Tuesday, February 03, 2009






Guru Bahagia: Seperti Umar Bakrie atau Bu Muslimah?
--Oleh Anwar Holid

Pikiran yang bahagia berperan penting dalam karir sebagai guru & pendidik yang berkualitas. Poin-poin pada The 7 Laws of Happiness menguatkan asumsi itu.
BANDUNG - Lebih dari 600 orang guru dan kalangan umum lain menghadiri acara pra-workshop The 7 Laws of Happiness untuk para guru, orangtua dan mahasiswa yang diselenggarakan Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) Salman ITB, pada Minggu, 1 Februari 2009. Seketika GSG Salman yang luas itu terasa penuh sesak, bahkan banyak di antara peserta harus berdiri atau bersandar selama acara berlangsung karena kehabisan kursi. Rombongan peserta juga datang dari Ciamis, Subang, Karawang, dan kota-kota tetangga Bandung lain. Talkshow bertema Menjadi Guru yang Bahagia itu berhasil menahan semua peserta sampai akhir; setelah itu Arvan Pradiansyah--sang pembicara dan penulis--harus rela menandatangani antrean puluhan buku The 7 Laws of Happiness yang dibeli peserta hari itu.



Fokus membicarakan seperti apa dan bagaimana menjadi guru yang bahagia, Arvan memanfaatkan dan memaparkan sejumlah poin The 7 Laws of Happiness (Kaifa, 423 h.), buku ke empatnya yang kini telah cetak ulang ke tiga. "Orang baru disebut hebat dan berkualitas setelah mampu mengatasi masalah. Begitu juga guru. Jika mendapat murid yang bermasalah, berarti Tuhan ingin meningkatkan kualitas Anda sekalian," demikian katanya. Arvan sendiri pernah menjadi pengajar selama 13 tahun di almamaternya, FISIP Universitas Indonesia, sebelum kini berkarir di bidang pelatihan dan konsultasi SDM.

"Saya kira, contoh guru yang bahagia itu seperti tokoh bu Muslimah di film Laskar Pelangi," tambahnya. Film itu memotret sosok seorang guru yang tetap optimistik dan terus memberi semangat kepada murid-muridnya, lepas berbagai kekurangan jelas-jelas bisa mengancam kualitas dan prestasi mereka. Dia menghadapi muridnya sesuai karakter, sekaligus mampu menjaga kebersamaan. Arvan menyatakan juga memiliki guru yang termasuk sempurna dalam mendidik murid-muridnya, yaitu ketika dia ikut sekolah agama di sore hari, namanya Abdul Manaf Lubis. "Ketika mengenang beliau, saya menangis terharu, karena ilmu-ilmu yang dia berikan membekas pada saya hingga hari ini."

Guru bahagia juga merupakan guru yang paling dikenang para murid-muridnya. Merekalah guru dengan energi positif melimpah ruah, terasa sampai kapan dan di manapun anak didik mereka berada. Seperti orang bahagia lainnya, guru bahagia punya energi banyak untuk dibagi-bagikan kepada orang lain yang membutuhkan. "Keteladanan merupakan salah satu hal paling penting bagi guru," tegas Arvan, tanpa mengabaikan bahwa semua guru memiliki problem masing-masing, mulai di dalam kelas, di tempat kerja, berinteraksi dengan kolega, atasan, bahkan di rumah tangga dan kehidupan pribadi. "Bagaimana dengan guru seperti Umar Bakrie?" tanya peserta. "Saya kira yang patut dicontoh dari Umar Bakrie ialah keteladanan dan kegigihannya mengajar," jawab Arvan.

Dalam uraian yang diselang-selingi oleh tanya jawab, presentasi, juga kisah dan ungkapan segar, Arvan menengarai ada tiga jenis guru, yaitu:

  • guru yang badannya ada di kelas, tapi pikirannya melanglang ke tempat lain
  • guru yang badan dan pikirannya di kelas
  • guru yang ikhlas, yakni guru dengan badan, pikiran, dan jiwa memberikan pengabdian terbaik bagi murid dan pendidikan.
Untuk menjadi guru yang ikhlas memang butuh pelatihan, sebab kualitas ini harus lahir sebagai cita-cita ideal, yakni berupa proses menjadi guru yang baik. Pelatihan itu bisa berupa persoalan nyata yang dihadapi sehari-hari, misalnya menghadapi murid-murid bandel. "Guru yang hebat tetap mencintai murid-murid bandel, terus berusaha membuat murid menjadi lebih baik," sokong dia memotivasi hadirin. Di tengah banyaknya kasus pelecehan terhadap profesi guru atau pendidik yang mempermalukan mereka sendiri, guru bukan hanya dituntut pintar, melainkan juga tabah, cerdas, kreatif, dan kaya dengan berbagai wawasan, misalnya kecerdasan emosional dan cara mengajar yang menarik.
LPP Salman ITB berencana meneruskan acara ini dengan workshop sesungguhnya bersama Arvan Pradiansyah. Pada Senin, 9 Februari 2009, Arvan dijadwalkan mengisi kuliah terbuka di kampus FISIP Universitas Indonesia. Lantas pada 1 Maret Kaifa berencana mengadakan workshop The 7 Laws of Happiness for Happy Family di Islamic Book Fair, Jakarta, setelah itu diteruskan di Surabaya.[]
Copyright © 2009 BUKU INCARAN oleh Anwar Holid
Situs terkait:

No comments: