Bisnis Sosial
---Anwar Holid
Aku tiba-tiba dapat sms dari Marina Silvia K., anak Aksara yang baru-baru ini menulis Keliling Eropa 6 Bulan Hanya 1000 Dolar terbitan GPU. Mas, bisa nggak kita ketemu, aku ada keperluan soal bisnis sosial, begitu kira-kira maksud smsnya.
Bisnis sosial!, teriak batinku. Aku baru saja selesai menyunting terjemahan buku Muhammad Yunus, Creating World Without Poverty, yang persis bicara subjek ini. Sejak menyunting, aku tambah salut pada bankir untuk kaum miskin ini. Lepas bahwa beberapa orang mengkritiknya dengan tega, menurutku dia pantas dihargai setinggi-tingginya, kalau bukan sewajarnya. Aku mendapati "Enam Belas Keputusan Bank Grameen" merupakan aturan yang sangat berharga. Aku yakin aturan ini sangat mulia dan pantas diikuti siapapun.
----------------------------------
Enam Belas Keputusan Bank Grameen:
1. Empat prinsip Bank Grameen---Disiplin, Persatuan, Keberanian, dan Kerja Keras---yang harus dijalankan dan diutamakan dalam setiap langkah kehidupan kita.
2. Kita harus menyejahterakan keluarga kita.
3. Kita tak akan hidup di rumah bobrok. Kita harus memperbaiki rumah dan berusaha mendirikan rumah baru sesegera mungkin.
4. Kita harus menanam sayuran sepanjang tahun. Kita harus makan banyak sayuran dan menjual kelebihannya.
5. Selama musim tanam, kita harus menanam sebanyak mungkin benih.
6. Kita harus merencanakan keluarga kecil. Kita harus meminimalkan pengeluaran. Kita harus merawat kesehatan.
7. Kita harus mendidik anak-anak dan memastikan mampu membiayai pendidikan mereka.
8. Kita harus merawat anak-anak dan lingkungan agar selalu bersih.
9. Kita mesti membangun dan menggunakan W.C.
10. Kita harus menggunakan saringan teko untuk menghilangkan racun.
11. Kita mesti jangan mengambil mahar (mas kawin) dari pernikahan putra kita; jangan pula memberi mahar apa pun pada pernikahan putri kita. Kita harus menjaga pusat perkumpulan bebas dari kutukan mahar. Kita jangan melakukan pernikahan dini.
12. Kita mesti jangan menimbulkan ketidakadilan pada siapapun; kita pun jangan pernah membiarkan siapapun melakukannya.
13. Untuk pendapatan lebih tinggi, kita secara kolektif harus melakukan investasi lebih besar.
14. Kita harus selalu siap saling membantu. Jika seseorang dalam kesulitan, kita semua harus membantu.
15. Jika kebetulan menemukan pelanggaran disiplin di pusat manapun, kita semua harus ke sana dan membantu memulihkan kedisiplinan itu.
16. Kita harus sama-sama ambil bagian dalam semua aktivitas sosial.
----------------------------------
Bagi orang yang kerap merasa miskin dan kerdil seperti aku, aturan itu menyadarkan bahwa aku sebenarnya sudah cukup kaya, meski sekali lagi aku nggak punya investasi besar, nggak punya aset besar, nggak punya asuransi jiwa, dan seterusnya. Aku masih punya utang ke beberapa teman dan sodara. Investasiku ialah tabungan yang hampir selalu habis di akhir bulan, tabungan dana masa tua, dan asuransi pendidikan Ilalang. (Rumah kami, berdasar hasil penelusuran Ubing, karena ada di gang, tidak bisa dijadikan jaminan pada bank biasa.) Dari banyak segi kami cukup lega untuk terus bersyukur atas segala limpahan rezeki. Puji Allah.
... Karena harus mengembalikan buku & dvd ke Bale Pustaka, aku janjian dengan Marina di sana. "Mas Wartax, apa kabar, lama banget kita nggak ketemu," kata dia.
Benar. Rasanya entah kapan kami terakhir ketemu dan sempat ngobrol waktu di Aksara. Tahu-tahu dia sudah menerbitkan buku.
"Aku mau ngeresensi buku kamu, tapi biasa, karena berbagai prioritas, belum jadi saja. Gimana soal bisnis sosialnya?"
Aku juga sebenarnya sudah siap meresensi Ketika Cinta tak Mau Pergi (Nadhira Khalid)--tapi itu pun belum kelar.
Ceritanya Marina gabung dengan LSM bernama Choice (ejaan nanti aku cek), yang gerak di bidang ekonomi, persisnya "local currency." Dia ingin menjadikan beberapa tempat usaha sebagai semacam "merchant" tempat orang bisa melakukan jasa yang dibayar dengan sistem "local currency." Kata Marina, contoh "local currency" yang ada di Indonesia ialah banjar di Bali. Karena ketemu aku, dia berharap Rumah Buku bisa jadi salah satu pilihan. Beberapa tempat, baik itu distro, restoran, di Bandung sudah mau. LSM Marina menyasar kelompok anak jalanan & pengamen/pengemis. Aku bilang, aku pernah ikut Habitat untuk Kemanusiaan, yang salah satu syaratnya ialah ikut bantu-bantu ketika sesama anggota sudah mulai kerja membangun/merenovasi rumah.
"Kalau begitu nanti aku kenalin kamu ke Rani, pemilik Rumah Buku," janjiku. Untuk sementara itu yang terbaik bisa aku janjikan.
Dalam bayanganku, mungkin bisnis sosial yang bakal diajukan Marina ialah seperti yang dilakukan J.B. Schramm dalam hal literasi kepenulisan di Mengubah Dunia atau di film Freedom Writers. Tapi ternyata bukan sama sekali.
Bisnis sosial, "local currency," anak jalanan, ... rasanya semua berkelebat-kelebat dalam kepalaku. Kira-kira dua minggu lalu aku dikenalkan Eppel ke seorang "pemimpin anak jalanan" bernama Kopral, yang mau memperlihatkan autobiografi/diari untuk ditilik apa menarik diterbitkan atau tidak. Baca Creating World Without Poverty membuat aku yakin bahwa bisnis sosial bisa jalan dengan baik, minimal oleh Grameen Bank & Danone di Bangladesh. Kehausanku yang akut pada uang kerap menghadang dengan pertanyaan, "Apa yang bisa aku lakukan tanpa uang?", "Apa aku bisa gerak?", "Bagaimana aku bisa menghasilkan uang dari sini?", "Bagaimana aku tambah menyejahterakan keluarga dengan aktivitas baru yang aku lakukan?"
Aku suka ide-ide brilian, apalagi kalau dilakukan konsisten dan inovatif. Muhammad Yunus & Grameen Bank persis seperti itu. Voluntir di buku Mengubah Dunia penerima beasiswa Ashoka Foundation, yang menurut mereka melakukan "wirausaha sosial" (social entrepreneurship), juga seperti itu. Aku tertarik oleh kebaikan. Tapi entah inkonsistensi atau wanprestasi atau banyak kebutuhan membuat aku mudah pecah konsentrasi. Aku sudah sering dikritik atas kelemahan ini. Aku mudah tertarik pada sesuatu yang tampak baik, tapi belum tentu ngotot aku lakukan. Salah satu moral dari Muhammad Yunus ialah "Kita harus sama-sama ambil bagian dalam semua aktivitas sosial." Aku beruntung dan bersyukur ikut Habitat, kenal sejumlah teman, mendapat kebaikan dari sana.
Tenang. Semua berjalan sesuai aturan. Satu hal, aku berharap kebaikan merajai kejadian.
Keep up the good work![]18/06/08
No comments:
Post a Comment