Thursday, April 26, 2007

PETER RIPKEN & LITPROM
------------------------------
>> Anwar Holid


'KENAPA sedikit sekali karya penulis Indonesia yang diterjemahkan ke dalam bahasa Jerman?' tanya Peter Ripken dalam pertemuan Forum Buku di Goethe-Institut Jakarta (GI Jakarta), pada Jumat, 13 April 2007. Peter Ripken saat ini menjadi Direktur Society for the Promotion of African, Asian and Latin American Literature (www.litprom.de). Ia bertugas mencari penerbit atau sastrawan yang karyanya bisa diterjemahkan dan dipasarkan pada publik berbahasa Jerman. Pertemuan diselenggarakan GI Jakarta, diawali perkenalan situs Forum-Buku, layanan informasi di internet milik Goethe-Institut Jakarta.

Untuk fiksi Indonesia, sejak 1984 Litprom baru menerjemahkan lima belas judul dari total kira-kira 560 judul di seluruh dunia yang mereka dukung untuk diterjemahkan. Menurut Ripken, dibandingkan fiksi Korea, Indonesia kalah jauh. Ia bahkan berani berasumsi bahwa Indonesia dan karya sastranya nyaris tak dikenal atau ada dalam pikiran pembaca Jerman. Dari daftar keluaran Litprom, fiksi Asia yang paling banyak diterjemahkan berasal dari India, menyusul Iran, Cina, dan negara Asia Selatan lain. Fiksi Indonesia yang sudah mereka terjemahkan cukup mudah ditebak, yaitu yang masuk dalam kategori sastra mapan, antara lain Armijn Pane, Ahmad Tohari, Mochtar Lubis, Oka Rusmini, dan Leila S. Chudori.

Hendarto Setiadi, seorang penerjemah, menyatakan buku Indonesia jarang diterjemahkan karena bangsa kita kurang berpromosi dan mengenalkan karya sendiri pada bangsa lain; Ripken pun menyayangkan kurangnya promosi dari para penerbit Indonesia. Sebab lain karena kemampuan berbahasa asing penulis Indonesia kurang, dan tak ada lembaga khusus yang bertugas menerjemahkan karya bangsa Indonesia. Rasanya, di Indonesia memang tak ada lembaga khusus yang berkepentingan/bertanggung jawab memperkenalkan fiksi Indonesia ke luar negeri. Lembaga yang suka menerjemahkan karya Indonesia justru berasal dari luar, didanai oleh negara bersangkutan atau lembaga donor tertentu.

Sebagian hadirin keberatan dengan dalih itu. Donny Gahral Adian, filsuf-penulis pemilik Penerbit Koekoesan, menyatakan semua tema sudah digarap penulis Barat dengan cara canggih; sudut pandang dan upaya apalagi yang bisa ditawarkan penulis kita agar bisa memikat publik Barat? Alasan ini diamini sebagian orang, yakni harus diakui mutu karya penulis Indonesia memang sering kalah dibandingkan karya penulis Barat, meski dalam beberapa aspek soal tema masih bisa dibicarakan lebih lanjut. Rani Ambyo, book packager dari Allegra Publishing, menyatakan persoalan yang kerap ia temui ialah banyak isi buku sebenarnya masih mentah, belum disiapkan dengan matang, sebenarnya bisa digarap lebih saksama daripada buru-buru diterbitkan. Akibatnya ketika terbit buku tersebut mengecewakan, sebab banyak aspek isi dan penyuntingan diabaikan.

'Ini memang PR bagi semua penerbit Indonesia,' kata Kartini Nurdin dari YOI dan Ikapi Pusat, mengakui betapa upaya peningkatan kualitas penerbitan Indonesia mesti jadi perhatian semua pihak berkepentingan. Ucapan itu pesimistik, tapi memang begitu keadaan kita. Semua penerbit menghadapi persoalan dengan kadar rupa-rupa, mulai aspek penyuntingan yang kerap terabaikan hingga pekerja atau penerjemah yang dibayar terlalu murah. Penerjemahan fiksi Indonesia ke bahasa asing tentu saja pernah dan terus-menerus dilakukan sejumlah penerbit, dengan tingkat keberhasilan berbeda-beda, termasuk pertaruhan: seberapa banyak terjemahan itu bisa diserap oleh publik bahasa target? Peluang keuntungannya ialah standar jumlah cetakan pertama yang lebih besar dibandingkan Indonesia. Meski penerjemahan selalu merupakan proyek prestisius, ternyata kendala ke arah sana sangat banyak.

Dalam Forum-Buku kemarin juga masih kabur faktor apa yang paling berpengaruh dalam upaya penerjemahan itu, entah tiada penyandang dana, pasar yang sangat kabur, hingga kekhawatiran untuk apa buku tersebut diterjemahan.

KEHADIRAN Peter Ripken ke Indonesia membuka peluang agar fiksi Indonesia makin banyak diterjemahkan, terutama Jerman. Litprom bisa memfasilitasi hal tersebut. Penerbit dan lembaga berkepentingan bisa langsung kontak; di Indonesia dia bisa dihubungi via Goethe-Institut Jakarta. Litprom sangat erat berhubungan dengan Frankfurt Book Fair, memajang buku yang sudah mereka dukung penerjemahannya atau dinilai bagus. Dari Litprom penerbit juga bisa belajar banyak soal bagaimana mempresentasikan diri di ajang pameran internasional atau memasarkan diri dengan lebih baik. Peluang itu terbuka bagi penerbit dan lembaga sejenis, bisa dicapai dengan mengajukan proposal lebih dahulu. Dengan begitu peluang penulis berbahasa Indonesia maupun daerah sama besar. Wajar bila kita usul agar Litprom segera meluaskan kategori fiksi yang hendak mereka terjemahkan, misalnya fiksi Islam, yang dalam industri buku Indonesia memberi sumbangan penting; kemudian fiksi kanak-kanak, yang tentu berlatar belakang budaya dan alam sangat berbeda dengan khazanah literatur kanak-kanak Barat; bahkan bila waktunya merambah komik dan novel grafis.

Tertarik? Jangan sungkan, Peter Ripken dan Litprom sangat kooperatif dan terbuka untuk segala bentuk kerja sama.[]

Kontak: Jalan Kapten Abdul Hamid, Panorama II No. 26 B Bandung 40141 Telepon: (022) 2037348 HP: 08156-140621 Email: wartax@yahoo.com

3 comments:

femmy said...

Oooh... ketemu Peter Ripken juga? Waktu itu aku ketemu di Asian Translators Forum di Bogor.

Anwar Holid said...

Iya; aku diundag Goethe buat ketemu dia. Kasihan kali, karena nggak punya biaya buat ketemu dia waktu di Bogor. He he he....

Apa kabar Femmy?

Anonymous said...

World Of Warcraft gold for cheap
wow power leveling,
wow gold,
wow gold,
wow power leveling,
wow power leveling,
world of warcraft power leveling,
world of warcraft power leveling
wow power leveling,
cheap wow gold,
cheap wow gold,
buy wow gold,
wow gold,
Cheap WoW Gold,
wow gold,
Cheap WoW Gold,
world of warcraft gold,
wow gold,
world of warcraft gold,
wow gold,
wow gold,
wow gold,
wow gold,
wow gold,
wow gold,
wow gold
buy cheap World Of Warcraft gold w3i6p7on