Tuesday, December 29, 2009
[BUKU INCARAN]
Adakah Rahasia Atas Terbitnya The Lost Symbol?
--Anwar Holid
BANDUNG - Sambil cuci perabot rumah tangga di pagi hari Senin, 28 Desember 2009 kepalaku terus-menerus heran memikirkan The Lost Symbol (Dan Brown) yang di Indonesia akan diterbitkan Mizan pada 25 Januari 2010. Seminggu sebelumnya aku menerima email Pembaca Mizan mengadakan lomba "Mengapa Saya Ingin Membaca The Lost Symbol" yang subjeknya terlalu terburu-buru ditulis sebagai "Haidah Awal Tahun 2110: The Lost Symbol." (Perhatikan betapa hebat salah ejanya!)
Mizan menerbitkan karya Dan Brown? tanyaku terheran-heran. Awalnya aku pikir yang mengirim email itu adalah Serambi, penerbit Indonesia yang sebelumnya sudah menerbitkan The Da Vinci Code dan Angels & Demons. Begitu sadar ternyata bukan, aku membatin: bagaimana perasaan Serambi begitu tahu bahwa hak terjemahan novel terbaru penulis andalan mereka diambil alih penerbit lain? Kenapa penerbit tempat kerjaku dulu itu begitu ngebet menerbitkan novel thriller itu? (Ah, persoalan ini jelas di luar jangkauanku, tapi kepalaku terus bertanya-tanya.)
"Ah, Wartax, kamu kayak enggak tahu saja!" sergah seorang kawan berusaha memadamkan kepenasaranku.
Apa Mizan begitu terdorong oleh harapan mendapat untung dari kemungkinan penjualan sefenomenal The Da Vinci Code? Ratusan ribu pembaca buku-buku Dan Brown sebelumnya pastilah bisa diharapkan dan digerakkan untuk kembali membeli karya barunya. Selain alasan itu, kira-kira apa lagi yang membuat Mizan bersemangat mengejar target di awal 2010 ini? Menikmati gempa dari sensasi fiksi tentang perkumpulan rahasia yang melibatkan konspirasi sekte agama, ritual kuno, dan ambisi kekuasaan?
Aku dulu pernah menulis gara-gara ingin meramaikan trend maupun harapan mendapatkan profit bisa membutakan pelaku bisnis. Waktu itu penerbit Dastan sedang mengiklankan Daughter of God (Lewis Perdue). Aku bilang, ngapain juga penerbit yang berafiliasi dengan Islam sampai tega menerbitkan buku meski ide di dalamnya diharamkan doktrin Islam? Seorang Muslim beriman bahwa Tuhan tidak beranak dan tidak diperanakkan. Islam mengharamkan ide "anak Tuhan." Lah, mereka malah menerbitkan "Putri Tuhan"---dengan teaser "Misteri menakutkan yang mengguncang fondasi keimanan." Kalau buku itu diterbitkan penerbit Kristen/Katolik atau umum yang tak berafiliasi dengan Islam, aku bisa maklum.
Begitu juga ketika Mizan menerbitkan The Lost Symbol. Selain terdorong oleh hasrat menerbitkan produk yang penjualannya memecahkan rekor dalam sejarah pasar novel dewasa, apa lagi keinginan Mizan terhadap novel yang isunya fokus pada Freemasonry? Bukankah sebagian kelompok Islam mensinyalir bahwa Freemasonry terlibat dengan Zionisme dan mempromosikan kepentingan mereka di dunia? Wikipedia menyebut bahwa Hamas menyatakan Freemasonry, Rotary, dan kelompok sejenis "bekerja demi kepentingan Zionisme dan berdasarkan perintahnya..." Kritik lebih keras malah mengaitkan Freemasonry pada Dajjal. Pembaca umum, Muslim moderat, fanatik, atau liberal, kira-kira akan mengharapkan apa dari novel seperti itu?
Gerakan Freemasonry memang misterius. Gale Encyclopedia of the Unusual and Unexplained memasukkan Freemasonry dalam entri Secret Societies and Conspiracies.
Baru setelah menuliskan ini pertanyaan dalam kepalaku spontan tenang. Logika bisnis itu cuma satu, yaitu untung, meski wujudnya bisa jadi absurd.[]
Anwar Holid, editor, penulis, dan publisis. Blogger @ http://halamanganjil.blogspot.com.
KONTAK: wartax@yahoo.com | HP: 085721511193 | Panorama II No. 26 B Bandung 40141.
Link terkait:
http://lostsymbolindonesia.wordpress.com/
http://en.wikipedia.org/wiki/The_Lost_Symbol
http://en.wikipedia.org/wiki/Freemasonry
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment