Sunday, July 02, 2006

Cinta dalam Bingkai Tunggal
---------------------------

Stories of Love, dari Cinta Klasik sampai Cinta Unik
Penulis: Yoli Hemdi
Penerbit: DAR!Mizan, 2006
Tebal: 190 h.
ISBN: 979-752-339-X

APA YANG dibicarakan saat kita bicara tentang cinta? Demikian tulis Raymond Carver dalam salah satu cerpennya yang paling monumental, 'What We Talk About When We Talk About Love? Ketika bicara tentang cinta, ternyata kita juga membicarakan hal esensial lain dalam diri dan hidup. Cinta adalah drama hidup dan manusia itu sendiri. Khazanah yang dihasilkan manusia tentang cinta juga sudah begitu kaya, sampai-sampai barangkali semua ruang dalam diri manusia sebenarnya dipenuhi cinta, tak ada sisa lagi. Bahkan siapa pun kini rasanya begitu akrab dengan ungkapan-ingkapan tipikal seperti 'atas nama cinta'; 'disebabkan oleh cinta'; termasuk yang konyol, seperti ‘cinta ditolak dukun bertindak.’

Bila Bagus Takwin, dosen fakultas psikologi Universitas Indonesia melahirkan Bermain-main dengan Cinta, Yoli Hemdi, penulis produktif asal Pekanbaru, menempuh cara lain untuk merenungkan dan merasakan hal itu, yaitu lewat Stories of Love, dari Cinta Klasik sampai Cinta Unik, yang mengeksplorasi cinta dari sudut keyakinannya dibandingkan dengan pandangan klise maupun dangkal masyarakat awam terhadap cinta yang selama ini terasa diterima begitu saja tanpa diselisik lagi baik keterangan maupun isinya. Dia memetik enam kisah cinta dari Al-Qur'an, menceritakan ulang dengan santai dan banyak bumbu, kemudian mengelaborasi sebagai sumber untuk mempraktikkan cinta yang benar. Enam kisah itu adalah (1) Adam dan Hawa; (2) Persaingan cinta Habil dan Kabil (Cain dan Abel); (3) Cinta 'segitiga' Ibrahim, Sarah, dan Hajar; (4) Yusuf dan Zulaikha; (5) Musa dan Shafura; (6) Muhammad dan Aisyah.

Keenam kisah ini sengaja dipetik karena masing-masing memiliki kontras yang mudah dibedakan oleh pembaca muda, khususnya remaja Muslim, sebagai bahan renungan maupun sumber kebajikan. Pendekatan, logika, maupun tafsir yang digunakan pun sederhana, membuat pembaca umum bisa merasakan bahwa buku ini sengaja dikemas demi tujuan tersebut. Kisah cinta itu memang sudah begitu tua, namun juga sudah dikenal, karena disampaikan terus dari generasi ke generasi.

Buku ini merupakan bagian dari 'Seri Pop Culture' yang dikeluarkan DAR!Mizan guna memperluas khazanah pengetahuan para pembaca muda atas perkembangan ilmu, kemajuan teknologi, trend budaya, fashion, mode, maupun isu-isu aktual. Sudah banyak judul terbit dari seri ini; yang mencolok, demi menggaet pembaca sasaran (target pasar) buku-buku tersebut diperkenalkan dan disokong (endorse) langsung pada ikon dunia pop, baik dari kalangan entertainment (dunia hiburan) sampai agama, misalnya Titi Kamal, Ahmad Dhani, dan Jefri Al Buchori. Di seri ini budaya pop langsung berhadap-hadapan dengan religiositas; sebaliknya religiositas juga berusaha liat dan tangguh menghadapi perubahan maupun kondisi yang bisa membuat para pemeluk teguh kerap gamang.

CINTA adalah unsur yang sudah ada dalam diri dan hidup manusia, karena itu manusia memang bisa bersenang-senang, menikmati, bahagia, termasuk sesekali berjarak dan memandang cinta secara lebih kompleks, luas, utuh. Bila seseorang terlalu mengabaikan atau menganggap remeh cinta, mungkin buku ini mampu membuat anggapan tersebut patah. Bila seseorang patah hati karena cinta, mungkin buku ini mampu membuat dirinya bersemangat lagi, karena ternyata cakupan/jangkauan cinta lebih luas dari yang dia sangka selama ini. Ia akan paham kenapa cinta di satu sisi bisa mematikan namun di sisi lain mampu membuat kehidupan terasa lebih bermakna, lebih menggairahkan.

Berdasar teks suci itu Hemdi ingin menjadikan keenam kisah itu sebagai model cinta ideal agar jadi teladan manusia, setidak-tidaknya para pembaca. Kisah Adam dan Hawa adalah cinta pertama yang muncul di dalam diri manusia; orisinal, sekaligus rentan karena tanpa pengalaman, namun akhirnya mewariskan banyak pengetahuan dan nilai pada kita keturunannya. Persaingan cinta Habil dan Kabil, meskipun tragik, justru melahirkan sejarah yang begitu jelas, antara lain pada periode ini untuk pertama kalinya seorang manusia bersaing, membunuh dan mengubur dengan sesama. Cinta 'segitiga' Ibrahim, Sarah, dan Hajar mengajarkan para kekasih untuk tulus; sementara kisah Yusuf dan Zulaikha mengajari manusia agar bisa dengan jernih membedakan mana cinta dan mana nafsu (seks, syahwat). Musa dan Shafura membuktikan bahwa cinta butuh heroisme; sedangkan hubungan Muhammad dan Aisyah menjelaskan betapa cinta harus dirawat dengan ketelatenan, peka, termasuk teguran yang dilakukan dengan baik dan pantas.

Cinta dalam buku ini terkesan tunggal, sederhana, bisa dibilang hitam-putih. Hemdi dengan tegas mengategorikan cinta dalam bingkai agama Islam, yaitu cinta kepada Allah (mahabbah ilallah) dan cinta karena Allah (mahabbah billah/mahabbah ma'allah) (hal. 184). Bila dibenturkan dengan konsep cinta menurut pandangan filsafat, realitas hidup kontemporer, atau ranah pengetahuan dan budaya lain, keyakinan tersebut sebenarnya ganjil, naif, menafikan jenis cinta yang lain.

Cinta kepada Allah (Tuhan) baru satu di antara begitu banyak kategori dan definisi cinta, yang sering perbedaan satu sama lain begitu tipis atau bahkan kadang-kadang sulit dikenal dan dipahami gejalanya. Cinta karena Tuhan dalam filsafat masuk kategori agape, cinta altrusitik tanpa pamrih, spiritual. Selain agape ada banyak jenis cinta lain; yang umum dikenal adalah eros dan philia, namun ternyata masih ada ludus, storge, pragma, mania, juga xenia---semuanya butuh penjelasan mendalam dan jelas. Itu baru dari satu ranah. Khazanah sufisme melahirkan ishq (cinta bergelora pada Allah).

Jenis lain, misalnya cinta seseorang pada sahabat, sesama manusia, negara, benda tertentu, aktivitas, suasana, atau peristiwa, termasuk bagaimana cinta bisa tumbuh dan mati---semua itu belum terjelaskan. Kategori cinta tunggal itu tentu saja aneh bagi seorang lulusan pascasarjana IAIN Imam Bonjol, Padang.

ANDRÉ COMTE-SPONVILLE, seorang filosof kontemporer Prancis, di dalam bukunya yang bersahaja, The Little Book of Philosophy (2004) menegaskan, 'Cinta adalah subjek yang paling menarik.' Niscaya. Tak perlu dibantah lagi. Cinta bisa membuat seseorang hidup, sengsara, atau mati; menyebabkan legenda dan mitos terus bertahan, diinterpretasi, dimaknai kembali. Semua orang boleh membicarakan cinta, dengan versi masing-masing.

Dalam buku ini Yoli Hemdi mengambil posisi tertentu untuk menerangkan cinta, menggali sejumput khazanah Islam, bilang, mengutip Ibn Qayyim Al-Jauziyah: 'Siapa yang tidak mau mencicipi manisnya cinta tidak akan bisa menikmati kehidupan.'[] 11 Februari 2006 21:35:04

Anwar Holid, eksponen komunitas TEXTOUR, Rumah Buku Bandung.
Alamat:Jalan Kapten Abdul Hamid, Panorama II No. 26 B Bandung 40141 Telepon: (022) 2037348HP: 08156-140621 Email: wartax@yahoo.com

2 comments:

free girl dog bestiality stories said...

MCCULLAGH What happened to it, General. Faster andfaster I fucked him losing all concept of time.
sex stories of incest
guys masturbation stories
free sister brother fuck stories
free adult interracial sex stories
young girl sex stories
MCCULLAGH What happened to it, General. Faster andfaster I fucked him losing all concept of time.

rated adult sex stories said...

``Hello. She began to moan softly as his finger went inside her.
sexy neighbor stories
free taboo stories videos
sexy fantasy stories
erotic xrated adult sex stories
just bestiality stories
``Hello. She began to moan softly as his finger went inside her.