselenggarakan Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) Salman ITB, pada Minggu, 1 Februari 2009. Seketika GSG Salman yang luas itu terasa penuh sesak, bahkan banyak di antara peserta harus berdiri atau bersandar selama acara berlangsung karena kehabisan kursi. Rombongan peserta juga datang dari Ciamis, Subang, Karawang, dan kota-kota tetangga Bandung lain. Talkshow bertema Menjadi Guru yang Bahagia itu berhasil menahan semua peserta sampai akhir; setelah itu Arvan Pradiansyah--sang pembicara dan penulis--harus rela menandatangani antrean puluhan buku The 7 Laws of Happiness yang dibeli peserta hari itu.



Fokus membicarakan seperti apa dan bagaimana menjadi guru yang bahagia, Arvan memanfaatkan dan memaparkan sejumlah poin The 7 Laws of Happiness (Kaifa, 423 h.), buku ke empatnya yang kini telah cetak ulang ke tiga. "Orang baru disebut hebat dan berkualitas setelah mampu mengatasi masalah. Begitu juga guru. Jika mendapat murid yang bermasalah, berarti Tuhan ingin meningkatkan kualitas Anda sekalian," demikian katanya. Arvan sendiri pernah menjadi pengajar selama 13 tahun di almamaternya, FISIP Universitas Indonesia, sebelum kini berkarir di bidang pelatihan dan konsultasi SDM.

"Saya kira, contoh guru yang bahagia itu seperti tokoh bu Muslimah di film Laskar Pelangi," tambahnya. Film itu memotret sosok seorang guru yang tetap optimistik dan terus memberi semangat kepada murid-muridnya, lepas berbagai kekurangan jelas-jelas bisa mengancam kualitas dan prestasi mereka. Dia menghadapi muridnya sesuai karakter, sekaligus mampu menjaga kebersamaan. Arvan menyatakan juga memiliki guru yang termasuk sempurna dalam mendidik murid-muridnya, yaitu ketika dia ikut sekolah agama di sore hari, namanya Abdul Manaf Lubis. "Ketika mengenang beliau, saya menangis terharu, karena ilmu-ilmu yang dia berikan membekas pada saya hingga hari ini."

Guru bahagia juga merupakan guru yang paling dikenang para murid-muridnya. Merekalah guru dengan energi positif melimpah ruah, terasa sampai kapan dan di manapun anak didik mereka berada. Seperti orang bahagia lainnya, guru bahagia punya energi banyak untuk dibagi-bagikan kepada orang lain yang membutuhkan. "Keteladanan merupakan salah satu hal paling penting bagi guru," tegas Arvan, tanpa mengabaikan bahwa semua guru memiliki problem masing-masing, mulai di dalam kelas, di tempat kerja, berinteraksi dengan kolega, atasan, bahkan di rumah tangga dan kehidupan pribadi. "Bagaimana dengan guru seperti Umar Bakrie?" tanya peserta. "Saya kira yang patut dicontoh dari Umar Bakrie ialah keteladanan dan kegigihannya mengajar," jawab Arvan.

Dalam uraian yang diselang-selingi oleh tanya jawab, presentasi, juga kisah dan ungkapan segar, Arvan menengarai ada tiga jenis guru, yaitu:

  • guru yang badannya ada di kelas, tapi pikirannya melanglang ke tempat lain
  • guru yang badan dan pikirannya di kelas
  • guru yang ikhlas, yakni guru dengan badan, pikiran, dan jiwa memberikan pengabdian terbaik bagi murid dan pendidikan.
Untuk menjadi guru yang ikhlas memang butuh pelatihan, sebab kualitas ini harus lahir sebagai cita-cita ideal, yakni berupa proses menjadi guru yang baik. Pelatihan itu bisa berupa persoalan nyata yang dihadapi sehari-hari, misalnya menghadapi murid-murid bandel. "Guru yang hebat tetap mencintai murid-murid bandel, terus berusaha membuat murid menjadi lebih baik," sokong dia memotivasi hadirin. Di tengah banyaknya kasus pelecehan terhadap profesi guru atau pendidik yang mempermalukan mereka sendiri, guru bukan hanya dituntut pintar, melainkan juga tabah, cerdas, kreatif, dan kaya dengan berbagai wawasan, misalnya kecerdasan emosional dan cara mengajar yang menarik.
LPP Salman ITB berencana meneruskan acara ini dengan workshop sesungguhnya bersama Arvan Pradiansyah. Pada Senin, 9 Februari 2009, Arvan dijadwalkan mengisi kuliah terbuka di kampus FISIP Universitas Indonesia. Lantas pada 1 Maret Kaifa berencana mengadakan workshop The 7 Laws of Happiness for Happy Family di Islamic Book Fair, Jakarta, setelah itu diteruskan di Surabaya.[]
Copyright © 2009 BUKU INCARAN oleh Anwar Holid
Situs terkait:

Sunday, January 25, 2009



Bekal Hidup Bahagia


DI PENGHUJUNG 2008, persisnya bulan September, Arvan Pradiansyah menerbitkan buku ke empatnya, The 7 Laws of Happiness (Kaifa, 423 h.) Di buku ini Arvan berusaha menguraikan panjang lebar sebuah benang merah yang senantiasa terpancar dalam tiga buku dia sebelumnya, yaitu hubungan manusia dengan kebahagiaan.


Bila kita perhatikan, kebahagiaan memang merupakan persoalan sangat mendasar dan universal bagi umat manusia, yakni betapa kita semua menginginkan kebahagiaan, lahir dan batin. Kita berusaha mendapat bahagia di setiap unsur kehidupan. Sering kita dengar seseorang berkata, "Aku sengsara di sini, makanya aku pindah saja. Aku ingin bahagia." Asal bisa bahagia, rasanya di dunia ini sudah cukup bagi kita semua.


Mengambil risiko bahwa semua orang bisa merasa seakan-akan sudah tahu kebahagiaan dan karena itu abai akan esensinya, Arvan mencoba menemukan makna intinya. Dia bukan saja mendapat wawasan nan melimpah ruah dari bacaan, tradisi agama dan ajaran moral, studi psikologi dan perilaku terbaru, bahkan melengkapinya dengan kisah, ucapan, kasus faktual, bahkan tes yang langsung bisa dipraktikkan.


Boleh jadi Arvan berhasil mengolah pelajaran sebesar itu berkat perjalanan karirnya di bidang human resource development (HRD) dan konsultan manajemen yang sudah panjang. Dia berinteraksi dengan banyak jenis manusia dan menemukan hal menarik dari sifat manusia.
"Saya memang banyak merujuk pemikiran dari psikologi, agama, atau ilmu-ilmu sosial. Namun saya senantiasa menggunakan pendekatan berpikir yang logis, terbuka, dan inklusif; saya tidak suka dengan pendekatan yang irasional dan dogmatis. Saya sadar bahwa setiap agama senantiasa mengandung pencerahan yang luar biasa karena itu saya mengambil kebaikan dari manapun, dari siapapun, dari agama manapun," kata Arvan pada saya.


Karena itu The 7 Laws of Happiness menawarkan universalitas yang kaya. Arvan mengambil sari-sari pemikiran tentang kebahagiaan dan menggunakannya untuk mengungkap sebuah konsep yang komprehensif mengenai model kebahagiaan. Dalam pandangan Arvan, kebahagiaan itu mirip rumah, yang dibangun dengan berbagai unsur. Fondasinya ialah sabar, syukur, dan sederhana---yakni kemampuan menangkap esensi. Bangunannya berupa kasih, memberi, dan memaafkan. Puncaknya ialah pasrah, kemampuan berserah diri dan percaya seratus persen kepada Tuhan. Ketiga tahap tersebut mencakup hubungan seorang individu dengan diri sendiri, orang lain, dan Tuhan.


Yang menarik, sejak awal Arvan secara konsisten menyatakan bahwa satu-satunya cara untuk meraih semua itu ialah dengan memilih pikiran. "Kebahagiaan itu pilihan pikiran. Hanya orang yang dapat mengelola pikirannya yang akan mencapai kebahagiaan. Saya suka dengan ucapan Charles Darwin, 'Tahap tertinggi dalam budaya moral ialah ketika kita sadar bahwa kita seharusnya yang mengendalikan pikiran sendiri.'"


Meski begitu Arvan menolak pendapat yang mengatakan bahwa orang bisa bahagia tanpa membutuhkan benda sama sekali. "Saya kira itu tidak realistis, mengawang-awang, dan tidak membumi. Itu pasti sulit diterapkan. Kebahagiaan itu membutuhkan kepemilikan minimal. Maksudnya, untuk bisa bahagia, kita perlu cukup makan, punya pakaian secukupnya, dan punya tempat bernaung yang sederhana.


BAGAIMANA Arvan mendapat energi menulis kali ini? "Buku tentang cara meraih kesuksesan sudah banyak, tapi buku tentang mencapai kebahagiaan masih sedikit; padahal banyak orang yang sukses ternyata tidak bahagia." Ini memang gejala yang terjadi di mana-mana, apalagi bila kita kaitkan itu dengan situasi krisis dan kesejahteraan.


Apa Arvan berusaha meneorikan kebahagiaan yang sangat kualitatif? "Kebahagiaan itu misteri, ia seperti agama. Sebaiknya jangan pernah dirasionalisasi," begitu kata G.K. Chesterton, penyair Inggris. Pendapat ini boleh ditandingkan dengan komentar Audifax, seorang penulis dari Surabaya, setelah membaca buku Arvan, "The 7 Laws of Happiness sebenarnya merupakan sebuah buku yang serius dan bukan sekadar buku motivasi biasa. Gagasan Arvan memiliki fondasi kuat untuk tumbuh dan berkembang menjadi sebuah pemikiran yang brilian. Bahkan, saya melihat pemikiran Arvan ini bisa dikembangkan lebih jauh ke hal-hal yang aplikatif dan berguna bagi banyak orang. Terlepas dari kelemahan yang ada, buku ini merupakan sebuah buku yang menarik untuk dibaca bukan karena menjual mimpi, melainkan mengajak orang untuk melihat secara mendalam melalui sebuah kajian teoretis yang dibangun secara serius."


Saya yakin buku ini pantas direkomendasikan pada banyak orang, terutama ketika orang sedang dirundung kegelisahan, kesulitan menemukan orientasi hidup, atau merasa hidupnya hampa. Dari sana kita bisa mendapat spirit sikap positif, termasuk semangat berusaha dan mendapat esensi kehidupan. Boleh jadi buku ini merupakan bekal sangat berharga untuk menyegarkan pikiran agar kita senantiasa waras mengarungi waktu dan kehidupan di tahun-tahun mendatang.[]


Anwar Holid, eksponen TEXTOUR, Rumah Buku Bandung, blogger @ http://halamanganjil.blogspot.com/


KONTAK: wartax@yahoo.com (022) 2037348 Panorama II No. 26 B, Bandung 40141


Situs terkait:
http://www.ilm.co.id/
http://www.mizan.com/
http://www.republika.co.id/


Hubungi Arvan Pradiansyah via http://www.facebook.com/


Awalnya kolom ini dipublikasi REPUBLIKA, Minggu, 14 Desember 2008, kolom Selisik.

Wednesday, January 07, 2009




Meraih Kebahagiaan dengan Pikiran
--Oleh Anwar Holid


"Kebahagiaan itu seperti kupu-kupu. Semakin kita kejar, semakin dia berusaha terbang menghindar," kata Arvan Pradiansyah di tengah para penyimak yang memenuhi Function Hall Gramedia Matraman, pada Sabtu, 3 Januari 2009 lalu. Ketika memasuki toko buku itu, karya terbarunya The 7 Laws of Happiness (Kaifa, 423 h.), didisplay secara khusus baik di bagian "buku baru" dan "buku laris." Sementara poster covernya mencolok dalam neon box di beberapa pilar.

Memasuki tahun 2009, penerbit Kaifa mengadakan talkshow mengajak masyarakat untuk melakukan resolusi tahun baru untuk hidup yang lebih bahagia, dengan Arvan Pradiansyah sebagai pembicara. Biasanya resolusi lebih ditujukan untuk meraih sukses maupun memenuhi target yang lebih besar lagi, kenapa kali ini malah untuk mendapatkan bahagia? Apa bahagia merupakan sesuatu yang amat sulit diraih hingga perlu resolusi untuk itu?


Sebagai pembicara publik berpengalaman dan telah menyinggung subjek tersebut sejak lama dalam buku-buku terdahulunya, Arvan membicarakan tentang kebahagiaan dengan lancar. Bila dulu dalam buku-bukunya tema kebahagiaan merupakan salah satu bagian dari pembicaraan mengenai "life management" (manajemen kehidupan), kini tema tersebut menjadi fokus utama. The 7 Laws of Happiness termasuk utuh membicarakan tentang kebahagiaan beserta faktor yang mempengaruhinya, dengan pendekatan yang lebih mudah dibaca misalnya bila dibandingkan dengan The Authentic Happiness (Martin E. P. Seligman), yang jauh lebih serius dan teoretis.

"Kalau punya pikiran yang tenang, berpikir dan berkontemplasi dengan baik, biasanya kebahagiaan lebih mudah kita dapatkan," kata Managing Director Institute for Leadership & Life Management (ILM) yang telah menerbitkan empat buku ini, masing-masing disertai penerimaan pasar yang memuaskan. ILM merupakan lembaga yang bergerak di bidang pelatihan dan konsultasi sumber daya manusia.


Talkshow kemarin berlangsung akrab dan interaktif, bahkan Arvan sempat mengadakan simulasi bersama para peserta. Meski pendengar boleh langsung menanggapi bila mau berkomentar, dia berhasil mengusung semua poin dalam bukunya. Secara garis besar rahasia hidup yang bahagia itu tergambar pada cover, berupa rumah dengan tiga pilar intrapersonal (hubungan seseorang dengan dirinya sendiri), tiga unsur interpersonal (hubungan seseorang orang lain), dan sebuah unsur spiritual, berbentuk rasa berserah diri dan percaya seratus persen kepada Tuhan.

Seperti disangka sebelumnya, kebahagiaan memang mudah dibicarakan, namun sulit dicapai, apalagi bila seseorang tengah kalut, dirundung malang, atau merasa hidup dan perbuatannya sia-sia. Di sinilah pendapat Arvan secara prinsip berbeda dengan pendapat umum. Dia yakin bahwa inti kebahagiaan ialah keberhasilan seseorang dalam memilih pikiran agar hidupnya bahagia.

"Pikiran memang abstrak, tapi memiliki alat yang lebih jelas, yaitu otak," kata dia kepada peserta yang bingung membedakan apakah kebahagiaan itu berada di dalam hati, pikiran, atau jiwa. "Kebahagiaan itu bisa dikontrol," tegasnya. Begitu juga bila dikontraskan dengan penderitaan. "Kebahagiaan itu seiring kedewasaan menerima penderitaan." Meski begitu kebahagiaan juga punya hukum yang tetap, misalnya ia punya syarat minimal. Sering karena perspektif yang terlalu sempit, orang jadi terlalu sukar meraih kebahagiaan.

The 7 Laws of Happiness tampak cukup sukses meraih pembaca, terlihat dari antusiasme mereka mengikuti acara sampai akhir, silih berganti mengajukan komentar kritis, dan disambut dengan tangkas oleh Arvan. Dalam waktu dekat Kaifa akan mengadakan acara serupa di Bandung dan Surabaya.[]

Copyright © 2008 BUKU INCARAN oleh Anwar Holid

Situs terkait:
http://www.mizan.com
http://www.ilm.co.id
http://www.arvanpradiansyah.com (under construction)

Kontak dengan Arvan Pradiansyah di Facebook.com

Monday, December 29, 2008


UNDANGAN TALKSHOW THE 7 LAWS OF HAPPINESS

Resolusi Tahun Baru untuk Hidup yang Lebih Bahagia
--Oleh Anwar Holid


Tiga bulan terakhir menjelang tahun 2009 ini kita dihantui oleh bencana "Krisis Finansial Global." Secara mengejutkan, krisis yang berdampak besar-besaran ini justru berasal dari negara adidaya Amerika Serikat. Lepas dari bahwa semua pihak bahu-membahu mengatasi persoalan ini, toh pengaruh buruknya telah terasa oleh kita semua, yang paling terasa ini ialah melonjaknya harga, baik untuk barang kebutuhan pokok dan sekunder.

Bagaimana dengan peralihan menuju tahun 2009 yang sebenarnya hanya selisih sedetik saja tepat ketika tengah malam menjelang 1 Januari 2009 nanti?

Time waits nobody, lantun Freddie Mercury. Waktu meninggalkan siapapun; ia jalan terus. Tinggal orang sibuk dan pontang-panting mengisi kehidupannya, berusaha waras menghadapi berbagai peristiwa, yang kadang-kadang bisa begitu berat, menegangkan, melelahkan, bahkan mengancam keselamatan dan kebahagiaan. Mestikah kita kalah oleh berbagai krisis, apa pun bentuknya? Haruskah kita khawatir pada ketidakpastian dan ancaman, seabstrak apa pun perwujudannya? Dan kalaupun kita memang mesti kalah, bagaimana cara paling pantas menghadapinya? Sebab dalam kehidupan ini ada kala kita harus tertunduk menghadapi bencana, sakit, salah prakiraan, maupun kecewa. Arvan Pradiansyah, seorang konsultan SDM yang juga penulis dan pembicara publik, pernah berkata, "Kalau kamu kalah, jangan sampai kamu kehilangan pelajaran."

Kaifa--penerbit yang fokus pada dunia pembelajaran, motivasi, dan manajemen--menggandeng Arvan Pradiansyah untuk bersama-sama mengajak masyarakat memasuki dan mengisi 2009 ini dengan iktikad yang cukup lain, yaitu agar menjalani hidup yang lebih bahagia. Mereka akan mengadakan talkshow dengan topik "Resolusi Tahun Baru untuk Hidup yang Lebih Bahagia." Acara ini terbuka untuk umum, akan dilaksanakan pada Sabtu, 3 Januari 2009, pukul 14.00 WIB, di toko buku Gramedia Matraman, Jalan Matraman Raya 46-48 Jakarta 13150.

Kaifa menerbitkan buku keempat Arvan Pradiansyah , The 7 Laws of Happiness (423 h.), pada Oktober lalu, dan kini sudah cetak ulang. Dia mengakui sebenarnya ide mengenai isi buku tersebut sudah muncul sejak 2004, namun karena kesibukannya yang begitu padat, membuat naskah buku ini baru selesai ditulis pada pertengahan 2008. Bersama tim dari ILM yang dia pimpin, Arvan malah lebih dulu menyelenggarakan pelatihan "The 7 Laws of Happiness at Work" sejak 2007 untuk karyawan di sejumlah perusahaan.

Alih-alih menganjurkan meraih kesuksesan yang bersifat material, di buku tersebut Arvan mempromosikan agar orang menemukan kebahagiaan yang lebih esensial bagi manusia, meskipun boleh jadi kebahagiaan sangat kualitatif bagi setiap orang. Bagaimana menemukannya? Rahasia itulah yang dia bahas secara cukup komprehensif dalam bukunya. Secara garis besar, ada tujuh rahasia hidup yang bahagia. Tiga unsur pertama berkaitan dengan hubungan seseorang dengan dirinya sendiri; tiga unsur kedua berkaitan dengan hubungan antara seseorang dengan orang lain; satunya lagi ialah berkaitan dengan hubungan seseorang dengan Tuhan.

"Orang yang bahagia ialah orang yang dapat berdamai dengan dirinya, orang lain, dan Tuhan," demikian tegas Arvan.

Tentu kita semua bisa mendiskusikan kebahagiaan ini pada pertemuan tersebut. Boleh jadi makna kebahagian menurut Anda lain dengan maksud teman Anda; adakah benang merah di sana? Arvan sendiri, misalnya, dengan hati-hati membedakan kebahagiaan dan kesenangan. Kesenangan sesaat yang biasanya berjangka pendek kerap dianggap sebagai kebahagiaan. Padahal barangkali ia menipu perasaan orang tersebut. Karena itu, kebahagiaan pun harus memiliki prinsip dasar yang kuat.


Mungkin Anda sudah menulis resolusi untuk 2009 ini sejak awal Desember lalu, menempelkannya di samping meja komputer, di dalam notebook, dalam file dengan kode rahasia, atau baru mencanangkannya setelah liburan ke gunung, pulang kampung, bahkan setelah merasa hidup Anda tak keruan. Mungkin juga kita bertanya-tanya kenapa tahun lalu kita merasa hampa dan sia-sia, padahal telah banyak yang Anda lakukan.

Yang jelas, orang kerap butuh momen untuk berubah dan melakukan hal baru, melanjutkan kehidupan, mengisinya dengan beragam aktivitas yang bermanfaat. Momen itu memungkinkan manusia memikirkan segala hal relevan: merencanakan, memprediksi, menangguhkan, mendahulukan; pada saat bersamaan tahu kemungkinan berhasil dan bisa menerima kegagalan. Karena berencana, manusia belajar menentukan prioritas; apa yang penting, mendesak, ditunda, juga malah dihapus. Kalau cukup yakin bahwa dengan berjanji dan melaksanakannya hidup kita bakal lebih baik, berarti, setiap saat, dengan segala perubahannya, ketika itulah resolusi itu harus dilaksanakan sekarang, dengan kemampuan maksimal kita.[]

Konfirmasi undangan: Lina (021) 75910212; Rista (022) 7834310/sms 081320711171.

Oleh Anwar Holid

Copyright ゥ 2008 BUKU INCARAN oleh Anwar Holid

Informasi lebih banyak:
http://www.ilm.co.id
http://www.mizan.com

Kontak dengan Mizan dan Arvan Pradiansyah di http://www.facebook.com

Monday, November 10, 2008



Buku yang Menolong Pembaca Menemukan Lentera Jiwa
-------------------------------------------------
---Oleh Anwar Holid


Talkshow The 7 Laws of Happiness di Tiga Radio dan JakTv.


JAKARTA - Setelah terbit pada akhir September lalu dan dibicarakan di beberapa event, The 7 Laws of Happiness (Kaifa, 2008) karya Arvan Pradiansyah mulai mendapat respons dari berbagai pihak, terutama media massa, lembaga dan perusahaan. Arvan mengaku pihaknya sedang menjadwalkan kemungkinan mengadakan talkshow di beberapa toko buku besar di Jakarta, seperti Gramedia Matraman, Pondok Indah, dan Mal Taman Anggrek. Pada Jumat, 24 Oktober 2008 lalu buku tersebut didiskusikan di MP Book Point, dan menurut rencana akan disiarkan JakTv pada Minggu, 16 November 2008, pukul 09.00.

"Pengalaman saya dengan tiga buku sebelumnya menunjukkan bahwa talkshow di toko buku itu bisa membuat toko memesan buku dalam jumlah cukup banyak dan mendisplay di tempat strategis," kata Arvan. The 7 Laws of Happiness merupakan buku keempat Arvan, namun merupakan buku pertama yang diterbitkan Kaifa, imprint Kelompok Mizan. Kaifa memang mengkhususkan pada buku manajemen, bisnis, self-help, dan motivasi. Tiga buku dia sebelumnya, yaitu You Are Leader!, Life is Beautiful, dan Cherish Every Moment semua merupakan rangkaian bestseller. Selain terpilih sebagai Buku Nonfiksi Terbaik 2008 versi Koran Tempo, Cherish Every Moment kini bisa diakses lewat Amazon.com, yang kriteria terpilihnya cukup berat.

Menggunakan cara ungkap lugas disertai daya persuasi yang sudah khas, secara panjang lebar
Arvan membahas kebahagiaan, membantu orang cara membantu dan melatih orang memilih pikiran serta tindakan yang membuat hidup bahagia. Andy F. Noya, host acara Kick Andy, mengomentari buku itu: "Orang yang berbahagia adalah mereka yang sudah menemukan lentera jiwa mereka. The 7 Laws of Happiness menuntun Anda menemukan lentera itu."

Sebagai ahli sumber daya manusia dan akrab dengan dunia media, Arvan juga dikenal sebagai pembicara publik. Dia menjadi host acara "Lite is Beautiful" di radio Lite FM; para pendengarnya kerap menyebut Arvan sebagai "Personal Inspirator." Untuk buku terbarunya, pada November ini tiga radio akan menyiarkan talkshow bukunya, yaitu:

* Selasa, 11 November 2008, pukul 07.00 - 08.00 di RADIO BAHANA
* Minggu, 16 November 2008, pukul 15.00 - 16.00 di PRO RESENSI, RRI PRO 2 FM
* Selasa, 25 November 2008, pukul 19.00 - 20.00 di SMART FM

Hernadi Tanzil, pembaca yang telah menamatkan buku tersebut, menyatakan, "The 7 Laws of Happiness merupakan pelatihan pikiran sistematis dan metode untuk menumbuhkan kebahagiaan dengan cara memilih pikiran positif, dan memfokuskan perhatian pada pikiran positif tersebut. Buku ini melatih menyaring dan memilih pikiran positif, membuang pikiran negatif yang masuk ke kepala kita dan menggantinya dengan pikiran yang sehat dan bergizi."

Bila dua buku pertama Arvan bertema umum mengenai kepemimpinan (leadership), dua buku terakhirnya lebih banyak membicarakan life management (manajemen kehidupan.)[] 10/11/08

Copyright © 2008 BUKU INCARAN oleh Anwar Holid


Informasi lebih banyak di:
http://www.ilm.co.id
http://www.mizan.com

Monday, November 03, 2008



PANDUAN MERAIH KEBAHAGIAAN
---Rini Nurul Badariah


The 7 Laws of Happiness, Tujuh Rahasia Hidup yang Bahagia
Penulis: Arvan Pradiansyah
Penerbit: Kaifa
Jumlah halaman: 428 halaman
Genre: non fiksi, psikologi, motivasi



Menikmati proses sebenarnya adalah esensi dan hakikat kehidupan itu sendiri (hal.169)

Kebahagiaan adalah tujuan hidup, namun formatnya teramat relatif. Ada yang meletakkan kebahagiaan pada masa depan (sehingga saat sekarang menjadi penuh keluh-kesah), pada kedudukan dan jabatan, pada kemilau harta benda, serta berbagai unsur yang bersifat materiil lainnya. Betapa beragamnya penafsiran manusia terhadap apa yang disebut berbahagia.

Arvan Pradiansyah mengangkat ke permukaan aneka persoalan yang kerap mengukir keseharian kita sehingga sulit menggenggam kebahagiaan. Tujuh prinsip dasar yang dikemukakannya untuk mewujudkan hal itu adalah Patience (Sabar), Gratefulness (Syukur), Simplicity (Sederhana), Love (Kasih), Giving (Memberi), Forgiving (Memaafkan), dan Surrender (Pasrah). Intinya kebahagiaan baru dapat direguk jika kita berrelasi dengan individu lain dan tentunya Yang Maha Tinggi, bukan berfokus pada diri sendiri dari waktu ke waktu.

Ketebalan halamannya yang acap kali ‘mengerikan’ bagi kebanyakan pembaca buku di masyarakat kita ditepiskan dengan berbagai pernik seperti kutipan-kutipan, ilustrasi yang menyegarkan penglihatan, dan pemilihan font yang ukurannya bersahabat dengan mata. Kadang-kadang penulis bertutur seperti tengah berdialog langsung dengan pembaca, menggiring pembaca untuk bermonolog batin dan menjenguk jauh ke dalam batinnya sendiri. Karena urusan kebahagiaan adalah perkara yang terus dipertanyakan dan dikejar, padahal sebenarnya kita telah mengetahui caranya namun kerap keliru menerapkan.



Arvan Pradiansyah juga menyajikan sejumlah teknik dan contoh, untuk mendukung penjelasannya. Semua aspek diuraikan serinci mungkin, misalnya menyangkut kesabaran. Menurut penulis, sabar bukan berarti mengurut dada. Sabar menuntut kita untuk melakukan satu hal pada satu waktu. Di samping itu, sabar adalah kata kerja aktif dan merupakan perjalanan awal.

Buku ini dapat dikonsumsi oleh siapa saja, untuk mengungkap hal-hal sederhana guna meraih kehidupan yang bahagia. Seperti kata Confucius di halaman 235, Hidup ini betul-betul sederhana, tetapi kita senantiasa membuatnya rumit.

Rini Nurul Badariah, penulis, blogger di http://rinurbad.multiply.com

Resensi ini pertama kali dipublikasi Batam Pos, Minggu, 26 Oktober 2008.

Monday, October 27, 2008




"Kunci kebahagiaan itu ada dalam pikiran," Kata Arvan Pradiansyah
-------------------------------------------------------------

Di buku terbarunya, Arvan Pradiansyah membicarakan prinsip meraih kebahagiaan.


JAKARTA - "Buku tentang cara meraih kesuksesan sudah banyak, tapi buku tentang mencapai kebahagiaan masih sedikit; padahal banyak orang yang sukses ternyata tidak bahagia," demikian kata Arvan Pradiansyah di awal talkshow The 7 Laws of Happiness yang diadakan di MP Book Point, Jumat, 24 Oktober 2008. Talkshow dipandu oleh Mutia Shahab dan acara tersebut akan ditayangkan Jak TV.

The 7 Laws of Happiness (Kaifa, 2008) sudah berada di rak-rak toko buku sejak awal Oktober. Pada 27 September 2008 lalu, buku tersebut pertama kali didiskusikan lewat teleconference di Islamic Center, Kompleks Graha Hijau 2 dan Masjid Villa Cendana. Sejak terbit, sejumlah orang telah mengomentari buku keempat Arvan tersebut, di antaranya ialah Hernowo, penulis Mengikat Makna yang terkemuka sebagai ahli kepenulisan dan editor senior. Hernowo menyatakan: "Buku terbaru Arvan ini memiliki ragam-bahasa-tulis yang indah-menenteramkan. Kita akan setuju dengan apa yang dikatakannya: Jadi, kunci kemenangan sebenarnya ada di dalam pikiran kita dan sangat bergantung pada pikiran yang kita pilih. Sebaliknya, jika memilih pikiran positif, kita akan senantiasa diliputi rasa bahagia."

Di Facebook, situs jaringan sosial, Sari Meutia menulis: Saya baru mulai membaca buku The 7 Laws of Happiness, dan saya mulai dari bab Gratefulness dan Patience karena saya rasa bersyukur dan sabar ini sesuatu yang mudah kita ucapkan, tapi sulit sekali dilaksanakan. Terima kasih atas pencerahan yang saya dapatkan dari buku bapak. Saya sangat merekomendasikan buku ini untuk dibaca karena urutan penulisannya, pemuatan kutipan yang sangat mencerahkan, dan fontnya yang menyenangkan untuk dibaca, bahkan untuk orang-orang berusia lanjut. Sementara itu Mirza Dewi Yanti berkomentar: Saya sudah baca buku The 7 Laws of Happiness. Saya beruntung membacanya karena isi di buku ini adalah rangkuman dari kepingan-kepingan temuan saya dari beberapa pendapat orang-orang yang saya hormati.

Arvan Pradiansyah dikenal sebagai fasilitator pengembangan SDM, pembicara publik, host talk show, dan kolumnis. Dia menggunakan latar belakang keahliannya di bidang SDM untuk menghasilkan kolom dan buku-buku inspirasional, dengan rentang subjek mulai dari kepemimpinan, manajeman, profesionalisme, sampai manajemen kehidupan. Tiga buku pertamanya terserap pasar dengan baik dan semua sudah cetak ulang, bahkan Cherish Every Moment (2007) kini bisa diakses melalui Amazon.com. Di kalangan pendengarnya, Arvan kerap dijuluki sebagai "Your personal inspirator."

Di talkshow tersebut Arvan menyatakan bahwa dia berniat menebarkan tujuh vitamin kehidupan yang bahagia ke dalam pikiran pembaca. "Kunci kebahagiaan ada dalam pikiran. Pikiran orang yang bahagia akan menghasilkan kebaikan." Dia menyarankan agar orang lebih banyak mengonsumsi "makanan positif" masuk dalam pikiran, karena studi membuktikan kebanyakan orang justru sakit psikis (jiwa) karena pikirannya terganggu. Orang yang berpikir positif cenderung mampu melakukan hal-hal yang terbaik dalam kehidupannya.

Pendapat ini sejalan dengan studi psikologi positif yang dikembangkan Martin E.P. Seligman, terutama dalam buku Authentic Happiness (2002). Pada akhir tahun itu pula Arvan menyatakan bahwa ide tentang The 7 Laws of Happiness sudah muncul. Dia mengembangkan konsep itu pada 2004; namun kesibukan yang begitu padat, termasuk kehilangan data naskah di hard disk, membuat buku ini baru selesai pada pertengahan 2008.

"Fondasi kebahagiaan itu sabar," tegas dia, sambil mengoreksi bahwa sabar di sini bukan mengelus dada, melainkan terus mencari jalan lain agar berhasil menyatukan pikiran, badan, dan jiwa dalam satu tindakan. Setelah sabar, ada enam lagi hukum kebahagiaan, yang puncaknya ialah surrender, yakni berserah diri (pasrah) kepada Tuhan.

Begitu talkshow selesai, Arvan dikerubungi para pendengar yang ingin lebih lanjut membicarakan pemikirannya. Sebagian pengunjung membeli The 7 Laws of Happiness dan meminta tanda tangannya. "Buku ini untuk kado saudara saya yang akan menikah," kata seorang perempuan yang sekaligus membeli dua kopi buku tersebut.[]


Oleh Anwar Holid

Copyright © 2008 BUKU INCARAN

Situs terkait:
http://www.ilm.co.id
http://www.mizan.com

Monday, September 29, 2008



The 7 Laws of Happiness, Buku Terbaru Arvan Pradiansyah




Arvan Pradiansyah---seorang penulis, fasilitator pengembangan SDM, dan host talk show---pada September 2008 menerbitkan karya keempatnya, The 7 Laws of Happiness (Kaifa, 423 h.) Buku tersebut meneruskan tradisi ketiga buku sebelumnya dalam mengarungi hidup lebih optimistik, menemukan kebahagiaan, dan membangun sikap positif. Dua buku pertamanya bertema umum mengenai kepemimpinan (leadership), sementara dua buku terakhirnya lebih banyak membicarakan life management (manajemen kehidupan.)

Membicarakan tema bukunya di Islamic Center, Kompleks Graha Hijau 2, Ciputat, pada Sabtu, 27 September, Arvan menyatakan bahwa ide tentang The 7 Laws of Happiness sebenarnya sudah muncul sejak akhir 2002. Diskusi itu juga disimak pemirsa di Masjid Villa Cendana via teleconference. "Namun kesibukan saya membuat buku ini baru selesai ditulis pada pertengahan 2008," kata Managing Director Institute for Leadership & Life Management (ILM) ini. Maka yang terjadi juga agak lain. Bila buku tertentu kadang-kadang diikuti pelatihan setelah terbit, yang terjadi pada Arvan malah sebaliknya. Bersama tim, Arvan malah lebih dulu menyelenggarakan pelatihan "The 7 Laws of Happiness at Work" pada karyawan Indosat yang berlangsung sejak 2007 hingga sekarang. Berbeda dengan tiga buku sebelumnya yang lebih mirip perca pemikiran, kali ini Arvan menilai dirinya berusaha mengungkap sebuah konsep yang utuh dan padu mengenai model kebahagiaan.

Dengan pemaparan yang lancar dan akrab, Arvan menyebut bahwa gagasan mengenai kebahagiaan merupakan sesuatu yang universal. Setiap orang ingin mendapatkannya dan semua ajaran luhur menyebut bahwa kebahagiaan merupakan sesuatu yang esensial. "Bukankah kita diajari doa agar senantiasa diberi kebahagiaan?" tanya Arvan bernada retoris. Sayang, kehidupan dunia beserta segala perniknya kerap menggerus manusia menjadi sengsara, mudah marah, meledak, bahkan kesulitan menemukan kebahagiaan itu seperti apa. Kerap orang keliru menganggap kebahagiaan sebagai kepemilikan maupun kesenangan sesaat.

"Kenapa orang tidak bahagia? Karena orang salah makanan yang masuk ke kepala. Ini diperparah adanya ribuan makanan mental yang masuk ke kepala kita nyaris tanpa filter sama sekali," tegasnya. Dia menyebut banyaknya acara sampah di televisi atau informasi rendahan yang malah dikonsumsi besar-besaran oleh masyarakat, bahkan yang merendahkan kemanusiaan sekalipun. "Acara seperti itu membuat mental rusak dan sakit."

Pernah menjadi dosen di FISIP Universitas Indonesia selama 13 tahun dan berpengalaman mengembangkan organisasi dan SDM dalam pelatihan "The 7 Habits of Highly Effective People" bersama Dunamis, Arvan mengatakan syarat utama untuk bahagia ialah kemampuan mengubah pikiran yang sehat di dalam diri orang tersebut. "Pikiran itu mirip kebun, bila dipupuk dengan yang baik-baik, hasilnya tentu kebaikan."

Dalam The 7 Laws of Happiness, dia menyebutkan ada tujuh rahasia hidup yang bahagia. Tiga yang pertama Intrapersonal Relation, merupakan syarat bahagia untuk diri sendiri, terdiri dari patience (sabar), gratefulness (syukur), dan simplicity (sederhana, kemampuan menangkap esensi). Tiga yang kedua Interpersonal Relation, merupakan kebahagiaan terkait orang lain, terdiri dari love (kasih), giving (memberi), dan forgiving (memaafkan.) Puncaknya ialah Spiritual Relation, yaitu surrender (pasrah), ialah kemampuan berserah diri dan percaya seratus persen kepada Tuhan. Dalam diskusi dan bukunya, Arvan memberi contoh dan inspirasi nyata betapa meraih kebahagiaan puncak itu tidaklah hadir sekonyong-konyong, melainkan dengan perjuangan yang berat, bahkan perlu dilatih.

Mizan sudah mendistribusikan The 7 Laws of Happiness ke toko buku. "Awal Oktober ini sudah terdisplay ke seluruh toko buku," kata Pangestuningsih dari bagian promosi Mizan. Menurut rencana, Mizan akan membawa Arvan tur ke enam kota untuk mempromosikan The 7 Laws of Happiness, termasuk berniat mengadakan acara khusus, misalnya talk show "The 7 Laws of Happiness for Teacher." Tiga buku Arvan sebelumnya, yaitu You Are Leader!, Life is Beautiful, dan Cherish Every Moment semuanya terbitan Elexmedia Komputindo, merupakan rangkaian best seller. Pada Desember 2007 KoranTempo memilih Cherish Every Moment sebagai salah satu Buku Nonfiksi Terbaik.[] 29/09/08

Oleh Anwar Holid

Copyright © 2008 BUKU INCARAN oleh Anwar Holid

Situs terkait: