Showing posts with label The Nobility of Teaching. Show all posts
Showing posts with label The Nobility of Teaching. Show all posts

Tuesday, April 21, 2009


Andrea Hirata bersalaman dengan Walikota Jakarta Pusat Sylviana Murni

Andrea Hirata: Menulis itu Elegan
--Anwar Holid


Hampir dua ribu guru dari sekolah-sekolah di Jakarta Pusat berkumpul di Aula Senayan City untuk mengikuti talkshow Kemuliaan Mengajar (Nobility of Teaching) yang menghadirkan penulis Andrea Hirata dan Arvan Pradiansyah, ditemani host Soraya Haque.

JAKARTA - Sejak mulai menulis tetralogi Laskar Pelangi, Andrea Hirata boleh dibilang menjadi salah satu penulis paling hip di Indonesia saat ini; sementara Arvan Pradiansyah makin memantapkan diri sebagai penulis motivasi dan kepemimpinan setelah menerbitkan The 7 Laws of Happiness.

Penerbit Mizan menyelenggarakan acara itu bekerja sama dengan pemerintah kota Jakarta Pusat, Telkom Divre II, Sampoerna Foundation, ditambah pihak Senayan City yang menyediakan fasilitas aula begitu lega bagi guru-guru yang datang sejak pagi dan terlihat antusias mengikuti acara, meski di awal pembukaan terasa agak banyak basa-basi, membuat acara inti jadi sedikit terlambat. Kondisi ini tampak memaksa Soraya Haque berinisiatif mengubah set acara. Dia langsung menarik kedua pembicara untuk fokus membicarakan apa itu kemuliaan mengajar, mengaitkannya dengan Mukjizat Menulis (Miracle of Writing).

Andrea dan Arvan pada dasarnya menekankan betapa mulia berprofesi sebagai guru. Sebagai mantan murid sekolah, keduanya telah merasakan kemuliaan para guru dan menerima teladan yang mustahil terlupakan. Buktinya, karya Andrea dipersembahkan bagi gurunya, sementara Arvan selalu mencari opsi untuk tetap bisa menjadi dosen di almamaternya, FISIP UI, bila kerja di suatu perusahaan, dan itu berjalan lebih dari 13 tahun.

Laskar Pelangi menguak guru sekolah dasar bernama ibu Muslimah yang selalu berhasil memenuhi kehausan ilmu sepuluh muridnya, dan ini ditunjang oleh kepala sekolah yang begitu rela berkorban, Harfan Effendy Noor. Drama pendidikan di sekolah sederhana di pulau terpencil itulah yang hingga kini menyihir ratusan ribu--bahkan konon jutaan--pembaca Indonesia, dan tampaknya tetap menimbulkan rasa penasaran kecuali ditanyakan langsung kepada saksi mata terdekatnya: Andrea Hirata.

"Menjadi guru di zaman sekarang harus powerful, kreatif, bisa berpikir di luar yang lazim. Itu baru bisa tercapai bila setiap guru punya kecintaan pada profesi, punya karakter. Pendidikan itu mestinya merupakan perayaan, ilmu itu tantangan," kata Andrea mengomentari idealisasi tentang pengajaran. Andrea menyayangkan bahwa sejak dulu terjadi pemarjinalan terhadap profesi guru, ini terbukti dari perlakuan kurang adil terhadap guru maupun prioritas anggaran pendidikan.

Untuk menekankan kemuliaan pengajaran Andrea menyatakan, "Guru yang mulia itu seperti sumur jernih ilmu pengetahuan di ladang yang ditinggalkan." Pengajaran yang berhasil berbekas pada murid yang mencintai guru, terinspirasi oleh teladan yang dia berikan. Pada suatu kesempatan, Andrea pernah berujar, "Yang penting buat saya ialah bagaimana cara agar sekarang dunia pendidikan kembali melihat warisan yang ditinggalkan guru-guru seperti ibu Muslimah dan pak Harfan."

Bagi Andrea sendiri, Laskar Pelangi merupakan kisah tentang guru yang ditangkap oleh seorang muridnya, merekam warisan pendidikan dari satu jenjang ke jenjang berikutnya. Energi itu terus berlangsung sampai pada buku keempat, Maryamah Karpov, ketika Ikal--protagonis tetralogi itu--berhadapan dengan guru-guru asing di Universitas Sorbonne, Paris, Prancis, yang berkarakter lain sekali dibandingkan guru lamanya di kampung.

Sesi tanya jawab menjelaskan seberapa penasaran sebenarnya publik kepada Andrea. Rasanya lebih seperti jumpa fans, bahkan sejumlah guru menyatakan seakan-akan mimpi sampai bisa bertemu dengan penulis yang buku-bukunya telah memberi semangat kepada profesi mereka, membuat dunia pendidikan menjadi begitu penting, harus diperhatikan, dan mendapat prioritas. Pertanyaan yang muncul mulai dari hal sepele, masa-masa sekolahnya, berbagi pengalaman menulis, hingga "bagaimana cara menjemput hikmah?"

"Yang saya harapkan dari tulisan-tulisan saya ialah ia memberi inspirasi, bukan semata menjual," kata Andrea pernah pada suatu kesempatan. Antusiasme publik jelas membuktikan itu. Buku dan kepenulisan telah mengantarkan Andrea ke status yang sulit dibayangkan sebelumnya. Bila dulu di awal Laskar Pelangi terbit sebagian orang menyebutkan dia beruntung, kini semua yang telah dia tulis, lihat, nilai, dan rasakan menjadi "mukjizat" yang menyemangati dan mengilhami banyak orang.

Tentang kemampuan menulisnya, dengan gaya khas dan merendah, Andrea menyatakan bisa jadi dia bisa menulis karena dirinya orang Melayu. "Orang Melayu itu dalam keadaan marah masih bisa berpantun atau menyatakan metafora," kata dia disambut tawa peserta. Tapi lebih dari itu, awalnya ialah dia termotivasi. "Ketika melihat beliau jalan kehujanan hanya berpayung daun pisang menuju sekolah kecil kami, dalam hati saya berjanji akan menulis buku untuk mengenang ibu Muslimah," ucapnya. Janji itu dipenuhi, dan muncul mengejutkan. Kenapa memilih tulisan, bukan lainnya? Jawab Andrea: "Menulis itu elegan."

Talkshow bertema Kemuliaan Mengajar (Nobility of Teaching) pertama kali diusung Mizan pada 2007 lalu, ketika Mizan mengadakan acara tersebut dengan mengundang seribu guru di Bandung dan sekitarnya sekalian membagi gratis buku pertama Laskar Pelangi.[]

Copyright © 2008 BUKU INCARAN oleh Anwar Holid

KONTAK: wartax@yahoo.com (022) 2037348 0857 215 111 93 Panorama II No. 26 B, Bandung 40141

Situs terkait:
http://www.klub-sastra-bentang.blogspot.com
http://www.mizan.com




Arvan Pradiansyah: Tujuan Pendidikan itu Kebahagiaan
---Anwar Holid


Arvan Pradiansyah dan Andrea Hirata mengisi talkshow tentang kemuliaan mengajar berdasar pengalaman mereka dalam menempuh pendidikan.

JAKARTA - Atas kebaikan Arvan Pradiansyah, saya bisa menyaksikan talkshow The Nobility of Teaching: Mukjizat Menulis dan Menjadi Guru yang Bahagia di Hall Senayan City, Jakarta. Acara yang dipadati nyaris dua ribu guru dari sekolah-sekolah di Jakarta Pusat ini menghadirkan dua penulis penuh motivasi, Arvan Pradiansyah sendiri, dan Andrea Hirata, penulis tetralogi Laskar Pelangi. Soraya Haque memandu acara tersebut. Saya baru tahu bahwa gedung semegah Senayan City ternyata memiliki aula yang bisa diubah untuk acara-acara edukatif.

Dibanding Andrea Hirata yang rentang pembicaraannya bolak-balik tentang sekolah dan penulisan, Arvan Pradiansyah lebih banyak terarah pada apa itu kebahagiaan dan seperti apa menjadi guru yang bahagia itu. The 7 Laws of Happiness, buku ke empat Arvan, sudah cukup untuk mengantarkannya semakin dikenal sebagai pembicara publik, ahli SDM, dan penulis buku motivasi bertema manajemen kepemimpinan (leadership) dan manajemen kehidupan (life management).

"Tujuan pendidikan itu kebahagiaan. Ia harusnya bisa melahirkan murid yang bermakna," papar Arvan mengomentari kondisi dunia pendidikan zaman sekarang yang penuh tantangan, apalagi bagi guru. Managing Director Institute for Leadership & Life Management (ILM) ini berpendapat bahwa syarat menjadi guru yang bahagia ialah guru tersebut harus mencintai pekerjaannya. Agar bisa seperti itu, dia mesti punya sesuatu yang lebih besar dari dirinya sendiri. Guru pun mesti bisa belajar dari banyak tanda dan berbagai pihak. Baginya, setiap orang itu diutus Tuhan untuk membawa hikmah, pembelajaran. Orang itu bisa hadir baik untuk mengajarkan maupun menyelaraskan emosi seseorang lainnya.

Pengajaran yang mulia juga berarti bahwa guru menikmati proses menjadi guru. Ini merupakan bentuk dari hukum bahagia pertama, yaitu sabar, dalam pengertian menyatukan pikiran dan badan pada di satu tempat. Karena begitu guru bisa mencurahkan jiwa dan raganya demi murid, demi kelangsungan proses pendidikan sebaik mungkin. Konsep ini tampak mudah diucapkan, sebab persoalan dunia pendidikan memang kompleks. Sikap percaya diri dan bermimpi besar menjadi faktor penting dalam karir guru. "Bila mimpi lebih besar, kesulitan biasanya jadi tampak kecil," persuasinya.



Ini tecermin dari sesi tanya jawab. Perubahan zaman berikut orientasi dan kondisi sosial memaksa orang rela berkorban atau berkompromi demi mendapatkan pengajaran sebaik mungkin, namun itu pun bukannya tanpa jebakan. Secara retorik, Arvan ditanya balik: Bagaimana cara dia memotivasi diri sendiri. Arvan menyebut, salah satunya ialah dengan diet pikiran, yaitu menyaring informasi-informasi yang dikehendaki saja yang boleh masuk dalam pikiran, terutama informasi positif, agar dampaknya pun optimis dan menghasilkan kebaikan. Arvan yakin bahwa kebagiaan diawali dari memilih pikiran yang bahagia.

Meski kini tak lagi mengajar di ruang kelas akademik, Arvan malah melebarkan jangkauan pengajarannya, yaitu di ruang publik, di dunia profesional, dalam pelatihan dan konsultasi yang dia adakan. Dahulu dia sempat mengajar di almamaternya, FISIP UI, selama 13 tahun. Menjelang Pemilu 2009 ini dia menerbitkan buku kepemimpinan berjudul cukup provokatif, Kalau Mau Bahagia, Jangan Jadi Politisi! (Mizan, 130 hal.)
Talkshow ini merupakan kerja sama penerbit Mizan bersama Pemerintah Kota Jakarta Pusat, Telkom Divre II, dan Sampoerna Foundation, difasilitasi Senayan City. Acara diawali ceramah kunci oleh Walikota Jakarta Pusat Sylviana Murni, yang juga memberi kenang-kenangan buku karyanya sendiri.[]
Copyright © 2009 oleh Anwar Holid
KONTAK: wartax@yahoo.com Tel.: (022) 2037348 HP: 085721511193 Panorama II No. 26 B Bandung 40141
Situs terkait:
Hubungi Arvan Pradiansyah via http://www.facebook.com/