Sunday, June 09, 2013

Batik: Kekayaan Lokal Bernilai Global
--Anwar Holid

Yayasan Batik Jawa Barat (YBJB) meluncurkan buku Batik Jawa Barat Jilid 3 di Grand Hotel Panghegar Bandung pada Jumat, 7 Juni 2013. Buku tersebut merupakan karya bersama S. Ken Atik, Komarudin Kudiya, Herman Jusuf, Djalu Djatmiko, dan Zaini Rais, memuat perluasan sekaligus melengkapi berbagai inovasi dan motif batik di provinsi Jawa Barat yang telah diterbitkan pada dua jilid sebelumnya. Penerbitan didukung oleh Indonesia Power, Kementerian Perdagangan dan Industri Kreatif, juga Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah. 

Ketua Umum YBJB Sendy Yusuf menyatakan batik merupakan kekayaan lokal Indonesia bernilai global. Selain tetap dipelihara, kita bangsa Indonesia harus berusaha mengembangkannya agar dapat diwariskan dan diteruskan kepada generasi selanjutnya. Salah satu yang dilakukan YBJB ialah dengan membangun sentra batik baru di berbagai daerah Jawa Barat, melakukan inovasi motif, dan usaha mengenalkannya ke pasar dan publik lewat penerbitan buku.
Tim penulis Batik Jawa Barat Jilid 3 bersama Ketua Umum YBJB Sendy Yusuf (ke-5 dari kiri).

Dicetak full color di atas kertas art paper, buku Batik Jawa Barat Jilid 3 berformat sederhana. Isi utamanya ialah motif batik dari 23 kabupaten dan kota se-Jawa Barat. Dari sana kita bisa merasakan ada geliat industri batik, terutama yang "dikawal" dan "dibidani" YBJB di daerah-daerah baru pembatikan seperti Bekasi, Bogor, Majalengka, Sukabumi, Cimahi, dan kabupaten Bandung Barat. Beberapa kali secara khusus dua kementerian mengapresiasi kinerja YBJB terutama Komarudin Kudiya, pendiri Batik Komar. Dia disebut tidak pernah bosan memberi ide-ide segar untuk perbaikan mutu batik Indonesia, khususnya Jawa Barat, yang bukan hanya membuat (memproduksi) dan menjual, melainkan juga mendedikasikan hidup dan membagi ilmu demi batik.

Motif batik Jawa Barat sungguh kaya dan indah. Inspirasinya baik berdasar pada motif tradisional, legenda masyarakat setempat, seni-budaya dan kekhasan lokal, hingga yang abstrak, ekspresionisme, dan mengangkat tema-tema urban. Batik Bekasi mengangkat legenda Si Pitung, Kabupaten Bandung Barat mengangkat kekhasan daerahnya seperti Lembang, kembang herbras, stroberi, legenda Tangkuban Parahu, dan landmark Observatorium Boscha. Hanya sayang motif tersebut tidak diperkaya informasi apa pun, baik soal penciptanya maupun ada apa di balik gambar-gambar itu. Barangkali melalui motif itu YBJB bermaksud sekadar memanjakan mata dan menyerahkan penafsiran sepenuhnya kepada pembaca sebagaimana kata pepatah "gambar itu bernilai ribuan kata." Kekurangan lain, ada sejumlah foto motif batik tampak kabur (tidak tajam) dan hasilnya kurang memuaskan, sehingga karakter visual, daya tarik dan simbolnya tidak terungkap dengan baik.
Dede Yusuf memamerkan motif batik rereng DY karya Komarudin Kudiya (kiri).

Peluncuran buku ditandai juga dengan pemberian batik motif rereng Wakil Gubernur Dede Yusuf (DY) karya Ketua Harian YBJB Komarudin Kudiya, dimeriahkan main angklung bersama seluruh hadirin dan pameran busana.[]

Anwar Holid, seminggu sekali berusaha pakai batik.

Link terkait:
http://balareabatikjabar.org

No comments: