Wednesday, September 01, 2010


[Buku Incaran]

Upaya Menaklukkan Kekakuan Sejarah Nabi
---Anwar Holid

Pengikat Surga
Penulis: Hisani Bent Soe
Penerbit: Ten-Q, 2010
Tebal: 400 halaman
ISBN: 978-602-96891-0-5

Jakob Sumardjo di dalam buku Menulis Cerpen (1997) menyatakan bahwa salah satu ciri karya besar ialah penyajiannya harus menarik. Gaya bercerita harus memikat dan mampu memuaskan nafsu para pembaca terhadap keindahan. Di sini yang dipersoalkan adalah bagaimana-nya suatu karya, bukan apa-nya (subjek karya tersebut).

"Nyata sekali bahwa sebuah karya besar tidak perlu memasang masalah besar dalam takaran filsafat atau ilmu pengetahuan," demikian paparnya. Jakob mencontohkan karya Sutan Takdir Alisyahbana, Grotta Azzura. Novel ini bicara tentang kebudayaan yang besar secara detail dan komplet, tapi sayang penggambaran kebesaran masalah itu gagal dituangkan secara menarik dan manis.

Hetih Rusli, penyunting fiksi di Gramedia Pustaka Utama, berpendapat bahwa salah satu hal paling penting dalam novel yang bagus ialah memperhatikan kekuatan tokoh utama (protagonis). Dia menyatakan: "Yang terpenting ialah meniupkan nyawa ke dalam diri si tokoh. Tokoh tersebut harus hidup, bergerak, dan bernapas pada saat kita membacanya. Si tokoh harus hidup dalam bentuk tiga dimensi di benak pembaca, bukan cuma tertulis di atas kertas."

Dua pandangan tersebut menggiring pada opini bahwa tema atau subjek persoalan suatu cerita bisa mengenai apa saja, namun kunci fiksi itu tetap bagaimana cara menyajikannya. Tegas Jakob Sumardjo, "Jangan mengorbankan sastra hanya untuk tema."

Hisani Bent Soe, seorang pengajar (ustadzah) di Ma'had Al-Imarat, Bandung, berusaha menaklukkan kekakuan sejarah kisah kehidupan nabi Muhammad ke dalam novel berjudul Pengikat Surga. Kisah kehidupan dan kehidupan nabi Muhammad (shirah nabawiyah) jelas sudah sangat populer bagi pembaca Muslim, terus-menerus dieksplorasi oleh sekian banyak penulis Muslim dan non-Muslim baik ke dalam risalah nonfiksi maupun karya fiksi, serta menghasilkan karya dengan ciri masing-masing.

Hisani memanfaatkan kelebihan pengetahuannya tentang detail sejarah Islam yang luas dan mumpuni sebagai bahan dasar untuk menciptakan suasana awal munculnya Muhammad sebagai penerus akhir agama tauhid (yang mengesakan Tuhan) hingga masa awal terpilihnya Ustman bin Affan sebagai pemimpin bangsa di jazirah Arab---yang juga terdapat komunitas Yahudi, Kristen, maupun kaum penyembah berhala dan politeis. Bisa jadi karena Hisani sejak awal berniat menulis trilogi, maka periodisasi dalam novel ini tanggung dan akhir novel ini sengaja dibiarkan menggantung.

Hisani pada dasarnya juga mampu menemukan sudut pandang yang sangat menarik untuk menceritakan seluruh kisah perjalanan kenabian itu, yaitu dari kacamata Asma, gadis kecil yang sejak awal dekat dengan keluarga Muhammad. Dari mulut dan pikirannya novel ini tersaji. Di awal-awal buku kita akan membaca pertanyaan-pertanyaan naif seorang gadis ayahnya, yaitu Abu Bakar, mengenai Islam dan awal mula dakwah Muhammad. Ayah Asma sendiri lebih senior dari Muhammad dan sejak awal mereka berbagi kegelisahaan soal dekadensi moral dan spiritualitas masyarakatnya. Pada gilirannya, nanti Abu Bakar akan menjadi mertua Muhammad karena dia menikahkan putri bungsunya, Aisyah. Muhammad sendiri juga memiliki putri sepantaran Asma bernama Ruqayyah. Mereka berdua sudah berteman akrab sejak kecil dan sering bermain bersama, karena orang tua mereka selain sesama rekanan bisnis juga telah berkawan erat. Merekalah saksi sejak kanak-kanak bagaimana orang tua masing-masing bertransformasi menjadi agen perubahan masyarakat dan mengorbankan segala-galanya demi tegaknya Islam. Seiring waktu dan dinamika peristiwa, Asma menyaksikan nyaris seluruh peristiwa penting dalam sejarah Islam dari jarak sangat dekat, termasuk tambahan berita dari ayah, suami (Az Zubayr bin Awwam), maupun adiknya (Aisyah). Bahkan sejak awal Abu Bakar melibatkan Asma untuk menjadi pencatat dan pendata seluruh pemeluk Islam beserta rahasia strategi gerakan Islam yang direncanakan di rumah Muhammad. Dari peran itu tergambar betapa Asma bisa dikatakan termasuk seorang Muslim utama, sebab ia berada di pusaran lingkaran dalam para tokoh Islam.

Dinamika perkembangan awal Islam inilah yang justru merupakan inti dan mendapat porsi terbesar dalam novel ini. Kehidupan pribadi Asma dan dunia batinnya juga kurang terungkap secara memikat, sebab dia sangat sibuk terlibat dengan dunia luar. Selain menjadi juru tulis dan pemegang rahasia ayahnya, Asma juga merupakan pionir tenaga paramedik setiap kali umat Islam terlibat peperangan. Dari sudut bias gender, secara implisit Hisani ingin membuktikan betapa Islam sejak awal memuliakan perempuan dan membuka peluang agar mereka secara bebas dan maksimal bisa berperan di masyarakat umum.

Mengolah bahan sejarah nan panjang dan melimpah ruah dengan informasi namun butuh kejelian menangkap detail dan suasana batin protagonis itulah yang masih kurang dikuasai dengan baik oleh penulis. Kemampuan Hisani untuk menuturkan kisah atau melakukan novelisasi terhadap sejarah faktual masih belum mampu menghilangkan kesan bahwa novel ini tetap mengulang formula kisah yang selama ini telah dikenal oleh umat Islam pada umumnya. Bedanya, Hisani berusaha menghadirkan setting, percakapan, plot (alur cerita), menghadirkan sejumlah ketegangan maupun konflik, namun unsur tersebut kurang tergarap secara maksimal.  Akibatnya kita membaca kisah ramai yang datar, namun riak-riak emosi para pelakunya nyaris tak muncul.

Di balik aktivitas dan pengaruh terhadap seluruh kisah dan peristiwa, kelemahan karakterisasi terhadap Asma membuat dia seperti sosok tanpa nyawa maupun punya "suara" sendiri. Bagaimana gelombang emosi perempuan bila dilanda cemburu, apa komentar dan perasaan ketika adiknya seperti dijodohkan pada pria yang tampak lebih pantas jadi kakeknya, tidak muncul. Dalam kasus perkawinan Muhammad-Aisyah, Hisani justru tidak memperlihatkan kekritisan terhadap penafsiran ulang atau menelaah lebih teliti terhadap sejarah yang selama ini sulit diterima umum, malah mengamini mitos bahwa Muhammad menikahi gadis di bawah umur, meskipun dia telah haid.

Kekurangan tersebut diperburuk oleh rendahnya kemampuan teknis sang penulis dan editor gagal menjalankan fungsi untuk meningkatkan kualitas karya. Penulisan novel ini masih berlepotan dan mengandung banyak sekali kesalahan elementer, mulai dari salah eja, tanda baca, inkonsistensi penulisan, hingga unsur pengganggu yang masih terlewatkan untuk disiangi. Hisani juga masih tampak takut untuk berusaha melenturkan ungkapan kalimat ayat Al-Quran agar lebih kena (kuat) dan menggetarkan bagi pembaca Indonesia, namun malah membiarkannya tetap kaku sebagaimana terjemahan Departemen Agama---padahal novel merupakan media yang tepat untuk mengungkapkan firman Allah agar memiliki daya dobrak besar terhadap pembaca. Bukankah Al-Quran ialah sastra yang agung? Bagaimana kita bisa merasakan keagungan bila untuk memahaminya pun sudah kerepotan? Padahal latar belakang keilmuan penulisnya otoritatif untuk melakukan hal tersebut. Meskipun konteksnya tepat, tebaran ayat Al-Quran dalam di berbagai halaman hanya membuat novel ini kehilangan elastisitas sebagai karya sastra yang idealnya imajinatif dan segar.

Kita boleh berharap agar Hisani Bent Soe mampu meningkatkan cara bercerita dan mengungkapkan emosi pada proyek penulisan dua sekuel berikutnya. Di debut Pengikat Surga ini dia telah sukses mempersembahkan karya yang mampu menghadirkan kisah sejarah dari sudut pandang unik. Tinggal kerja keras ini terus diasah sebaik mungkin agar mampu menyiapkan karya secara hati-hati, teliti, dan berkualitas tinggi hingga melahirkan karya yang jauh lebih memuaskan. Lepas dari sejumlah kekurangan dalam novel ini, Pengikat Surga tetap pantas dijadikan sebagai pendamping buku sejarah kenabian dan Islam secara umum, terutama dari sisi feminin.

Semoga komentar dan kritik ini makin menyemangati Hisani berkarya dan menjadi batu loncatan untuk membuat karya yang mengguncang dunia di masa depan.[] 26/8/2010

Pengikat Surga terbit secara self-published. Pemesanan: 085862051531

Anwar Holid bekerja sebagai penulis & editor. Buku barunya ialah Keep Your Hand Moving (GPU, 2010). Blogger @ http://halamanganjil.blogspot.com.

KONTAK: wartax@yahoo.com | HP: 085721511193 | Panorama II No. 26 B Bandung 40141.

No comments: