Wednesday, July 22, 2009


[review album]
Half Queen atau Sekalian Queer

The Cosmos Rocks

Band: Queen + Paul Rodgers
Rilis: 15 September 2008
Genre: Hard rock, Pop Rock
Durasi: 58:46 (14 track)
Label: Parlophone [UK], Hollywood [dunia]
Produser: Queen + Paul Rodgers
Rating: **


Atas kebaikan Budi Warsito, aku akhirnya bisa mendapatkan The Cosmos Rocks, album Queen bareng vokalis Paul Rodgers. Beberapa bulan sebelumnya, dia juga meminjami aku majalah Mojo dengan edisi utama membahas Queen setelah Freddie Mercury meninggal, sekalian membahas meluncurnya The Cosmos Rocks.

Nama Queen + Paul Rodgers merupakan pilihan aman namun mungkin penuh beban. Apalagi "Queen" sekarang hanya terdiri dari Brian May (gitar) dan Roger Taylor (drum), sebab John Deacon (bass) telah memilih pensiun. Rasanya aneh grup tanpa Freddie Mercury dan John Deacon masih nekat bernama Queen. Mungkin lebih tepat kalau namanya "Half Queen" atau sekalian "Queer." Di studio, saat menggarap The Cosmos Rocks, May dan Taylor juga yang gonta-ganti mengisi seksi bass. Sementara Danny Miranda bertanggung jawab saat tur.

"Tambah" Paul Rodgers menjelaskan bahwa dia bukanlah anggota Queen dan suatu saat posisinya bisa diganti siapa saja, misalnya oleh Mbah Surip. Rodgers juga tidak digadang-gadang sebagai pengganti Freddie. Jadi di album ini dua pihak membawa diri sendiri untuk menghasilkan sebuah album. Ini seperti dulu Queen bekerja sama dengan David Bowie dan mau mengundang Michael Jackson. Jadi ada duet vokal, sementara sekarang mereka kehilangan dua pilar utama. Kini, bayangkanlah pita suara Freddie putus sama sekali dan gagal berfungsi kembali, lantas Queen mengundang Paul Rodgers untuk menyanyikan lagu Queen, sementara Freddie menonton dan mengawasi pertunjukan itu.

Hasilnya kita seperti dihantui sesuatu. Album ini lumayan asyik, tapi rasanya ada yang salah.

Mungkin sebagian orang berpendapat lebih baik Queen pensiun begitu Freddie mati, biar mereka jadi fosil dengan jejak masa lalu gemilang. Dulu penggemar Queen sudah cukup sangat kecewa dengan Hot Space (1982), The Cosmos Rocks lebih mengerikan lagi bila dibandingkan album itu. Atau sebagian orang seperti aku akan bilang: carilah pengganti Freddie yang pantas. Usulku cuma satu: hanya George Michael. Waktu menyanyikan "Somebody to Love," dia membuktikan bahwa dirinya pantas. Biar nanti Queen tak perlu lagi repot mencantumkan tanda "tambah" di cover albumnya.

Wajar bila kemudian rata-rata review memberi 2 bintang dari skala 5. Yang memberi nilai bagus hanya Classic Rock dan Record Collector. Blender dan The Observer memberi nilai satu; Rolling Stone, The Guardian, dan Allmusic.com memberi dua. Metacritic memberi skor The Cosmos Rocks 42/100, ada di urutan ke 24 album terburuk yang paling sering diulas.

Mendengar album ini seperti "gampangan", langsung kena, seperti kita dengar Bad English atau Firehouse, grup pop rock kebanyakan, namun kita akan lekas kehilangan semangat untuk memperhatikan lebih lanjut. Habis sudah kompleksitas khas Queen yang terakhir kita dengar di album Innuendo. Queen sebenarnya tidak rumit-rumit amat, katakanlah dibandingkan Led Zeppelin, tapi jelas mereka termasuk grup yang inovatif, menggebu-gebu, dan suka menawarkan penemuan. The Cosmos Rocks kekurangan semangat itu.

Yang paling berharga dari The Cosmos Rocks mungkin gitar Brian May. Inilah satu-satunya yang bisa meyakinkan kita bahwa ini memang asli Queen. Kita masih bisa dengar betapa gitarnya mengisi hampir semua kekosongan, menjelajah dari track ke track. Sulitnya, beberapa lagu terdengar klise karena seperti ingin mengulang kesuksesan We Will Rock You, Crazy Little Thing Called Love, We Are The Champions, atau Who Wants to Live Forever, dan itu membuat secara keseluruhan upaya May jadi kepayahan. Analis Queen bilang, andai Deacon masih mau berpartisipasi, mungkin Queen tertolong, karena Deacon suka melahirkan hits yang sangat orisinal, seperti Another Ones Bites the Dust.

Lagu paling kuat di album ini ialah C-lebrity, lagu tentang betapa orang kini makin mudah mendapat popularitas, dan Say It's Not True, yang emosional. Cosmos Rockin', track pertama album ini, bersemangat, nendang, dan catchy, ingin membuktikan bahwa rocker gaek ini masih berusaha keras menggoyang dunia dan musik membuat mereka hidup. Still Burnin' awalnya hebat, tapi di ujung, hentakan nada ulangan mirip We Will Rock You membuat aku patah semangat.

Tentu menyedihkan bahwa grup yang pernah sangat hebat dan grandeur, kini jatuh ke jebakan klise. May dan Taylor ada baiknya ikut jalan Robert Plant dan Jimmy Page, yaitu berhenti menggunakan nama Led Zeppelin setelah Bonham meninggal, apalagi bila tidak ditemani John Paul Jones. Kalau pakai nama May, Taylor, & Rodgers, mungkin orang masih tetap perhatian, mengingat riwayat masing-masing di ranah rock. Paul Rodgers, terutama di Inggris, juga merupakan rocker yang sangat dihormati karena pernah gabung dengan empat grup hebat. Tapi di The Cosmos Rocks, vokalnya hanya mengingatkan aku pada Doug Pinnick dari King's X.

Setelah dengar The Cosmos Rocks, aku menaruh list album ini jauh di bawah Mbah Surip. Walau sama-sama sudah tua, Mbah Surip lebih bisa bikin aku tertawa.

Keep on rockin'![]

Anwar Holid, penggemar Queen sejak SMP. Bekerja sebagai editor, penulis, & publisis. Blogger @ http://halamanganjil.blogspot.com.

Situs terkait:
http://www.queenonline.com
http://www.queenpluspaulrodgers.com
http://www.queenarchives.com/index.php?title=The_Cosmos_Rocks_Press
http://en.wikipedia.org/wiki/Queen_%2B_Paul_Rodgers

Catatan: Di Facebookku, posting ini mendapat respons yang sangat berharga dari Akmal Nasery Basral, wartawan dengan pengetahuan musik mumpuni.

1 comment:

DananG said...

Nice review, Paul Rodgers jelas seorang vocalis hebat sejak jaman Bad Company. Dan saya kagum dia tetap tidak ingin menyanyi seperti Freddie, jadi memang jika penggemar Queen ingin menikmati reinkarnasi Freddie jelas akan salah besar. Nikmatilah album ini bukan sebagai album Queen. Tapi sebagai side project Brian May, Roger Taylor dan Paul Rodgers.
Saya juga setuju jika Queen bubar seperti halnya Led Zeppelin pasca tewasnya Bonzo. Itu akan lebih terhormat.