Thursday, July 31, 2008

Menulis Mimpi
---Anwar Holid

Bisa jadi kamu benar dari sisimu; aku benar dari sisiku.
--Pepatah



Terakhir kali aku mimpi yang cukup mengesankan, mimpi itu masih sulit aku ingat baik-baik. Awalnya aku merasa melihat warna-warni psikedelik dan bentuk-bentuk optik, tapi entahlah seperti apa semua itu terjadi. Tapi rasanya aku ingat akhirnya: Aku seperti lihat kedua orangtuaku, mungkin siap-siap masak, dan aku minta dimasakkan sesuatu dari sungai. Kayaknya aku jelas lihat sungai, mungkin mau ngambil lauk(?) atau ikan. Tapi ketika menoleh, aku lihat di salah satu permukaan sungai dangkal itu entah daging atau tahi sedang dikerubungi lalat. Aku mual.


Sejujurnya aku malas dengan mimpi, apalagi mimpi yang timbul dari kesengajaan, maksudku karena aku secara mental sengaja menginginkannya. Dulu, kadang-kadang aku memang sengaja mengundang mimpi bila benar-benar ingin, entah karena rindu ketemu seorang gadis atau karena ingin suasana tertentu ketika tidur. Tapi barangkali mimpi cukup penting untuk menelusuri lagi masa lalu. Tapi apa gunanya masa lalu? Untuk mendapat petunjuk? Ha ha ha... waduk! Dulu sekali aku dan kawan-kawan suka menertawakan Harmoko yang sering berkata "Menurut petunjuk bapak presiden" untuk menerangkan sesuatu atau mengambil tindakan tertentu atas hal yang sulit dia pahami atau takut menanggung risikonya. Sekarang aku sering dengar orang bisa bilang sedang berusaha "mendapat petunjuk" atau bertindak "sesuai petunjuk." Rasanya itu déjà vu yang menyebalkan. Tapi kalau lihat mimpi sebagai mimpi dan membersihkan dari hal-hal mistik, bolehlah. Aku sering juga kok menerima mimpi yang menyenangkan atau juga menegangkan. Di sejumlah kisah Al-Quran memang ada mimpi yang digunakan Allah untuk menyampaikan pesan tertentu pada orang tertentu; barangkali juga yang terjadi padaku. Tapi sayang aku malas menafsirkan mimpi---apalagi untuk mendapat petunjuk.

Petunjuk buat aku sudah terang sekali: itu tersebar di manapun di dunia ini, dalam banyak peristiwa atau buku yang aku baca dan aku mendapat pelajaran atau cara tertentu untuk melakukan kebaikan di dunia ini. Segala keburukan yang aku lakukan jelas merupakan kegagalanku menguasai diri. Rasanya aku sulit sekali percaya ada petunjuk muncul dari mimpi yang digerakkan oleh niat yang keras, diupayakan lewat cara-cara tertentu. Dulu aku bisa dapat mimpi basah kalau menginginkannya sebelum tidur. Wah, mungkin aku terlalu spekulatif tentang hal ini, terlalu sembarangan. Tapi kalaupun ada, itu bukan jenis petunjuk yang sesuai buatku. Kalau itu cocok dan berhasil buat orang lain---tentu menarik untuk diperhatikan. Silakan. Kebenaran tak harus berlaku pada setiap orang. Bisa jadi kamu benar dari sisimu, begitu juga aku. Bisa jadi aku benar dari sisiku. Salah satu yang paling penting tampaknya mengakui betapa orang punya keyakinan tertentu dan sebaiknya orang lain jangan memaksa keyakinannya pada orang lain. Islam jelas melarang seseorang memaksakan keyakinannya pada orang lain.

Hanya aku masih tertarik mencatat mimpi dengan baik, meski usaha itu ternyata sulit karena aku lebih mudah lupa akan mimpi-mimpi yang terjadi. Begitu bangun sehabis merasa dapat mimpi, ternyata sulit aku ingat detil-detilnya, apalagi untuk ditulis, hingga satu-satunya yang terbetik hanyalah pikiran "aku barusan mimpi." Semoga mimpi itu jadi bahan tulisan yang menarik. Mimpi menurutku misterius, dan karena itu patut dieksplorasi sebagai bagian dari diri kita yang tersembunyi.

Kalau gambaran-gambaran gaib bisa muncul dari mimpi, tentu itu punya simbol tertentu atau menyiratkan sesuatu (e.g. "petunjuk" tadi)---tapi entahlah bagaimana cara kerjanya. Aku terlalu repot menelusurinya. Lagian, entah kenapa aku juga malas baca buku kajian tentang mimpi, bahkan yang komik sekalipun. Mungkin lain kali harus aku paksa. Sebagian orang hebat terilhami mimpi yang mereka alami.

Aku bisa menghargai disiplin sebagai wahana bertobat atau memohon ampun pada Allah. Tapi jelas aku menilai disiplin sebagai sesuatu yang biasa. Menurutku shalat malam (i.e. bukan shalat isya yang dilakukan kemalaman) malah lebih afdol buat kaum Muslim. Untungnya kaum Muslim boleh berdoa atau bertobat dengan cara bagaimanapun. Setiap orang pasti punya cara paling nyaman untuk berdoa atau minta ampunan. Sebab Tuhan Maha Mendengar. Jelas aku lebih tertarik kandungan kebaikan yang ada dalam disiplin. Aku moralis, kamu tahu! Selama ada kebaikan, wajib aku dukung, setidaknya membiarkan orang lain dengan nyaman melakukan tanpa gangguanku.

Aku sudah lama kesulitan menulis mimpi dengan utuh dan detil. Aku sedang mengusahakan agar bisa lagi menuliskan mimpi dengan cukup baik. Ini menurutku berguna untuk mempertahankan kenangan atau menajamkan ingatan---aku lemah dalam soal mengingat-ingat. Aku ingin memperbaiki kekurangan yang ada pada diriku. Aku agak yakin setidaknya kemampuanku menulis bakal lebih berpengalaman bila aku mampu menghadirkan/meneroka hal-hal pelik atau bahkan misterius. Aku cukup kesulitan menguak subjek sulit yang ingin aku tulis.

Pengalaman menunjukkan aku penulis yang malas dan sulit. Aku hanya bisa menulis sedikit saja setiap bulan dan sering kelimpungan mewujudkan ide dengan baik dan agak cepat. Yah, menulis secara alamiah memang mudah buatku. Tapi menulis yang baik, dengan maksud tertentu, dalam tahap tertentu punya dampak terhadap publik, termasuk bermanfaat buat kolega---jelas lebih sulit dan harus diusahakan dengan hati-hati dan serius. Aku mudah kalah oleh kantuk dan berpaling pada subjek lain. Pasti kalau mau belajar menulis dengan baik sesuatu yang pelik, aku bisa mendobrak kemalasanku sendiri. Barangkali salah satunya ialah menulis tentang mimpi. Aku tahu, dari bacaan, sejumlah karya penting untuk manusia itu lahir dari mimpi. Kitab suci ditulis dari wahyu---yang kurang-lebih setingkat dengan wangsit dan mimpi. Tapi aku lebih suka mimpi alamiah daripada yang dipancing lewat sesuatu, biar tetap dianggap sebagai berkah.

Semakin banyak yang aku tahu tentang Islam, terutama dari buku, aku khawatir bahwa disiplin tertentu yang dipilih orang itu bidah. Tapi aku optimistik bahwa disiplin sebagaimana diajarkan banyak kelompok tertentu ialah bidah yang baik. Aku juga ragu hal itu semacam ibadah. Buatku, disiplin merupakan semacam cara orang berkomunikasi dengan Tuhannya. karena itu aku lebih mementingkan sisi manfaat saja alih-alih berharap dapat "petunjuk." Aku sudah tahu disiplin seperti itu tak membantu karirku di dunia penerbitan atau memperbaiki moral seseorang. Moral atau karir dibangun oleh orang itu sendiri. Aku bahkan berani berpendapat tentu lebih mulia kalau aku lebih membela shalat malam daripada disiplin seperti itu.

Lepas dari semua mimpi yang pernah aku alami dan aku ingat, yang lebih aku harapkan sekarang ialah bisa mendapat lebih besar. Pada dasarnya itu tergantung pada profesionalisme dan kedisiplinan atau perolehan yang bisa aku raup. Harapan ini jelas dipicu oleh banyaknya kewajiban atau tagihan yang belum terbayar penghasilan per bulanku masih boleh dibilang kecil. Ada banyak kewajiban menabung yang terus terbengkalai karena duit sebulan sudah keburu habis dan selalu kurang. Kata mas Arvan Pradiansyah, kenapa penghasilan kita senantiasa kurang untuk mencukupi kebutuhan, karena kita (i.e. orang itu) terlalu rendah menghargai diri sendiri. Aku akan melecut diri sendiri biar lebih semangat dan produktif. Aku mau membereskan persoalan yang mengganggu atau kewajiban yang sydag harus dituntaskan. Sebagian caranya sudah aku tahu, sebagian lagi tinggal mencari atau tanya. Aku yakin bahwa aku masih rendah diri dalam hal tertentu, itu membuat sejumlah kekurangan belum bisa aku tuntaskan. Misal, aku dulu ragu bisa mendapat pemasukan per bulan lebih besar daripada gaji dari ngantor; maka aku masih merasa perlu bertahan. Tapi di sisi lain aku ingin meyakinkan diri bahwa aku bisa berkarir dengan baik atau membangun sesuatu bersama-sama---meski porsinya paling utama jelas demi kemajuan diri sendiri. Dalam hal ini aku juga punya harapan makin mampu mengasah kemampuan untuk menaikkan atraf keahlian dan kehidupan.

Pada Allah aku berserah diri.[]07/07/08

Anwar Holid berusaha mengurai dan mewujudkan mimpi lewat tulisan. Dia ngeblog @ http://halamanganjil.blogspot.com

No comments: