Wednesday, November 05, 2008



[HALAMAN GANJIL]

Saya dan Barack Obama
---------------------
--Anwar Holid


- Tax, apa kamu malas nulis tentang buku kamu?
- Bukan malas, tapi malu.
- Malu kenapa?
- Masak kalau untuk buku sendiri aku mau ngusahain nulis, sementara untuk buku yang aku terima dari pihak lain aku malas? Apalagi banyak dari buku itu sangat bagus dan sangat pantas ditulis atau direkomendasikan. Kesannya narsis. Bukan kesannya lagi, tapi iya! Aku lebih malu lagi pada pihak-pihak yang mengirimi aku buku.
- Memang buku apa yang menurutmu bagus akhir-akhir ini?
- Banyak. Beberapa di antaranya sudah aku baca, cuma belum bisa aku tulis saja. Tapi tiap kali ada kesempatan, selalu aku rekomendasikan.
- Lebih menarik dari isu Barack Obama yang lagi naik daun?
- Isu itu bagaimana kemasannya. Sebagian tema buku itu biasa saja, tapi bisa ditulis sangat menarik, dan itu bisa membuat buku jadi memukau.

Saya menulis buku biografi populer Barack Hussein Obama: Kandidat Presiden AS yang punya "Muslim Connection" (Mizania, 2007.) Itu buku kecil, ditulis seinformatif dan seluwes mungkin, menekankan eksplorasi keislaman dan keindonesiaan pada diri Barack Obama. Nama tengah "Hussein" pada buku itu sangat penting karena menjadi pembeda di antara buku tentang Obama lain yang beredar; meskipun Obama sendiri bilang, "Orang AS nggak peduli sama nama tengah."

Sejak terbit, tanggapan yang datang pada saya positif dan kadang-kadang mencengangkan. Buku itu menghubungkan saya dengan ibu Maria Sri Sumaryatiningsih, teman Ann Dunham (ibu Barack Obama), seorang mantan dosen Universitas Sriwijaya, Palembang yang kini tinggal di Belanda. Dia bilang, "Ann Dunham itu persis seperti yang kamu ceritakan. Dari mana kamu bisa menulis seperti itu?"
- Saya mengumpulkan berbagai bahan dari Internet, bu.

Ibu Maria lantas cerita bagaimana dia bisa kenalan dengan Ann Dunham. "Mungkin waktu itu tahun 1983-an, saya masih jadi dosen Unsri. Di sana saya kenal bu Ann karena sedang melakukan penelitian pertanian di daerah rawa-rawa. Di antara teman-teman ibu Ann, salah satunya ialah Dr. William Collier (Bill), mantan dosen IPB, dan juga pernah bekerja di IBRD. Bill tinggal di jalan Kumbang, Bogor. Entah sekarang masih ada apa tidak, saya sudah tidak kontak lebih dari 20 tahun." Saya bilang, "Wah, sayang kita kenalan setelah buku itu terbit. Ini pasti jadi info yang sangat berharga, karena bisa menambah keterangan tentang ibu Ann. Nanti kalau ada edisi revisi akan saya masukkan."

Ibu Maria cerita kesulitan hidup yang dialami Ann, terutama setelah ditinggal Lolo Soetoro. Dia sering ditipu oleh sopirnya sendiri, mencuri uang rekening, dan lain sebagainya. Ibu Maria bahkan sampai bilang begini, "Ann, hidupku ini sudah susah. Tapi yang kamu alami kayaknya lebih susah lagi."

Ada juga yang bilang bahwa Barack Hussein Obama langsung jadi buku favoritnya, mengalahkan buku karya seorang penulis senior. Segera setelah buku itu terbit, saya dihubungi orangtua yang minta dicarikan kontak ke Maya Soetoro, adik tiri Barack Obama; tujuannya biar orang Indonesia bisa terang-terangan mendukung Obama. Seorang ketua DPD sebuah provinsi bilang bahwa buku itu berhasil menaikkan adrenalin pemuda Indonesia agar berprestasi seperti Obama. Semua itu terlalu mengejutkan buat saya yang menulis buku itu awalnya karena order.



Dulu, kepada seorang editor Mizan, saya pernah menawarkan proposal penulisan kisah 25 nabi dalam Islam menggunakan pendekatan perspektif dari khazanah Yahudi, Kristen, dan Islam. Ternyata buat dia proposal itu kurang menarik. Alasan utamanya ialah paling hanya lima nabi yang benar-benar bisa menarik perhatian banyak pembaca dan calon pasar. Proposal itu ditolak. Tapi 1-2 minggu setelah itu saya ditelepon, "Tax, mau nggak nulis tentang Barack Obama?"

Awalnya saya bingung dan ragu dengan tawaran itu. Tapi menimbang berbagai hal, akhirnya tawaran itu saya terima. Ternyata setelah terbit, hasilnya positif. Buku itu lumayan bisa menarik perhatian orang, diresensi di berbagai media dan blog, sementara menurut standar Mizan, buku itu masuk kategori best seller, membuat saya dinilai pantas menerima hadiah sejumlah buku mahal. Kini predikat saya tambah; selain sebagai kontributor "Selisik" dan kolom [HALAMAN GANJIL], saya dikenal sebagian orang sebagai penulis biografi Barack Obama.

Salah satu dari orang yang menghubungi saya gara-gara buku itu akhirnya berteman. Dia seorang mahasiswa di Kalimantan Tengah. Minatnya pada penulisan dan perbukuan menggebu-gebu, dan akibatnya dia kerap menanyakan ini-itu ihwal dunia penerbitan dan penulisan pada saya. Menarik cara orang dihubungkan oleh tulisan. Selain berusaha menulis novel, dia rupanya berminat sekali bikin cabang FLP di kotanya, sampai akhirnya perkenalan kami merembet ke orang-orang FLP Bandung yang saya kenal.

Ketertarikan pada isu Obama membuat saya hampir secara otomatis menyimpan arsip berita online tentang dia, dari manapun sumbernya, baik dari situs kantor berita atau milis, terlebih-lebih bila saya dapat akses Internet gratis di Ultimus. Begitu banyak arsip itu sampai suatu ketika terpantiklah ide dalam kepala saya, "Mungkin menarik kalau aku bikin buku quotations Barack Obama. Mau aku tawarkan ke Mizan ah." Kini saya berinisiatif mengajukan buku kutipan-kutipan Obama kepada editor yang sama. Tapi rupanya, seiring waktu dan perkembangan mutakhir, Mizan merasa buku tentang Barack Obama sudah terlalu banyak. Walhasil sang editor menolak ide itu. Di sisi lain, sang editor mencium gelagat bahwa Obama memang kurang peduli pada keindonesiaan maupun keislaman, dan makin ketahuan bahwa Obama cenderung sangat pro-Israel---sekutu AS di jazirah Arab. Gelagat itu hanya butuh waktu untuk "meledak" dan melahirkan sentimen antipati pada Obama, terutama bagi penduduk Indonesia yang Muslim. Terpicu berbagai hal seperti itu, saya sempat menulis artikel untuk apa umat Islam berharap paa Obama; tapi artikel itu ternyata ditolak media yang saya kirimi.

Awalnya saya kecewa usul membuat buku quotations itu ditolak, meskipun proyek itu benar-benar masih embrio. Ide itu saya utarakan ke tiga penerbit lain; walhasil, dua mendiamkan usul itu, satu editor sebuah penerbit langsung semangat. Secara prinsip dia setuju proyek itu, tapi harus mendapat persetujuan dari para direktur. Baiklah saya tunggu. Dalam beberapa hari selanjutnya saya menanti jawaban definitif sambil mengerjakan order lain yang mesti selesai. Tapi ternyata eksekusi positif proposal itu lama-lama kabur. Memang biasa bahwa usul yang muncul sering pertama-tama mendapat tentangan dan respons negatif, alih-alih mencari peluang sukses. Jadi saya menganggap proposal itu mati di tengah jalan. Saya tentu bersyukur bila benar-benar jadi, tapi kalau toh tidak, ada banyak order lain yang juga harus beres.

Entah ada rahasia apa yang terjadi, ketika ide itu benar-benar lenyap, mendadak saya dihubungi seorang editor GPU, menanyakan apa saya tertarik mengedit naskah Barack Obama: In His Own Words, karya Lisa Rogak. Buku itu persis seperti yang saya rencanakan. Perasaan saya campur aduk menerima tawaran itu. Saya terkejut apa yang tengah berlangsung dalam kosmos diri saya. Mendadak ada energi yang mengantarkan saya agar mengerjakan tawaran itu. Rasanya ini jelas berkat buku Barack Hussein Obama itu. "Saya tahu kamu orang yang cocok untuk mengerjakan naskah ini," demikian kata editor itu.

Pertama-tama saya senang karena mendapat order dan jaminan pekerjaan dalam bulan itu. Lainnya saya terkejut kok bisa kebetulan seperti itu terjadi pada saya. Saya pernah baca dan cukup meyakini bahwa kebetulan merupakan faktor kehidupan yang penting harus diyakini keberadaannya. Tapi di sisi lain saya sebenarnya masih bermabisi menyusun sendiri quotations Barack Obama, bukan mengedit karya orang lain. Kondisi itu saya ceritakan, dan kami akhirnya saling tertawa. Akhirnya jadilah saya memprioritaskan mengedit quotations itu.



Barack Obama: In His Own Words menarik. Selain dikumpulkan dari sumber utama, pilihannya penting, bercakupan luas. Di sana ada ucapan tentang politik dan hukum AS, situasi politik, pencalonan dirinya, harapannya, cara dia menanggapi berbagai isu dan persoalan, mulai dari masalah undang-undang dan pemerintahan yang jadi keahliannya, urusan rumah tangga, sampai upaya kerasnya berhenti merokok. Yang saya rasakan, ucapan itu membuktikan bahwa Obama elegan, cerdas, jujur, humanis, dan humoris. Tapi walaubagaimanapun, dia produk asli AS---dia mempercayai nilai-nilai normatif bangsa itu.

Naskah itu secara virtual membuat saya merasa jadi tambah dekat dengan Obama dan tertarik dengan strateginya meraih simpati warga AS agar memilihnya jadi presiden pada pemilu November 2008 nanti. Yang paling sensasional mungkin waktu ada Konvensi Nasional Partai Demokrat Agustus 2008 barusan, ketika dia dikukuhkan sebagai kandidat presiden dan acaranya menyedot semua perhatian media dan orang. Empat tahun lalu, di acara yang sama, dia pun memukau hadirin dan jadi bintang muda partai itu. Kini semua yang dia punya itu begitu kuat, melempangkan jalannya untuk terus membuat sejarah. Dulu dia pun berperan besar mendukung Bill Clinton agar bisa jadi presiden; kini giliran keluarga Clinton mendukung agar dia jadi presiden.

Obama merupakan sosok yang magnetik. Dalam konteks karir kepenulisan saya, dia berhasil membakar semangat agar saya menyelesaikan tulisan dengan cukup baik dan utuh. Ketika selesai dan terbit, boleh dibantah kemungkinan buku itu merupakan biografi pertama Obama dalam bahasa Indonesia. Di suatu diskusi buku itu, seseorang bertanya, "Berapa persentase antara baca dan menulis untuk buku itu?" Wah, pertanyaan sulit, karena saya tak mengira-ngiranya. Tapi yang terjadi kira-kira sebagai berikut: saya baca banyak-banyak sesuai kebutuhan, terus menulis sesuai rancangan storyline, mengejar poin demi poin yang sudah ditentukan. Setelah selesai, naskah itu diedit---baik oleh saya sendiri, editor bersangkutan, dan seorang editor ahli.

Dalam karir penulisan saya, buku itu merupakan langkah maju dan lebih komprehensif saya dalam penulisan biografi, setelah dulu saya menulis hal serupa tentang Shirin Ebadi (laureat Nobel Perdamaian dari Iran) yang diterbitkan Mizan dan sejumlah profil lain. Boleh jadi gara-gara buku itu juga saya akhirnya jadi editor buku biografi Irawati Durban Ardjo---seorang tokoh tari Sunda. Yang paling mutakhir, administrator www.superkoran.info dan www.apakabar.ws meminta review buku tersebut untuk diiklankan di sana.

Benar dugaan awal saya. Ternyata menulis tentang diri sendiri, apalagi yang menyenangkan, itu mudah; ini sedikit-banyak memperlihatkan aspek narsisme dalam diri saya. Tapi, belajar dari penulis yang menuturkan kisah tentang penerbitan buku-bukunya, kisah seperti itu menyemangati orang untuk terus berkarya dan menghasilkan karya lebih baik berikutnya.[]


ANWAR HOLID, penulis & penyunting, eksponen TEXTOUR, Rumah Buku Bandung. Bukunya ialah Barack Hussein Obama (Mizania, 2007.) Blogger @ http://halamanganjil.blogspot.com

KONTAK: wartax@yahoo.com | (022) 2037348 - 08156140621 | Panorama II No. 26 B, Bandung 40141

2 comments:

Setiadi Ihsan said...

Alahhhhhhhhhhhhhhhhhhhh! urang katinggaleun pisan! boga sobat geus nulis buku, tahun 2007 deui! teu nyaho!, geleuhhhh!

Ok, I'll go to Gramedia, I hope Barack Husein Obama masih ada!

Akhirnya apa yg aku harapkan darimu, Tax... muncul juga...

Congratulation Tax!

Rahmat Febrianto said...

Jadi lebih terasa dekat mana antara yang menulis ttg Obama dengan yang pernah main petak-umpet 30-an tahun yang lalu, ya?