Sunday, May 03, 2009



[SPAMBOT]

AKU MAU BELI WAKTU AYAH
--Anonim


Rudi ialah kepala cabang sebuah perusahaan di Bandung. Seperti biasa, ia tiba di rumah pada pukul sembilan malam. Namun tidak seperti biasa, hari itu justru Leo yang membukakan pintu dengan semangat. Putra pertamanya itu kini duduk di kelas tiga SD. Ia tampak sudah menunggu cukup lama.

"Kok belum tidur?" sapa Rudi sambil mencium anaknya.

Biasanya, Leo memang sudah lelap ketika ia pulang dan baru terjaga ketika ia akan berangkat ke kantor pagi hari. Sambil membuntuti sang ayah menuju ruang keluarga, Leo menjawab, "Aku nunggu ayah pulang. Sebab aku mau tanya berapa sih gaji ayah?"
"Lho, tumben, kok nanya gaji ayah? Mau minta uang lagi, ya?"
"Ah, enggak. Pengen tahu aja."
"Oke. Kamu boleh hitung sendiri. Setiap hari ayah bekerja sekitar sepuluh jam dan dibayar empat ratus ribu. Setiap bulan rata-rata dihitung dua puluh lima hari kerja. Jadi, gaji ayah sebulan berapa, hayo?"

Leo lari mengambil kertas dan pensilnya dari meja belajar, sementara ayahnya melepas sepatu dan menyalakan televisi. Ketika Rudi beranjak menuju kamar untuk ganti pakaian, Leo berlari mengikutinya.

"Kalau satu hari ayah dibayar empat ratus ribu untuk sepuluh jam, berarti satu jam ayah digaji empat puluh ribu dong," katanya.
"Wah, pintar kamu. Sudah, sekarang cuci kaki, bobo," perintah Rudi.

Tetapi Leo tak beranjak. Sambil menyaksikan ayahnya ganti pakaian, Leo kembali bertanya, "Ayah, boleh nggak aku pinjam uang lima ribu?"
"Sudah, jangan macam-macam lagi. Buat apa minta uang malam-malam begini? Ayah capek. Ayah mau mandi dulu. Tidurlah."
"Tapi, yah..."
Kesabaran Rudi habis. "Ayah bilang tidur!" Hardikan itu mengejutkan Leo.

Anak kecil itu pun berbalik menuju kamarnya. Usai mandi, Rudi tampak menyesali hardikannya. Ia pun menengok Leo di kamarnya. Anak kesayangannya itu belum tidur. Leo dia dapati sedang terisak-isak pelan sambil memegang uang lima belas ribu rupiah.

Sambil berbaring dan mengelus kepala bocah kecil itu, Rudi berkata, "Maafkan ayah, sayang. Ayah sayang sama Leo. Buat apa sih minta uang malam-malam begini? Kalau mau beli mainan, besok kan bisa. Jangankan lima ribu rupiah, lebih dari itu pun akan ayah kasih."
"Ayah, aku nggak minta uang. Aku mau pinjam. Nanti aku kembalikan kalau sudah menabung lagi dari uang jajan selama minggu ini."
"Iya, iya, tapi buat apa?" tanya Rudi kebingungan.
"Aku mau ajak ayah main ular tangga. Aku sudah menunggu ayah dari jam delapan tadi. Setengah jam saja. Ibu sering bilang waktu ayah itu sangat berharga. Jadi, aku mau beli waktu ayah. Aku buka tabunganku, ada lima belas ribu. Tapi karena ayah bilang satu jam ayah dibayar empat puluh ribu, maka setengah jam harus dua puluh ribu. Duit tabunganku kurang lima ribu lagi. Makanya aku mau pinjam dari ayah," kata Leo.

Rudi terdiam. Ia kehilangan kata-kata. Dipeluknya bocah itu erat-erat dengan mata berkaca-kaca.[]

CATATAN: Aku menemukan file ini di warnet, aku beri judul dan edit sekadarnya.

6 comments:

fitri said...

Kang, saya dah baca cerita ini entah untuk yang keberapakalinya, tapi anehnya setiap kali membaca pasti mata ini berkaca-kaca. Cerita yang menyentuh

Andy MSE said...

Halaman Ganjil makin lama kok makin tidak ganjil ya???
Aku merasa ada sesuatu yang hilang dibanding tulisan-tulisan awal 2000-an. Atau mungkin inilah perkembangan jaman??? :)

Anwar Holid said...

@ andy: Wah... kalau gitu harus ada perbaikan nih!

Yang ganjilnya bagusnya kayak apa ya? Aku ada tulisan tentang pornografi, tapi belum diedit. Nantilah kalau waktunya kelar.

Rokoy Donianto said...

Ceritanya bagus, to the point langsung dengan sasarannya, menyetuh sekali jika baca berulang-ulang dan teringat anak kita yang sering kita sia-siakan dengan kesibukan kita. welldone.

yanmaneee said...

nike basketball shoes
yeezy shoes
supreme clothing
hogan outlet online
kd 12
balenciaga shoes
chrome hearts online store
supreme outlet
jordan shoes
yeezy boost

Anonymous said...

have a peek at this web-site click here for more info Check Out Your URL click resources try this out click over here now