Andrea Hirata bersalaman dengan Walikota Jakarta Pusat Sylviana Murni
Andrea Hirata: Menulis itu Elegan
--Anwar Holid
Hampir dua ribu guru dari sekolah-sekolah di Jakarta Pusat berkumpul di Aula Senayan City untuk mengikuti talkshow Kemuliaan Mengajar (Nobility of Teaching) yang menghadirkan penulis Andrea Hirata dan Arvan Pradiansyah, ditemani host Soraya Haque.
JAKARTA - Sejak mulai menulis tetralogi Laskar Pelangi, Andrea Hirata boleh dibilang menjadi salah satu penulis paling hip di Indonesia saat ini; sementara Arvan Pradiansyah makin memantapkan diri sebagai penulis motivasi dan kepemimpinan setelah menerbitkan The 7 Laws of Happiness.
Penerbit Mizan menyelenggarakan acara itu bekerja sama dengan pemerintah kota Jakarta Pusat, Telkom Divre II, Sampoerna Foundation, ditambah pihak Senayan City yang menyediakan fasilitas aula begitu lega bagi guru-guru yang datang sejak pagi dan terlihat antusias mengikuti acara, meski di awal pembukaan terasa agak banyak basa-basi, membuat acara inti jadi sedikit terlambat. Kondisi ini tampak memaksa Soraya Haque berinisiatif mengubah set acara. Dia langsung menarik kedua pembicara untuk fokus membicarakan apa itu kemuliaan mengajar, mengaitkannya dengan Mukjizat Menulis (Miracle of Writing).
Andrea dan Arvan pada dasarnya menekankan betapa mulia berprofesi sebagai guru. Sebagai mantan murid sekolah, keduanya telah merasakan kemuliaan para guru dan menerima teladan yang mustahil terlupakan. Buktinya, karya Andrea dipersembahkan bagi gurunya, sementara Arvan selalu mencari opsi untuk tetap bisa menjadi dosen di almamaternya, FISIP UI, bila kerja di suatu perusahaan, dan itu berjalan lebih dari 13 tahun.
Laskar Pelangi menguak guru sekolah dasar bernama ibu Muslimah yang selalu berhasil memenuhi kehausan ilmu sepuluh muridnya, dan ini ditunjang oleh kepala sekolah yang begitu rela berkorban, Harfan Effendy Noor. Drama pendidikan di sekolah sederhana di pulau terpencil itulah yang hingga kini menyihir ratusan ribu--bahkan konon jutaan--pembaca Indonesia, dan tampaknya tetap menimbulkan rasa penasaran kecuali ditanyakan langsung kepada saksi mata terdekatnya: Andrea Hirata.
"Menjadi guru di zaman sekarang harus powerful, kreatif, bisa berpikir di luar yang lazim. Itu baru bisa tercapai bila setiap guru punya kecintaan pada profesi, punya karakter. Pendidikan itu mestinya merupakan perayaan, ilmu itu tantangan," kata Andrea mengomentari idealisasi tentang pengajaran. Andrea menyayangkan bahwa sejak dulu terjadi pemarjinalan terhadap profesi guru, ini terbukti dari perlakuan kurang adil terhadap guru maupun prioritas anggaran pendidikan.
Untuk menekankan kemuliaan pengajaran Andrea menyatakan, "Guru yang mulia itu seperti sumur jernih ilmu pengetahuan di ladang yang ditinggalkan." Pengajaran yang berhasil berbekas pada murid yang mencintai guru, terinspirasi oleh teladan yang dia berikan. Pada suatu kesempatan, Andrea pernah berujar, "Yang penting buat saya ialah bagaimana cara agar sekarang dunia pendidikan kembali melihat warisan yang ditinggalkan guru-guru seperti ibu Muslimah dan pak Harfan."
Bagi Andrea sendiri, Laskar Pelangi merupakan kisah tentang guru yang ditangkap oleh seorang muridnya, merekam warisan pendidikan dari satu jenjang ke jenjang berikutnya. Energi itu terus berlangsung sampai pada buku keempat, Maryamah Karpov, ketika Ikal--protagonis tetralogi itu--berhadapan dengan guru-guru asing di Universitas Sorbonne, Paris, Prancis, yang berkarakter lain sekali dibandingkan guru lamanya di kampung.
Sesi tanya jawab menjelaskan seberapa penasaran sebenarnya publik kepada Andrea. Rasanya lebih seperti jumpa fans, bahkan sejumlah guru menyatakan seakan-akan mimpi sampai bisa bertemu dengan penulis yang buku-bukunya telah memberi semangat kepada profesi mereka, membuat dunia pendidikan menjadi begitu penting, harus diperhatikan, dan mendapat prioritas. Pertanyaan yang muncul mulai dari hal sepele, masa-masa sekolahnya, berbagi pengalaman menulis, hingga "bagaimana cara menjemput hikmah?"
"Yang saya harapkan dari tulisan-tulisan saya ialah ia memberi inspirasi, bukan semata menjual," kata Andrea pernah pada suatu kesempatan. Antusiasme publik jelas membuktikan itu. Buku dan kepenulisan telah mengantarkan Andrea ke status yang sulit dibayangkan sebelumnya. Bila dulu di awal Laskar Pelangi terbit sebagian orang menyebutkan dia beruntung, kini semua yang telah dia tulis, lihat, nilai, dan rasakan menjadi "mukjizat" yang menyemangati dan mengilhami banyak orang.
Tentang kemampuan menulisnya, dengan gaya khas dan merendah, Andrea menyatakan bisa jadi dia bisa menulis karena dirinya orang Melayu. "Orang Melayu itu dalam keadaan marah masih bisa berpantun atau menyatakan metafora," kata dia disambut tawa peserta. Tapi lebih dari itu, awalnya ialah dia termotivasi. "Ketika melihat beliau jalan kehujanan hanya berpayung daun pisang menuju sekolah kecil kami, dalam hati saya berjanji akan menulis buku untuk mengenang ibu Muslimah," ucapnya. Janji itu dipenuhi, dan muncul mengejutkan. Kenapa memilih tulisan, bukan lainnya? Jawab Andrea: "Menulis itu elegan."
Talkshow bertema Kemuliaan Mengajar (Nobility of Teaching) pertama kali diusung Mizan pada 2007 lalu, ketika Mizan mengadakan acara tersebut dengan mengundang seribu guru di Bandung dan sekitarnya sekalian membagi gratis buku pertama Laskar Pelangi.[]
Copyright © 2008 BUKU INCARAN oleh Anwar Holid
KONTAK: wartax@yahoo.com (022) 2037348 0857 215 111 93 Panorama II No. 26 B, Bandung 40141
Situs terkait:
http://www.klub-sastra-bentang.blogspot.com
http://www.mizan.com
No comments:
Post a Comment