Saturday, February 21, 2009





Mimpi dan Harapan dalam Maryamah Karpov
--Anwar Holid


Maryamah Karpov
Penulis: Andrea Hirata
Penerbit: Bentang, 2009
Halaman: 504 hal.
ISBN: 978-979-1227-45-2


Mimpi dan harapan hanya berbeda sedikit saja. Bahkan pada satu titik, keduanya bertemu. Salah satu arti mimpi ialah sesuatu yang diharapkan, diidam-idamkan, atau begitu ambisius dinginkan oleh seseorang, biasanya sesuatu yang sulit dicapai atau dilepaskan dari keadaan sekarang. Ada satu peribahasa Filipina mengenai harapan, bunyinya seperti ini: keberanian merupakan buah dari harapan.


Bahkan sebagian orang beranggapan bahwa hanya orang beranilah yang biasanya bisa mewujudkan harapan. Atau kalaupun dia gagal mendapatkan mimpi dan harapan itu, dia telah mencoba dengan gagah, ksatria, habis-habisan. Bila demikian, orang-orang pun tetap respek pada dirinya. Mereka berhenti melihat kegagalan orang bersangkutan, malah menoleh pada keberanian dan keteguhan dirinya. Itulah buah harapan, buah dari keyakinan orang dalam mewujudkan mimpi-mimpinya.


Maryamah Karpov (Bentang, 504 hal.), pamungkas tetralogi Laskar Pelangi karya Andrea Hirata, memiliki subjudul "Mimpi-mimpi Lintang." Sejumlah pembaca Maryamah Karpov, terutama yang begitu fanatik pada tiga novel sebelumnya, menilai subjudul tersebut sebenarnya lebih pantas menjadi judul utama dan justru dengan sangat tepat mewakili semangat novel bungsu itu. Sebab dengan mimpi dan harapan itulah Ikal beserta sejumlah tokoh lain dalam novel ini mengarungi kehidupan, mempertaruhkan keyakinan, berusaha mewujudkannya, satu demi satu. Wajar bila ada seseorang berkomentar, "Semangat, keberanian bermimpi dan mewujudkan mimpi paling gila sekalipun merupakan inti novel ini."


Memang ada banyak harapan dan mimpi dalam Maryamah Karpov. Harapan paling hebat yang muncul di awal-awal novel ini ialah harapan Ketua Karmun untuk memajukan masyarakat dan kampungnya. Caranya sederhana saja: dengan menerima seorang dokter gigi berpraktik di sana. Namun ternyata harapan itu tak semudah dugaannya. Masyarakat, terutama karena masih terhalang oleh berbagai anggapan sempit, menolak usaha itu. Bahkan Ikal, yang nota bene sangat terdidik, karena trauma dan alasan tertentu, sulit memberi contoh betapa penting perubahan itu bagi kampungnya di masa depan. Ketua Karmun membujuk dengan berbagai cara untuk mewujudkan harapannya, tapi berkali-kali dia gagal.


Harapan--yang juga merupakan tema utama Laskar Pelangi--dulu pernah diucapkan Andrea Hirata dalam wawancara dengan harian Pikiran Rakyat, sektiar 3 tahun lalu. Dia bilang, "Agar orang jangan mudah berputus asa. Belajarlah dengan betul. Itu sebenarnya pesan utama saya. Klasik sebenarnya, tapi dengan bercontoh dari Laskar Pelangi, kesulitan apa pun terutama dalam masalah pendidikan, bisa diatasi. Buktinya, anggota Laskar Pelangi bisa survive. Pokoknya don't give up."


Maka di ujung tetralogi ini, Andrea melanjutkan berbagai harapan; harapan Ikal bertemu A Ling, harapan Ketua Karmun meningkatkan taraf kesehatan masyarakat, harapan Kalimut mengubah nasib dengan mau berisiko menyeberangi lautan menuju Singapura. Harapan dan drama yang dibawa dalam petualangan bersama Mimpi-mimpi Lintang.


***


Harapan menghidupkan energi orang-orang, membuat mereka terus aktif, mencari banyak alternatif, pantang menyerah, mengalahkan berbagai energi negatif yang mencoba meruntuhkan moral. Meski mereka juga gelap atas apa yang bakal terjadi di masa depan, mereka enggan mundur, malah terus mencari peluang. Barangkali, dalam kasus ini, optimisme Ketua Karmun sungguh pantas di kedepankan. Dengan berbagai cara dia gagal membujuk Tancap bin Seliman agar beribat ke dokter gigi Budi Ardiaz, namun senantiasa gagal. Namun, di puncak kegagalan upaya yang juga persis di puncak rasa sakit gigi Tancap, Ketua Karmun akhirnya malah menunjukkan belas kasihan demi menolong rakyatnya yang kesakitan.


Mimpi dan harapan itulah yang menjaga sejumlah tokoh dalam Maryamah Karpov berhasil mengatasi kesulitan. Meski bagi Ikal sendiri kisah itu berakhir pilu, toh dia sebelumnya sempat mengalami masa-masa madu. Mungkin inilah kekuatan sebuah novel yang ditingkahi dengan kejadian-kejadian hiperbolik, ironik, dan humor. Pembaca dibuai oleh mimpi-mimpi yang awalnya menghanyutkan, lantas diseret oleh peristiwa dramatik, musykil, namun ujungnya ternyata menghempaskan harapan pembaca itu sendiri. Barangkali, itulah kekhasan sebuah novel yang disebut-sebut sejumlah orang istimewa berkat "cara berceritanya luar biasa."


Mimpi seperti apa yang malah membuat pemimpinya bersemangat dan bisa terus berharap? Itulah mimpi yang membuat pelakunya hidup. Kata sebuah pepatah, "jika ingin mimpimu jadi kenyataan, jangan sampai kamu tidur." Kenapa? Karena dengan begitu orang tersebut akan berusaha dan mencari cara agar mimpinya terwujud, sebab untuk mewujudkan itu perlu dorongan, strategi, energi, dan konsistensi. Ada keyakinan bahwa bila mimpi dilekatkan erat-erat di depan kepala, dipasang persis di depan mata, mimpi itu bakal terwujud.


Maryamah Karpov memperlihatkan bagaimana para karakter di dalamnya mewujudkan impian. Mimpi paling ambisius dalam novel itu tentu mimpi Ikal, protagonis novel ini, yang memanfaatkan peluang atau tanda-tanda sekecil apa pun demi menemukan pujaan hatinya. Dia melakukan apa pun dan mengorbankan segala-galanya demi mempertaruhkan keyakinannya. Ikal bahkan boleh dibilang secara hiperbolik melakukan hal-hal di luar nalar orang normal terpelajar, ketika dia bahkan rela meloakkan jam tangan, tape recorder, kalkulator, koleksi uang kuno dan prangko, jas almamater, baju, celana, sepatu, termasuk plakat penghargaan akademik demi membiayai pembuatan perahu yang dia wujudkan dengan bantuan kawan-kawan Laskar Pelangi.


Mimpi membuai, harapan menghidupkannya. Kita kerap rela membaca dan memperhatikan mimpi yang mempesona, yang memberi kelegaan setelah mendapatkannya. Buktinya ada banyak kisah--baik buku dan film--yang awalnya bermula dari mimpi, atau gabungan antara dunia mimpi dan nyata. Tapi jelas ada beda antara mimpi melenakan yang kerap berserakan jatuh sekadar jadi bunga-bunga kehidupan dengan mimpi yang begitu kuat, menggetarkan, nyata, sampai ia harus berusaha diwujudkan, apa pun bayarannya. Ia pantas menjadi kenyataan. Itulah mimpi yang berharga dan bermanfaat.[]


ANWAR HOLID, eksponen TEXTOUR, Rumah Buku Bandung. Bekerja sebagai editor & penulis freelance.


KONTAK: wartax@yahoo.com (022) 2037348 Panorama II No. 26 B, Bandung 40141


Copyright © 2009 BUKU INCARAN oleh Anwar Holid


Informasi lebih banyak di:
http://www.klub-sastra-bentang.blogspot.com
http://www.mizan.com

1 comment:

M.Iqbal Dawami said...

Saya belum baca novel ini, kang. Tetralogi Andrea ini memang mempunyai benang merah yang sama: MIMPI. Ada beberapa kutipan yang dapat kurekam dari Sang Pemimpi.

“Mengapa engkau berhenti bercita-cita, Bujang? Pahamkah engkau berhenti bercita-cita adalah tragedi terbesar dalam hidup manusia.” (ucapan pak Mustar kepada Ikal)

“…orang seperti kita tak punya apa-apa kecuali semangat dan mimpi-mimpi, dan kita akan bertempur habis-habisan demi mimpi-mimpi itu!” ( ucapan Arai pada Ikal).

salam