Saturday, February 21, 2009




Model Komprehensif tentang Kebahagiaan
--Anwar Holid


The 7 Laws of Happiness - Tujuh Rahasia Hidup yang Bahagia
Penulis: Arvan Pradiansyah
Penerbit: Kaifa, September 2008
Halaman: 428
ISBN: 978-979-1284-20-2
Harga: Rp 72.500,-

KITA kerap mendengar orang berkata, "Semoga hidupmu bahagia" atau dengan nada emosional mengucapkan, "Saya rela miskin, asal bahagia." Sesungguhnya, bahagia seperti apa yang dia maksud? Apa bahagia itu identik dengan senang? Bagaimana bila dibandingkan dengan perasaan sejenis, misalnya beruntung, sukses, mujur, dan puas?


"Bahagia itu rentang waktunya panjang, sementara senang itu berjangka pendek," demikian pernyataan awal Arvan Pradiansyah dalam The 7 Laws of Happiness. Buku ini berusaha secara meyakinkan dan mudah dipahami membahas salah satu aspek terpenting dalam kehidupan manusia, yaitu kebahagiaan. Sebagai seorang ahli sumber daya manusia dan pembicara publik, Arvan telah menghasilkan empat buku bertema manajemen kepemimpinan (leadership) dan manajemen kehidupan (life management.) The 7 Laws of Happiness termasuk kategori manajemen kehidupan, terutama karena ia secara persuasif mengajak agar pembaca menemukan dan membukakan jalan hidup yang bahagia.


Arvan menggunakan pendekatan neurosains dan Psikologi Positif untuk membukakan wawasan tentang meraih kebahagiaan. Neurosains ialah studi saintifik terhadap sistem saraf, terutama sekali sistem jaringan otak. Sebagian ahli otak mengatakan bahwa pusat manusia ada pada akal, yaitu proses berpikir yang terjadi di dalam otak. Arvan yakin bahwa kunci kepribadian dan watak manusia berada pada otaknya (hal. 41.)


Psikologi Positif lahir dari kegalauan Martin E. P. Seligman ketika menjadi presiden American Psychological Association (APA) pada 1998. Dia secara komprehensif menuliskan landasan teori dan praktik cabang psikologi ini dalam bukunya yang sangat berpengaruh dan terkemuka, Authentic Happiness. Beberapa koleganya merasakan kecenderungan serupa, dan akhirnya saling mendukung dan mengisi gagasan tersebut hingga menjadi disiplin yang padu. Psikologi ini lebih berusaha menekankan pada kesehatan mental. Aliran ini merupakan generasi baru Psikologi Humanistik yang berhasil membangun dukungan bukti empirik, menyediakan landasan sainstifik kuat bagi studi tentang kebahagiaan manusia dan fungsi optimal manusia, menambah sisi positif dari psikologi yang terlalu dikuasai sisi negatif manusia.


Sesuai hasil penelitian neurosains, Arvan berpendapat bahwa kunci bahagia manusia itu ada dalam pikirannya. "Kekuatan terbesar manusia ada dalam memilih pikiran," ungkapnya. Dengan pikiran, orang bisa memilih keputusan apa pun untuk hidupnya. Arvan merancang buku ini secara komprehensif agar pembaca bisa cukup terlatih untuk memulai mengambil keputusan demi kebahagiaan hidupnya. Pendekatan penulisannya juga termasuk menarik. Sambil berargumen mengungkapkan bagaimana prinsip-prinsip kebahagiaan bisa berlangsung dalam kehidupan manusia, dia menjabarkan pemikiran dengan bahasa mudah dipahami, ditambah petikan kisah (kebanyakan kisah nyata), dan sejumlah praktik tes psikologi. Lay out buku ini, baik dari pilihan font, desain, dan ilustrasi membuat kenyamanan membaca jadi makin maksimal.


Salah satu prasangka umum terhadap bahagia yang dipatahkan Arvan ialah anggapan bahwa orang bisa bahagia meskipun ia tak punya apa-apa, seakan-akan bahagia tidak butuh materi apa pun. "Anggapan ini terdengar bagus, tapi sangat tidak realistis," tulis Arvan. Bagaimana mungkin kita bisa bahagia tanpa memiliki apa pun padahal kita ini masih merupakan makhluk fisik juga? (hal. 32), demikian ungkap Arvan retorik. Dia menyatakan, meski ada faktor yang dapat mempengaruhi kebahagiaan, penentunya tetap pikiran. Secara faktual, orang sehat dengan pikiran damai akan lebih bahagian daripada orang sakit dengan pikiran damai. "Pikiran itu mirip kebun, bila dipupuk dengan baik, hasilnya tentu kebaikan."


Untuk memupuk dan melatih pikiran agar terbiasa melahirkan kebahagiaan, Arvan mengajukan tujuh syarat. Tiga syarat pertama ialah Intrapersonal Relation, merupakan syarat bahagia untuk diri sendiri, terdiri dari sabar, syukur, dan sederhana (kemampuan menangkap esensi). Tiga syarat kedua ialah Interpersonal Relation, merupakan kebahagiaan terkait dengan orang lain, terdiri dari kasih, memberi, dan memaafkan. Puncaknya ialah Spiritual Relation, berupa kemampuan berserah diri dan percaya seratus persen kepada Tuhan (pasrah.) Arvan memberi contoh dan inspirasi nyata betapa meraih kebahagiaan puncak itu tidaklah hadir sekonyong-konyong, tetapi dengan disiplin, perjuangan, dan pelatihan berat.


SELINTAS The 7 Laws of Happiness tampak sama dengan tipikal buku self-help dan motivasi (pengembangan diri) yang kerap dituduh menyederhanakan masalah serius dengan pendekatan instan, sejenis cara jawaban gampang bagi masalah kehidupan yang terlalu sukar. Pengkritik self-help mengindikasikan bahwa buku seperti itu sejenis pseudosains yang cenderung malah menyesatkan alih-alih memberi jawaban manjur. Mereka terutama kerap menyerang klaim dan buku karya orang yang bergerak di bidang ini.


Arvan Pradiansyah membangun argumen dari sumber nan luas, terutama dari literatur Psikologi Positif, studi perilaku terbaru, neurosains, ditambah dari tradisi agama-agama dan ajaran moral, dan ilmu sosial. Bukunya menawarkan universalitas yang kaya. Audifax Prasetya, peneliti psikologi asal Surabaya telah menguji kadar keilmuan The 7 Laws of Happiness. "Gagasan Arvan memiliki fondasi kuat untuk tumbuh dan berkembang menjadi sebuah pemikiran yang brilian. Saya melihat pemikiran Arvan bisa dikembangkan lebih jauh ke hal-hal yang aplikatif dan berguna bagi banyak orang. Buku ini mengajak orang untuk melihat secara mendalam melalui sebuah kajian teoretis yang dibangun secara serius."


Boleh jadi karena itu, pendengar tertentu yang mengenal maupun terpengaruh oleh Arvan sebagai pembicara publik, fasilitator, dan trainer, mantan dosen FISIP UI ini bukanlah tipe motivator yang gegap gempita dan bombastik dalam menyampaikan pendapatnya. Bersama lembaga pelatihan dan konsultasi sumber daya manusia yang sekarang dia pimpin, Institute for Leadership & Life Management (ILM), dia lebih banyak mengeluarkan issue kemanusiaan---misalnya kejujuran, persahabatan, dan memaafkan. Pada sejumlah pertemuan, dia menekankan rendah hati, menemukan misi hidup bagi diri sendiri, bersikap empatik dan positif, alih-alih semata-mata sukses finansial, kesejahteraan luar biasa, maupun puncak karir. Tanpa kebahagiaan dan kepuasan hakiki, semua itu akan sia-sia.


Tiga buku karya Arvan sebelumnya secara kontinu meneruskan pencarian manusia terhadap kebahagiaan, seiring dinamika pengalaman hidupnya. The 7 Laws of Happiness merupakan puncak pemikirannya; dia mengambil sari-sari berbagai pemikiran dan menggunakannya untuk mengungkap sebuah konsep komprehensif mengenai model kebahagiaan.[]


ANWAR HOLID, eksponen TEXTOUR, Rumah Buku Bandung. Bekerja sebagai editor & penulis freelance.


Jalan Kapten Abdul hamid, Panorama II No. 26 B Bandung 40141
Tel.: (022) 2037348 HP: 08156140621
E-mail: wartax@yahoo.com

No comments: