Tuesday, July 28, 2009




[BUKU INCARAN]

Orang Biasa Menulis Kehidupan Langka
---Anwar Holid


Vinondini Indriati pernah menulis di muka Facebook saya: "Ordinary people write unordinary life."

Ungkapan itu cukup pas mewadahi kesan umum atas autobiografinya, Nyi Vinon (Daun Buku, 398 hal., Rp.60.000), yang terbit dalam kemasan cantik-mungil, sehingga sangat enak untuk dibawa-bawa sepanjang waktu sampai habis dibaca. Saya membolak-balik buku itu, menandai bagian yang asyik dan mengesankan, akhirnya berani bilang betapa seorang individu yang tampak biasa-biasa saja, ternyata memiliki isi kepala, pandangan hidup, dan komentar terhadap dunia beserta segala halnya, yang begitu ramai, unik, bahkan kadang-kadang aneh dan mencengangkan. Seperti keberaniannya menulis "unordinary", dan bukan memilih "unorthodox", "extraordinary", atau "uncommon" meski artinya serumpun.

Setelah dalam beberapa minggu agak tekun membaca-baca autobiografi tersebut, terasa betapa buku ini asyik, lucu, jujur, lancar, sederhana, sekaligus mendasar. Memang ada kala tulisannya merembet ke mana-mana, akibat ingin mengomentari banyak hal, tapi dia terus berusaha fokus dari bagian ke bagian. Karakter dirinya nyata dan jelas-jelas tampak di setiap fase kehidupan dan pemikiran. Dari segi penuturan, buku itu melesat berhasil menghindari klise autobiografi yang membosankan.

Publik yang skeptik mungkin akan bertanya-tanya, siapakah Vinon sampai berani-berani bikin autobiografi di usia awal tiga puluhan? Apa dia membuat terobosan sejarah? Mengalami drama kemanusiaan begitu hebat? Bila itu pijakannya, orang akan kecewa. Karena menulis tentang kehidupan "biasa" itu, yang terasa pada bukunya bukan heroisme, menghebatkan diri, atau mencela orang lain, melainkan mengamat-amati dan berketapan hati. Meski ada-ada saja, perjalanan hidup Vinon pada dasarnya masih terbilang biasa untuk ukuran orang kebanyakan. Dia menghabiskan sekolah dengan ikut Pramuka, ekstrakurikuler, aktif di banyak kegiatan, atau membentuk peer group yang solid. Bagi sebagian anak SMA, terpilih sebagai peserta AFS mungkin terbilang istimewa. Tapi bukan itu poinnya. Yang paling berharga dari bukunya ialah proses penemuan diri, bahwa hidup merupakan serangkaian pilihan dan tanggung jawab, dan itu akan berlangsung terus memasuki periode baru.

Sebagai anak dari keluarga pengelola pabrik gula di Cirebon, masa kecil Vinon berlangsung menyenangkan, penuh permainan dan kegiatan, sebagian mengandung balutan mitos agama Islam setempat. Meski mengakui bahwa lingkungan pabrik gula merupakan subkultur, Vinon bukan tipe anak sok atau pertentangan kelasnya meruncing jadi permusuhan. Keluarganya memperlihatkan moral dan toleransi tinggi. Di sebelah rumahnya ada asrama zending, tempat kawan-kawan ayahnya main catur, sementara Vinon bersama kakak dan adik main ketangkasan bernama "jembatan sirotol mustakim" untuk menentukan apa mereka akan masuk neraka atau surga.

Dia mengutip sebuah hadis Qudsi, salah satu teks suci dalam agama Islam: Barangsiapa mengetahui dirinya, sesungguhnya ia mengetahui Tuhan yang menjadikannya. Itulah tujuan besar dari autobiografi tersebut: dia ingin memahami diri sendiri. Kehidupan Vinon banyak cerita, penuh interaksi dengan orang lain, dan karena itu membuat buku ini berharga. Dia cukup utuh menceritakan perkembangan kesadaran pemikiran dan emosional dirinya. Berkisah dari masa kecil bersama keluarga, sekolah, kuliah, aktivitas, keyakinan, tempat tinggal, kawan, dan pekerjaan dengan bahasa riang.

Bab paling menarik dalam buku ini ialah mengenai kepercayaan. Komentarnya tentang keyakinan, agama, sisi spiritualitas manusia, pandangannya tentang Tuhan, jangan-jangan bisa membuat orang yang beriman secara dogmatis jadi tambah putus asa. Mengherankan betapa orang awam bisa menemukan keyakinan pribadi yang begitu lain dengan orang kebanyakan. "Penemuan" seperti itu sungguh luar biasa, apalagi bila kita bandingkan dengan ajaran maupun mitos yang dia terima sejak kecil.

Konon, sebelum terbit seperti sekarang, autobiografi ini sudah beredar dari tangan ke tangan (bukan tertangkap tangan) di kalangan teman-teman dan keluarga dekatnya. Namun rupanya aspek dalam buku ini---mulai dari kekayaan budaya, perkembangan pemikiran, hingga uraian psikoanalisis terhadap dirinya---melebarkan distribusinya hingga sampai ke tangan dosen antropologi maupun psikologi untuk dijadikan bahan kajian. Atas desakan kakaknya, akhirnya buku ini terbit dengan pantas, mendapat sentuhan editing dan desain yang bagus. Vinon sendiri terinspirasi menulis biografi setelah membaca autobiografi karya seorang kerabat tuanya.

Setelah buku pertama ini, bila nanti berniat dan berhasil menuntaskan, Vinon akan menulis pengalamannya memasuki periode pernikahan, membentuk keluarga, menjadi orangtua. Subjudul "sastra pranikah" mengindikasikan hal itu. Buku ini berakhir dengan pertanyaan: "Dengan siapa saya menikah nanti?" Buku ini menunjukkan betapa untuk mengetahui diri sendiri individu belajar banyak kepada keluarga, warisan budaya, sekolah, teman, dan mempelajari diri sendiri.

Autobiografi ialah buku yang mempertaruhkan kejujuran kepada publik. Vinon telah memilih dalam hal apa saja dia jujur mengungkapkan dirinya dengan cara yang sangat langka.[]

Anwar Holid, bekerja sebagai editor dan penulis; eksponen TEXTOUR, Rumah Buku Bandung, blogger @ http://halamanganjil.blogspot.com.

Copyright © 2008 BUKU INCARAN oleh Anwar Holid

Vinondini Indriati maupun sebagai Nyi Vinon bisa ditemui di http://www.facebook.com

1 comment:

Anonymous said...

Autobiografi ialah buku yang mempertaruhkan kejujuran kepada publik. Vinon telah memilih dalam hal apa saja dia jujur mengungkapkan dirinya dengan cara yang sangat langka.
sewing manufacturing
burlington coat factory tailor